Pakan alami jenis ini biasa ditemukan pada genangan air dengan bahan kandungan organik. Daphnia sp memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan cacing sutera dan jentik nyamuk sehingga lebih baik dalam pembentukan sel telur. Langkah-langkah dalam melakukan kultur Daphnia sp dan Moina sp yaitu :
- Wadah kultur didapkan dan dibersihkan. Wadah kultur dapat berupa akuarium, bak beton/terpal berukuran besar
- Jika menggunakan pupuk organik dari kotoran unggas, maka dosis yang digunakan cukup 0,2 gr/liter dan ditempatkan pada jaring agar padatan dari kotoran unggas tidak hancur dan terlarut pada media kultur
- Inokulasi/penebaran biang Daphnia sp dapat dilakukan setelah air menjadi bening setelah pemupukan. Kondisi keruh setelah pemupukan mengindikasikan proses dekomposisi pupuk masih berlangsung sehingga air media kultur masih reaktif dan bersifat panas untuk Daphnia sp.
- Setelah pemupukan dilakukan dan air terlihat jernih, maka inokulasi dapat dilakukan dan dibiarkan selama 2 minggu. Dalam waktu tersebut, Daphnia akan berkembang biak. Pemanenan dapat dilakukan dan disisakan sebagai biangan untuk dikembangkan kembali. Jika Daphnia sudah berkembang, maka dapat dilakukan pemupukan susulan.
- Jika metode pemupukan tersebut dirasa kurang efektif, maka sebagai media pemeliharaan/kultur dapat diganti dengan air media pemeliharaan ikan dimana kandungan bahan organik sudah sesuai sebagai media hidup dari Daphnia dan Moina. Sebaiknya digunakan air pemeliharaan yang masih baik atau tidak terlalu berbau. Jika air media kultur berubah menjadi jernih maka dapat ditambahkan air pemeliharaan ikan kembali sebagai pupuk. Panen dilakukan jika populasi sudah padat dan disisakan sebagai bian untuk dikultur tahap selanjutnya.
Infusoria adalah pakan awal yang paling cocok karena selain ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut larva cupang juga kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan larva ikan cupang. Untuk mengadakan pakan alami infusoria maka langkah-langkah berikut dapat dilakukan :
- Siapkan wadah berupa akuarium atau basket sebagai media kultur infusoria - Wadah kultur kemudian diisi dengan air media pemeliharaan ikan cupang dan dapat ditambahkan dengan air baru yang sudah ditandon. Sebagai catatan, air media pemeliharaan yang digunakan saat kultur harus air dari ikan yang sehat
- Sebagai substrat dan nutrisi infusoria, maka dapat digunakan sayuran seperti bayam, dan kol yang direbus terlebih dahulu untuk sterilisasi dan mempercepat munculnya infusoria
- Selain dengan menggunakan sayuran, dapat pula digunakan pellet halus dengan konsentrasi cukup 0,5 ppm.
- Sebagai kontrol bahan organik pada media kultur, dapat ditempatkan tumbuhan apu-apu.
- Perubahan air akan terjadi yaitu menjadi keruh. Pada okndisi ini maka infusoria belum muncul. Infusoria akan muncul setelah kondisi air media kultur menjadi jernih.
- Indikator munculnya infusoria adalah munculnya koloni berwarna putih pada permukaan media kultur. Juka diamati pada air media kultur dan di sinar dengan menggunakan lampu senter akan terlihat infusoria.
- Jika telah muncul infusoria maka untuk memberikannya pada postlarva ikan cupang dapat diberikan bersamaan dengan air media kultur secukupnya sesuai kebutuhan.
Untuk pakan alami, artemia ini dapat disiapkan sebagai pakan lanjutan.Selain mengandung protein yang tinggi mencapai 50% juga kaya akan mineral yang dibutuhkan larva untuk pembentukan tulang dan sisik serta perkembangan jaringan tubuh lainnya. Adapun cara kultur artemia adalah sebagai berikut :
- Siapkan wadah kultur berupa botol atau galon air mineral atau wadah berbentuk kerucut lainnya. Wadah kultur tersebut kemudian di cat hitam pada sekeliling wadah kecuali pada bagian dasar.
- Wadah kultur diposisikan bagian kerucut ada dibawah dan bagian atas atau dasar botol/galon dibuka/dipotong. Pada bagian dasar kerucut ditutup sengan kuat agar tidak bocor saat diisi air. Untuk mempermudah panen artemia, dapat pula dipasang selang panen pada bagian dasar sehingga saat panen hanya membuka kran panen saja. Namun dengan pemasangan saluran tersebut maka siste artemia terkadang banyak yang masuk kedalam selang sehingga tidak menetas. Jika demikian maka saluran dapat ditiadakan dan menggunakan teknik sifon untuk memanen larva artemia
- Wadah diidi dengan air laut dengan salinitas 30 – 38 ppt, jika tidak tersedia air laut maka dapat diganti dengan garam. Penambahan garam dilakukan agar salinitas yang dihasilkan sama dengan salinitas air laut yaitu 30 – 38 gr/liter air
- Pasang aerasi pada bagian dasar kerucut wadah kultur agar nantinya siste artemia selalu dalam keadaan teraduk - Jika wadah kultur sudah siap, media kultur sudah siap dan sistem pengaerasian sudah berjalan maka langkah selanjutnya adalah memasukkan siste artemia kedalam media kultur - Dalam 24 jam maka siste artemia akan menetas dan siap untuk dipanen.
- Panen artemia dapat dilakukan dengan cara mengendapkan artemia yang telah menetas agar berada dibawah dimana pada bagian dasar wadah kultur tidak diberikan warna/cat sehingga akan lebih terang. Karena sifatnya yang fototaksis positif maka larva artemia akan mengumpur didasar.
- Untuk mengendapkan, angkat aerasi dan tutup pada bagian atas wadah kultur sehingga gelap. Pengendapan ini dapat berlangsung 5 – 10 menit. Kulit/cangkang siste yang telah menetas akan berada di permukaan media kultur. Artinya terpisah antara yang menetas dan cangkang. - Pengambilan larva artemia dapat dilakukan dengan membuka kran panen yang telah terpasang didasar wadah atau dengan menyifon larva artemia. - Pengambilan larva artemia dapat dilakukan bertahap disesuaikan dengan waktu pemberian pakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar