Selasa, 11 Agustus 2015
Kamis, 06 Agustus 2015
Asal Usul Ikan Koi
Kata koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih
spesifik lagi ia merujuk pada nishikigoi yang kurang lebih bermakna ikan
karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam
simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk
kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta.
Koi dikembangbiakkan dari ikan karper biasa. Pada tahun 1820-an, di
Jepang mulai muncul usaha mengembangbiakkan ikan karper untuk warnanya.
Ini bermula di kota Ojiya di perfektur Niigata yang berada di wilayah
timur laut Pulau Honshu.
Jenis-jenis Ikan Koi |
Sejumlah pola warna ikan koi mulai terbentuk pada abad ke-20, utamanya adalah tipe Kohaku
(lihat gambar untuk jenis-jenis Kohaku) yang bercorak merah dan putih.
Warna populer termasuk putih, merah, jingga, kuning, perak, biru, hitam,
dan hijau – masing-masingnya dengan identifikasi nama yang berbeda.
Sebelumnya dunia luar tidak begitu mengikuti perkembangan variasi
warna Koi, hingga tahun 1914 Koi Niigata dipamerkan dalam suatu pameran
tahunan di Tokyo. Semenjak itu, minat terhadap Koi semakin merebak ke
seluruh penjuru Jepang.
Tidak cukup di Jepang saja, hobi memelihara Koi pun akhirnya turut
menjangkiti banyak orang di seluruh dunia. Koi mulai umum dijual di
toko-toko ikan dan biasanya Koi dengan kualitas tinggi bisa diperoleh
dari pedagang stertentu yang punya keahlian dalam bidang ini. Kecantikan
ikan Koi membuatnya ramai diminati. Karena kemampuan ikan ini untuk
beradaptasi pada kondisi dan cuaca yang berbeda, koi cepat tersebar ke
Eropa dan benua lainnya.
Sejarah/Asal-usul Koi di Indonesia
Ada dua versi tentang keberadaan ikan Koi di Indonesia Yang pertama menyebutkan bahwa Koi mulai
masuk ke Indonesia sekitar tahun 1991. Ketika berkunjung ke Indonesia,
Kaisar Akihito memberi Presiden Suharto puluhan ekor Koi sebagai
cinderamata. Jenis yang dibawa adalah Kumpai, yang merupakan persilangan
antara ikan karper Indonesia dengan Koi Jepang. Sementara versi yang
lainnya menyebutkan bahwa Koi masuk ke Indonesia pada kurun waktu
1981-1982, dibawa oleh seorang penggemar Koi bernama Hani Moniaga.
Fakta Menarik Tenang Ikan Koi
Koi sesungguhnya merupakan ikan
karper yang dipelihara dan dikembangbiakkan secara selektif dan dipilih karena warnanya.
Ketika Koi dilepas ke alam liar mereka berkembangbiak secara bebas, dalam
beberapa generasi warna ikan Koi akan kembali berubah menjadi warna alami ikan
karper pada umumnya. Koi juga dikenal sebagai ikan yang berumur
panjang. Bahkan di Jepang ada yang mencapai usia 223 tahun. Sungguh mengagumkan...!!!!
Sumber : http://duniakoi.com/asal-usul-ikan-koi-di-indonesia
Rabu, 05 Agustus 2015
PENINGKATAN IMUN IKAN PATIN MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI)
Daun Kayu Manis |
Peningkatan daya imunitas benih yang digunakan merupakan salah satu pendekatan
untuk mendukung keberhasilan budidaya ikan. Imunitas benih ikan yang baik akan
dapat mengurangi kematian pada masa awal penebaran benih pada tahap pembesaran.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suatu bahan
alami yang berasal dari tumbuhan (bahan nabati) dan dapat meningkatkan respons
imun ikan terhadap infeksi patogen yang menyerang serta ramah lingkungan
(Chakraborty dan Hancz, 2011). Tanaman yang diketahui berpotensi sebagai
antibakteri berbasis bahan nabati adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmanni)
PROSES
EKSTRAK DAUN KAYU MANIS
Ikan Patin |
Daun kayu manis dikeringkan pada udara terbuka
(kering udara) tanpa terkena cahaya matahari langsung untuk menghindari
kerusakan bahan aktif yang terdapat pada daun kayu manis. Pengeringan dilakukan
sampai daun dapat dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan serbuk daun kayu
manis.
Metode ekstraksi daun kayu manis dilakukan dengan
cara Serbuk daun kayu manis direndam dalam pelarut etanol 96% dengan
perbandingan 1:10 (w/v) artinya 1 kg serbuk daun kayu manis dilarutkan dalam 10
liter etanol 96%. Kemudian dilakukan proses maserasi dengan pengadukan selama
24 jam.
Hasil maserasi didiamkan hingga terbentuk dua
lapisan suspensi bahan. Lapisan atas merupakan filtrat hasil maserasi dan
disaring menggunakan kertas saring dengan mesh size sebesar ±0,6 mm sebagai filter
pertama, sedangkan filter kedua menggunakan kertas saring Whatman no 125.
Lapisan kedua merupakan endapan simplisia daun kayu manis yang kemudian
ditambahkan kembali etanol 96% sebanyak 1000 ml dan dimaserasi selama 24 jam
sambil diaduk. Setelah didiamkan dan mengendap, filtrat kembali disaring dengan
filter pertama dan filter kedua. Hal ini dilakukan berulang sampai filtrat
hasil maserasi menjadi bening.
Filtrat hasil maserasi kemudian diuapkan dengan
menggunakan evaporator sampai didapat ekstrak kental dan kemudian dikeringkan
dengan metode freeze drying. Hasil ekstraksi akan diperoleh dalam bentuk pasta
kering sebanyak 12% kemudian disimpan dalam lemari pendingin sampai waktu akan
digunakan.
CARA
PEMBERIAN EKTRAKSI DAUN SIRIK PADA IKAN
Penambahan ekstrak daun kayu manis ke dalam pakan
dilakukan dengan metode repelleting. Untuk 1 kg pakan, ekstrak daun kayu manis
0,5% dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 ml, kemudian dicampurkan dengan
putih telur sebanyak 20 ml sebagai perekat dan diaduk menggunakan mixer hingga
homogen. Campuran yang telah homogen ditambahkan pakan komersial protein 30%
yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Setelah campuran rata, bahan dicetak kembali
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 35 °C selama 24 jam. Pelet yang sudah
kering kemudian disimpan dalam tempat yang kedap udara.
KELANGSUNGAN
HIDUP IKAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safratilofa menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat meningkatkan pertahanan
tubuh ikan patin. Kelangsun gan hidup ikan patin dengan dosis 0,5% terlihat
bahwa tidak ada bakteri yang tumbuh pada media TSA. Ekstrak daun kayu manis 0,5%
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan ekstrak
daun kayu manis 0,5% dalam pakan dapat digunakan sebagai pencegahan dan
pengendalian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan patin.
disunting oleh
Riskiyanto efendi dari tesis Safratilofa (INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75652
Langganan:
Postingan (Atom)
Selasa, 11 Agustus 2015
Kamis, 06 Agustus 2015
Asal Usul Ikan Koi
Kata koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih
spesifik lagi ia merujuk pada nishikigoi yang kurang lebih bermakna ikan
karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam
simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk
kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta.
Koi dikembangbiakkan dari ikan karper biasa. Pada tahun 1820-an, di
Jepang mulai muncul usaha mengembangbiakkan ikan karper untuk warnanya.
Ini bermula di kota Ojiya di perfektur Niigata yang berada di wilayah
timur laut Pulau Honshu.
Jenis-jenis Ikan Koi |
Sejumlah pola warna ikan koi mulai terbentuk pada abad ke-20, utamanya adalah tipe Kohaku
(lihat gambar untuk jenis-jenis Kohaku) yang bercorak merah dan putih.
Warna populer termasuk putih, merah, jingga, kuning, perak, biru, hitam,
dan hijau – masing-masingnya dengan identifikasi nama yang berbeda.
Sebelumnya dunia luar tidak begitu mengikuti perkembangan variasi
warna Koi, hingga tahun 1914 Koi Niigata dipamerkan dalam suatu pameran
tahunan di Tokyo. Semenjak itu, minat terhadap Koi semakin merebak ke
seluruh penjuru Jepang.
Tidak cukup di Jepang saja, hobi memelihara Koi pun akhirnya turut
menjangkiti banyak orang di seluruh dunia. Koi mulai umum dijual di
toko-toko ikan dan biasanya Koi dengan kualitas tinggi bisa diperoleh
dari pedagang stertentu yang punya keahlian dalam bidang ini. Kecantikan
ikan Koi membuatnya ramai diminati. Karena kemampuan ikan ini untuk
beradaptasi pada kondisi dan cuaca yang berbeda, koi cepat tersebar ke
Eropa dan benua lainnya.
Sejarah/Asal-usul Koi di Indonesia
Ada dua versi tentang keberadaan ikan Koi di Indonesia Yang pertama menyebutkan bahwa Koi mulai
masuk ke Indonesia sekitar tahun 1991. Ketika berkunjung ke Indonesia,
Kaisar Akihito memberi Presiden Suharto puluhan ekor Koi sebagai
cinderamata. Jenis yang dibawa adalah Kumpai, yang merupakan persilangan
antara ikan karper Indonesia dengan Koi Jepang. Sementara versi yang
lainnya menyebutkan bahwa Koi masuk ke Indonesia pada kurun waktu
1981-1982, dibawa oleh seorang penggemar Koi bernama Hani Moniaga.
Fakta Menarik Tenang Ikan Koi
Koi sesungguhnya merupakan ikan
karper yang dipelihara dan dikembangbiakkan secara selektif dan dipilih karena warnanya.
Ketika Koi dilepas ke alam liar mereka berkembangbiak secara bebas, dalam
beberapa generasi warna ikan Koi akan kembali berubah menjadi warna alami ikan
karper pada umumnya. Koi juga dikenal sebagai ikan yang berumur
panjang. Bahkan di Jepang ada yang mencapai usia 223 tahun. Sungguh mengagumkan...!!!!
Sumber : http://duniakoi.com/asal-usul-ikan-koi-di-indonesia
Rabu, 05 Agustus 2015
PENINGKATAN IMUN IKAN PATIN MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI)
Daun Kayu Manis |
Peningkatan daya imunitas benih yang digunakan merupakan salah satu pendekatan
untuk mendukung keberhasilan budidaya ikan. Imunitas benih ikan yang baik akan
dapat mengurangi kematian pada masa awal penebaran benih pada tahap pembesaran.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suatu bahan
alami yang berasal dari tumbuhan (bahan nabati) dan dapat meningkatkan respons
imun ikan terhadap infeksi patogen yang menyerang serta ramah lingkungan
(Chakraborty dan Hancz, 2011). Tanaman yang diketahui berpotensi sebagai
antibakteri berbasis bahan nabati adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmanni)
PROSES
EKSTRAK DAUN KAYU MANIS
Ikan Patin |
Daun kayu manis dikeringkan pada udara terbuka
(kering udara) tanpa terkena cahaya matahari langsung untuk menghindari
kerusakan bahan aktif yang terdapat pada daun kayu manis. Pengeringan dilakukan
sampai daun dapat dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan serbuk daun kayu
manis.
Metode ekstraksi daun kayu manis dilakukan dengan
cara Serbuk daun kayu manis direndam dalam pelarut etanol 96% dengan
perbandingan 1:10 (w/v) artinya 1 kg serbuk daun kayu manis dilarutkan dalam 10
liter etanol 96%. Kemudian dilakukan proses maserasi dengan pengadukan selama
24 jam.
Hasil maserasi didiamkan hingga terbentuk dua
lapisan suspensi bahan. Lapisan atas merupakan filtrat hasil maserasi dan
disaring menggunakan kertas saring dengan mesh size sebesar ±0,6 mm sebagai filter
pertama, sedangkan filter kedua menggunakan kertas saring Whatman no 125.
Lapisan kedua merupakan endapan simplisia daun kayu manis yang kemudian
ditambahkan kembali etanol 96% sebanyak 1000 ml dan dimaserasi selama 24 jam
sambil diaduk. Setelah didiamkan dan mengendap, filtrat kembali disaring dengan
filter pertama dan filter kedua. Hal ini dilakukan berulang sampai filtrat
hasil maserasi menjadi bening.
Filtrat hasil maserasi kemudian diuapkan dengan
menggunakan evaporator sampai didapat ekstrak kental dan kemudian dikeringkan
dengan metode freeze drying. Hasil ekstraksi akan diperoleh dalam bentuk pasta
kering sebanyak 12% kemudian disimpan dalam lemari pendingin sampai waktu akan
digunakan.
CARA
PEMBERIAN EKTRAKSI DAUN SIRIK PADA IKAN
Penambahan ekstrak daun kayu manis ke dalam pakan
dilakukan dengan metode repelleting. Untuk 1 kg pakan, ekstrak daun kayu manis
0,5% dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 ml, kemudian dicampurkan dengan
putih telur sebanyak 20 ml sebagai perekat dan diaduk menggunakan mixer hingga
homogen. Campuran yang telah homogen ditambahkan pakan komersial protein 30%
yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Setelah campuran rata, bahan dicetak kembali
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 35 °C selama 24 jam. Pelet yang sudah
kering kemudian disimpan dalam tempat yang kedap udara.
KELANGSUNGAN
HIDUP IKAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safratilofa menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat meningkatkan pertahanan
tubuh ikan patin. Kelangsun gan hidup ikan patin dengan dosis 0,5% terlihat
bahwa tidak ada bakteri yang tumbuh pada media TSA. Ekstrak daun kayu manis 0,5%
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan ekstrak
daun kayu manis 0,5% dalam pakan dapat digunakan sebagai pencegahan dan
pengendalian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan patin.
disunting oleh
Riskiyanto efendi dari tesis Safratilofa (INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75652
Langganan:
Postingan (Atom)