Produksi
dan penggunaan plastik yang cukup besar ternyata telah
menimbulkan masalah besar dalam penanganan limbah padat. Meskipun plastik mengalami peruraian
sebagai hasil pelapukan secara fisik dan kimia, tetapi proses peruraiannya sangat lambat, terutama plastik yang dibuang di lingkungan perairan hampir tidak mengalami
perubahan bentuk meskipun sudah bertahun-tahun ataupun bahkan puluhan tahun.
Sifat alami hancuran
plastik sangat mungkin
bervariasi antara tempat satu dengan tempat yang lain. Salah satu problem
utama pada beberapa tempat di laut adalah berkaitan dengan dibuangnya jaring
dan alat tangkap lainnya. Bagian atau potongan jaring yang dibuang di laut akan
terhanyut di perairan permukaan dan terus-menerus akan melilit ikan sampai
bertahun-tahun sampai pada akhirnya akan tenggelam karena menjadi berat dengan
banyaknya kerangka ikan yang terlilit
potongan jaring. Sementara di daerah produksi minyak lepas pantai pencemaran sangat umum disebabkan oleh hancuran plastik terutama yang berasal dari platform
minyak, dari operasi pengeboran minyak, dan dari kapal yang melakukan studi
seismic. Di sini dapat disimpuklan,
bahwa hancuran plastik
di laut jika ditelusuri ternyata berasal dari
kapal-kapal, tetapi pada beberapa daerah terutama di dekat pantai hancuran
plastik ternyata bersumber
dari daratan.
Dampak
Limbah Plastik Di Perairan
1.
Dampak Estetika (keindahan)
Sesungguhnya dampak
yang paling terlihat pengaruhnya berkaitan dengan sampah plastic di laut adalah masalah
estetika atau keindahan.
Keberadaan sampah
plastic di tempat rekreasi pantai telah membuat masyarakat sensitive terhadap masalah
pencemaran di perairan.
2.
Dampak
Ingestion (tertelan)
Organisme laut
kadang-kadang memakan hancuran plastik baik karena sengaja memakan hancuran plastic atau ketidak telitian ikan selama proses feeding. Keberadaan organisme
yang mati atau mengalami stress karena menelan plastik sangat sedikit
diketahui, sebab hal ini harus diikuti dengan pembedahan untuk membuktikan
masalah yang terjadi. Kasus yang
sangat bagus terdokumentasikan adalah penyu, yang diperkirakan menganggap
plastic sebagai ubur-ubur, mangsa yang sudah umum. Paling sedikit lima spesies
penyu memakan plastic.
Selain penyu,
ada juga sembilan
spesies hiu yang memakan plastic. Seperti halnya pada penyu,
ternyata plastik yang dimakan berupa tas plastic dan lembaran. Hampir semua informasi
tentang hiu yang memakan plastik didapatkan dari keberadaan hiu yang telah mati.
3.
Dampak
Entanglement (melilit) dan Ghost
Fishing
Lilitan
plastic terjadi pada saat organisme laut secara tidak sengaja ataupun sengaja bersentuhan
dengan obyek plastik dan kemudian terjerat oleh obyek plastic tersebut.
Kejadian ini dampak biologisnya paling mudah didokumentasikan, sehingga paling
banyak dipublikasikan. Pengaruh yang paling serius disebabkan oleh pembuangan
secara sengaja jaring yang sudah rusak atau hilangnya bagian jaring.
Jaring plastic yang terbuat dari nylon,
polypropylene, atau polyethylene sangat sulit untuk dikenali di dalam air
sekalipun pada siang hari, dan untuk gill nets mungkin terhanyut selama
bertahun-tahun sebelum ditemukan mengapung di pantai atau tenggelam. Peristiwa terlilitnya ikan kebanyakan disebabkan
karena ‘kecelakaan’,
tetapi dalam beberapa kasus ternyata organisme air secara tidak sengaja
tertarik dengan sampah jaring., Sebagai contoh, seekor
penyu dapat terlilit
dengan potongan-potongan jaring yang mengapung karena secara alami mereka
tertarik terhadap sargassum dan massa mengapung lainnya sebagai shelter dan
menawarkan sumberdaya makanan.
Bagian-bagian dari
traps untuk lobster, kepiting dan ikan-ikan demersal yang terlepas atau memang
sengaja dibuang ke dalam laut juga merupakan
bentuk lain dari
sampah plastic yang dapat dikaitkan
dengan kasus terjeratnya yang dapat dikatakan sebagai ghost fishing.
Solusi Terhadap Masalah Dampak Limbah Plastik
Di Perairan
Plastik merupakan
istilah generic yang mencakup ratusan jenis-jenis produk yang berbeda. Setiap
jenis plastic, misalnya polypropylene, polyethylene, dan polyvinyl chloride,
mempunyai karakteristik-karakteristik yang menyebabkan masing-masing jenis
cocok untuk penggunaan tertentu. Salah
satu cara yang realistis untuk mengurangi jumlah sampah plastic adalah dengan
mendaur ulang barang-barang dari plastic.
Konsep daur ulang plastik
bukanlah hal yang baru. Beberapa
bentuk plastik telah didaur ulang lebih dari dua decade. Riset terus
dikembangkan dengan berfokus pada ‘biodegradable plastics’. Biodegradable
plastics didefinisikan oleh ASTM sebagai plastik dimana proses biodegradasi
dilakukan oleh mikroorganisme yang ada di alam seperti bakteri, fungi, dan
alga.
Selain melakukan daur ulang plastik, pendidikan untuk para pelaut dan masyarakat umum
dipandang sangat perlu dalam usaha resolusi yang berkaitan dengan
masalah limbah plastik.
Di Amerika, sejumlah
organisasi masyarakat dan organisasi swasta, termasuk secara khusus the Center
for Marine Conservation, the National Oceanic and Atmospheric Administration,
dan the International Maritime Organization, secara aktif terlibat dalam upaya
menyadarkan masyarakat luas tentang
bahaya pencemaran limbah plastik di perairan, dan menanamkan nilai-nilai edukatif tentang pentingnya menjaga wilayah perairan. Pelatihan dan pendidikan akan dapat berbuat
banyak untuk menciptakan kesadaran dan mendorong motivasi yang dibutuhkan untuk
lebih jauh lagi mengurangi tingkat pencemaran dari plastik di kawasan perairan.