Daphnia seringkali dikenal sebagai kutu air
karena kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang menyerupai seekor kutu
(Gambar 1) . Pada kenyataannya Daphnia termasuk dalam golongan
udang-udangan dan tidak ada hubungannya dengan kutu secara taxonomi.
Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari golongan Brachiopoda.
Mereka boleh dikatakan masih saudara dengan Artemia. Meskipun gerakannya
tampak "meloncat" seperti seekor kutu sebenarnya binatang ini
berenang dengan menggunakan "kakinya" (sering disebut sebagai
antena), bahkan dengan berbagai gaya
yang berbeda. Apabila anda menjumpai hewan renik yang meloncat di
permukaan air, boleh dipastikan itu bukanlah Daphnia melainkan Cyclops.
Daphnia
merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan kecil
lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai lebih dari 70% kadar bahan
kering. Secara umum, dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4%
protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 % abu. Kepopulerannya
sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya,
adalah juga karena "kemudahannya" dibudidayakan sehingga dapat
tersedia dalam jumlah mencukupi, hampir setiap saat.
Pemberian
tanda kutip pada kata "kemudahan" sengaja dilakukan karena tidak
jarang orang yang sudah mencoba membudidayakan Daphnia sesuai dengan berbagai
anjuran, tetapi ternyata sering tidak berhasil, dan tampak
seolah-olah pekerjaan ini tidak semudah yang dikatakan. Tetapi dilain
pihak banyak juga yang dengan sukses membudiyakannya tanpa sedikitpun mengalami
kesulitan. Berikut adalah beberapa hal-hal yang sebaiknya dipahami
sebelum anda memulai menyiapkan tempat untuk membudiyakan Daphnia. Dengan
mengetahui sedikit riwayat hidup mereka, setidaknya akan memudahkan
untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin kurang tepat apabila ditemui
hambatan dalam pembudidayaan mereka.
Siklus Hidup.
Daphnia
merupakan udang-udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan
yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya
(seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang
"dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian
rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak
mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan
Daphnia.
Dalam
keadaan normal, dimana kualitas air sesuai dan jumlah pakan cukup terdia
Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin
(aseksual/parternogenesis). Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia
yang ada adalah betina. Telur yang tidak dibuahi ini berkembang
sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk, kemudian berubah
menjadi larva. Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap 2
atau 3 hari sekali. Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan
13 milyar keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah
ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya
sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan
populasi mereka. Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk
dewasanya tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang.
Apabila
kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat
berkurang, beberapa Daphnia akan memproduksi telur berjenis kelamin
jantan. Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur, yang
selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa). Seekor
jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode. Telur hasil pembuahan
ini mempunyai cangkang tebal dan dilindungi dengan mekanisme
pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa. Telur tersebut dapat
bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan. Telur ini bisa
bertahan selama lebih dari 20 tahun dan menetas setelah menemukan kondisi
yang sesuai. Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara
aseksual.
Hama Daphnia.
Seperti
disebutkan diatas bahwa Daphnia mempunyai banyak musuh alami untuk mengontrol
populasinya sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu
keseimbangan. Dalam membudidayakan Daphnia kehadiran musuh alami ini
tentu saja tidak dikehendaki, karena akan sangat menekan populasi Daphnia yang
dipelihara tersebut, atau bahkan musnah sama sekali, sehingga tujuannya sebagai
sumber pakan ikan tidak akan dapat dipenuhi. Salah satu musuh alami
Daphnia adalah Hydra.
Hydra merupakan keluarga anemon.
Berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut binatang ini hidup di air
tawar. Ukurannya mulai dari sangat kecil hingga sampai dengan 2 cm.
Jangan biarkan binatang ini mencemari kultur Daphnia anda, apabila kita ingin
berhasil dalam membudidayakan Daphnia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar