Rabu, 02 Oktober 2013
Kamis, 25 April 2013
Pemijahan Ikan Jelawat
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di
beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis
ikan ekonomis yang cukup diminati masyarakat
Kalimantan bahkan
beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama
dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan
hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin
hujan, sehingga
keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil
penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan
benih
sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
Melihat aspek kebutuhan benih yang
masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan
ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya
pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi.
Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan
memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini
hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah
sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga
tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat
indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang
sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat,
pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat
dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian
sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak
terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih
keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi
melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna
kemerah‐merahan, mempunyai 2 pasang sungut.
Klasifikasi
Ikan Jelawat:
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
Budidaya
Ikan Jelawat
1.
Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus
berukuran 500‐700 m2 penebaran 0,1‐0,25 kg/m2. Selama
pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 25‐28%. Pakan tersebut diberikan
sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 2‐3 per hari. Selain pellet, induk
diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama
pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh
dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah
sebagai berikut:
Betina :
- Perut membesar dan lembut
- Apabila diurut ke arah anus akan keluar
cairan kekuningan
- Sirip dada halus dan licin
Jantan :
- Perut langsing
- Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
- Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan.
Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced
breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan
menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan
dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12
jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan
satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan
penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada
bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan
sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma
ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk
perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan
air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka
dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.
3.
Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan
menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm
tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah
diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 –
20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang
sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 –
24 jam telur akan menetas.
4.
Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan
telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara
penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas)
atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3
kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan
siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.
5.
Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan
2‐3
hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan
dengan pupuk kandung sebanyak 500‐700 gr/m2. Kolam diisi air
sampai ketinggian 80‐100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa
hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari
setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100‐150 ekor/m2. Benih ikan diberi
pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 10‐20 % per hari yang mengandung lebih
kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 2‐3 minggu. Benih yang dihasilkan
ukuran 2‐3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.
Kamis, 04 April 2013
PENGANGKUTAN IKAN HIDUP
Dalam
pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan
mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan
namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga
sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik
kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada
jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1. Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada
pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat
penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan,
kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang
dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat,
ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun
konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air
merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan
amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi
asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya
yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan
bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup
menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem
tertutup.
Pengangkutan
dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak
tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini
mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka
tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan
jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup
dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup.
Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi
keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak,
serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2. Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam
pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,
ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan)
sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah
metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan
begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar.
Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
- Penggunaan suhu rendah,
- Pembiusan dengan zat kimia, dan
- Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan
dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan
suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan
menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan
dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara,
Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn
dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan
pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan
anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu
MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan
jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat
dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak
rumput laut Caulerpa sp.
Selasa, 26 Maret 2013
PERANAN IKAN DALAM POLA GIZI SEIMBANG
Kemajuan
teknologi pengolahan pangan, serbuan supermarket, informasi pemasaran beragam
produk pangan, urbanisasi, dan kemajuan ekonomi terutama bagi golongan menengah
ke atas, serta dampak globalisasai, mendorong perubahan pola makan yang tidak
sehat yaitu tidak seimbang : padat energi, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi
garam dan rendah serat. Pola makan semacam ini berdampak pada maraknya masalah
kegemukan, penyakit diabetes, penyakit jantung dan penyakit degeneratif
lainnya. Tidak saja di negara maju tetapi juga negara berkembang seperti China,
Thailand, Brazil dan lain-lain termasuk Indonesia. Anak balita, anak usia
sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia masih banyak yang kurus, tetapi
sekaligus mulai banyak yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena
pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama
berdampak negatif.
Orang yang
kekurangan gizi cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah
sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas rendah. Sedangkan orang yang
kelebihan gizi cenderung mengalami kelebihan berat badan dan beresiko terkena
berbagai penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung dan lain-lain. Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah
melalui program pendidikan gizi tentang Gizi Seimbang.
Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang
adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung unsur-unsur zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan
berat badan (BB) ideal.
Gizi seimbang
dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap
makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.
Pesan Dasar Gizi Seimbang
Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan
aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Pesan dasar tersebut antara lain :
(1) Makanlah aneka
ragam makanan;
(2) Makanlah makanan
untuk memenuhi kecukupan energi;
(3) Makanlah makanan
sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi;
(4) Batasi konsumsi
lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi;
(5) Gunakan garam
beryodium;
(6) Makanlah makanan
sumber zat besi;
(7) Berikan ASI saja
kepada bayi sampai umur empat bulan;
(8) Biasakan makan
pagi;
(9) Minumlah air
bersih, aman yang cukup jumlahnya;
(10) Lakukan kegiatan fisik
dan olahraga secara teratur;
(11) Hindari minum minuman
beralkohol;
(12) Makanlah makanan yang
aman bagi kesehatan;
(13) Bacalah label
makanan yang dikemas.
Secara
keselurhan, konsep gizi seimbang mencakup prinsip-prinsip tidak hanya mengenai
makanannya, tetapi juga aspek pola hidup sehat lainnya seperti kebersihan,
olahraga dan berat badan ideal untuk berbagai kelompok umur.
Prinsip Gizi
Seimbang tidaklah sama dengan 4 sehat 5 sempurna (4S5S), pada “Pedoman Gizi
Seimbang”(TGS) penerapan pola makan tidak dapat diberlakukan sama pada setiap
orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan
TGS yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut,
yang mana hal ini berbeda dengan prinsip 4S5S yang berlaku bagi semua diatas
dua tahun.
Terdapat tiga
alasan kenapa pedoman 4S5S sejak awal 1990-an secara internasional telah
tergantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut TGS. Beberapa alasan
penting tentang hal tersebut, pertama, karena susunan makanan yang terdiri atas
4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung pada apakah porsi dan jenis zat
gizinya sesuai dengan kebutuhan. Kedua, karena susu bukan “makanan sempurna”
seperti anggapan selama ini, sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang
juga terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu didalam TGS, susu
ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Ketiga,
slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia,
ditahun 1950-an dan dianggap relevan pada zamannya, sejak tahun 1990-an
dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang gizi.
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Dalam konsep
gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan
pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga;
(2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan
tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan
zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih
besar dari pada kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002).
Sumber energi
diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal
dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang zat pembangun
diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya.
Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut
digambarkan dalam bentuk kerucut/ tumpeng dengan urutanurutan menurut banyaknya
bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikenal sebagai
Tumpeng Gizi
Seimbang (TGS). TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng yaitu satu potongan
besar, dua potosngan segar dan dua potongan kecil dan di puncak terdapat
potongan terkecil. Dasar tumpeng menggambarkan sumber energi/ tenaga, yaitu
golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan
sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun
yang secara relative paling sedikit dimakan tiap harinya.
Dari gambar
TGS tersebut dapat dikatakan bahwa ikan mengambil peranan yang cukup penting,
khususnya untuk makanan yang mengandung protein tinggi. Namun porsi tetaplah
lebih sedikit dibandingkan makanan berkarbohidrat atau yang berada didasar
tumpeng.
Ikan dalam Gizi Seimbang
Dalam TGS,
makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang
sama di bawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein ini juga dianjurkan
dengan porsi yang sama yaitu 2-3 porsi. Sebagai salah satu sumber protein
hewani, kelompok ikan merupakan sumber protein hewani dengan kandungan lemak
yang rendah. Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya, sumber protein
hewani dibagi menjadi 3 kelompok yaitu rendah lemak (dalam 7 gram protein
mengandung 2 gram lemak), lemak sedang (dalam 7 gram protein mengandung 5 gram
lemak) dan tinggi lemak (dalam 7 gram protein mengandung 13 gram lemak).
Berdasarkan
pengelompokan kandungan lemaknya tersebut, kelompok ikan masuk ke dalam
kelompok rendah lemak. Ikan segar dengan ukuran 1 potong sedang atau setara 40
gram, hanya mengandung 2 gram lemak. Demikian pula 5 ekor udang ukuran sedang
atau setara 35 gram juga hanya mengandung 2 gram lemak.
Kandungan
protein ikan jauh lebih tinggi disbanding protein hewani lainnya. Hampir semua
asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia terkandung dalam daging
ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari 15-24% protein. Protein daging ikan
memiliki kemampuan cerna dan nilai biologis yang sangat baik. Selain kaya akan
protein hewani, ikan juga kaya akan asam lemak omega 3.
Asam lemak ini
baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak anak. Kandungan asam lemak
omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah asam linoleat, asam eikosapenanoat
(EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Kandungan lainnya pada ikan adalah
nutrisi esensial seperti kalsium, forsor, besi dan retinol.
Nutrisi
esensial ini sangat penting bagi tubuh, terutama anak dan remaja di masa
pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di dalam daging ikan.
Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan adalah golongan vitamin
yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan D. Sedangkan mineral yang
dominan adalah fosfor, besi, kalsium, selenium dan iodium. Bagi ibu hamil dan
menyusui, adanya mitos bahwa ibu hamil dan menyusui pantang makan ikan, tidak
lah benar. Justru ikan merupakan salah satu sumber protein dan mineral penting
bagi ibu hamil dan menyusui.
Nilai cerna
protein ikan yang sangat tinggi juga menjadikan daging ikan cukup aman
dikonsumsi bagi anak balita dan usia lanjut. Ini penting, mengingat kelompok
balita dan usia lanjut merupakan usia yang rentan karena balita memiliki sistem
pencernaan yang belum sesempurna orang dewasa dan fungsi organ pencernaan usia
lanjut sudah mulai menurun. Oleh karenanya sangat disarankan mengkonsumsi ikan
untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh.
Dari uraian
diatas, terlihat jelas peranan ikan dalam pemenuhan gizi seimbang dengan
berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut)
dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik dan sakit).
Dalam implementasi gizi seimbang, program diversifikasi pangan perlu dibarengi
dengan pola hidup bersih, aktif dan berolahraga serta menjaga berat badan
ideal.
Senin, 18 Maret 2013
Tinta Cumi Bermanfaat untuk Obat Kanker?
Cumi cumi merupakan salah satu seafood
yang sangat populer dikalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal
dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti
tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering
polos.
Indonesia sendiri adalah negara
maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang
terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari tubuh cumi-cumi
relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian
orang, bagian kaki (part growled) perlu dibuang,
meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh
cumi-cumi yang biasa dibuang adalah tintanya, karena tidak
menambah daya tarik
penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak
ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa
khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Hiroki University di
Jepang, tinta cumi dapat mengaktifkan sel darah
putih untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15
ekor tikus yang dikembangkan dalam tubuhnya
penyakit tumor ganas. Tikus-tikus tersebut diberi
suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta
cumi. Ternyata hanya tiga tikus yang
mati, sisanya tetap hidup. Sebagai perbandingan, 15
tikus lainnya yang juga menderita penyakit yang
sama tidak diberikan suntikan tinta cumi dan
semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba
Jin’ichi Sasaki dan sejawatnya dari Universitas
Hirosaki di Jepang bagian utara. Mereka
memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri
atas glusida (gabungan gula, protein dan lipid). “Sebenarnya
tak ada alasan khusus mengapa kami memakai tinta
cumi pada mencit-mencit yang ditumbuhi kanker”, kata
Sasaki. ’Di daerah ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya
dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna dalam
tinta itu agar dapat mendaur ulangnya.
Kini kegiatan para
ilmuwan itu adalah mencari zat aktif dalam tinta itu
dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja dengan
mengaktifkan komponen sel darah putih yang
disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya.
Siapa tahu zat
yang dapat menyelamatkan jiwa 60% mencit-mencit
kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia.
Penelitian ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat
lebih valid. Selain itu, mungkin ada manfaat lain selain
sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa
dibuang dan tidak dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki
manfaat bagi dunia kedokteran.
Kandungan Gizi
Selain lezat, ditinjau
dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang
luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein
cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging
cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain,
yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang
khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh
tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah
leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial
yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua asam
amino tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan
gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga
dalam pen-golahannya tak perlu ditambahkan penyedap
(seperti monosodium glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa
jenis mineral mikro dan makro
dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang
terkandung pada
cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
Variasi ini tergantung pada keadaan
lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur.
Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium, dan selenium.
Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka
tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan
mencegah osteoporosis dimasa tua. Selain kaya akan protein,
cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti
vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin
larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi juga mengandung
TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO
yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging
cumi-cumi. Daging cumi-cumi juga banyak mengandung
monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi
mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup
tinggi pada cumi–cumi juga menyebabkan cumi-cumi berbau
amis ketika men-galami perlakuan pemasakan seperti direbus. Jadi
bila anda menyukainya, tinta hitam itu tidak perlu
dibuang dari cumi, tetapi dapat dimakan. Tidak
ada yang perlu dikhawatirkan tentang zat tinta yang
pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk
peningkat cita rasa.
Kamis, 14 Maret 2013
TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MASYARAKAT PESISIR
Sejumlah teknologi kelautan dan perikanan
telah diaplikasikan untuk mendukung kegiatan nelayan, pembudidaya perikanan,
dan masyarakat pesisir lainnya. Kawasan pesisir merupakan potensi bagi
perkembangan sector kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu didukung dengan
program nyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan baik nelayan, pembudidaya,
pelaku pengolahan, serta stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya.
Pusat Pengkajian dan Perekayasaan
Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP) merupakan salahsatu satuan kerja di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP)
yang bergerak di bidang pengkajian dan perekayasaan teknologi kelautan dan
perikanan. Lembaga ini menghasilkan teknologi kelautan dan perikanan yang telah
diaplikasikan di beberapa daerah pesisir di Indonesia.
Zero Water Discharge
Salahsatu teknologi yang telah
diaplikasikan yaitu Zero Water Discharge (ZWD). Ini merupakan teknologi
pengolahan air yang dimanfaatkan untuk budidaya. Konsep teknologi ZWD mempunyai
keunggulan diantaranya dapat meminimalisasi penggunaan air tawar, optimalisasilahan
sempit, menjaga kondisi sistem yang stabil, produktivitas yang tinggi, dan
mitigasi kerusakan lingkungan hidup.
Teknologi ini sangat cocok untuk daerah
yang mempunyai ketersediaan air tawar yang terbatas. Konsep ZWD dapat
meningkatkan produktivitas panen setiap periode. Dalam penerapannya, teknologi
ini sudah diaplikasikan untuk budidaya udang galah di Pamarican, Ciamis dan
telah dirasakan manfaatnya.
Menurut pembudidaya, hasil panen mempunyai
kualitas yang baik dan warna udang yang dihasilkan cerah. Hal ini dapat
mempengaruhi nilai jual udang galah menjadi lebih menguntungkan. Produktivitas
panen juga meningkat,per periode panen yaitu 25 % pada panen pertama dan panen
selanjutnya meningkat menjadi 37% dan 50%.
Penerapan teknologi ini diaplikasikan pada
6 kolam pendederan udang galah ukuran 3 x 5 meter dan 2 buah kolam ukuran 5 x 6
meter. Padat tebar tiap kolam adalah 150 ekor/m2 dengan lama pendederan sekitar
6 - 8 minggu per periode panen. Komponen teknologi ZWD meliputi penyediaan
bakteri nitrifikasi, penyediaan mikro alga chlorella, pembuatan shelter
loster bata dan karpet, persyaratan benur(tepat ukuran dan jumlah tebar),
persyaratan pakan (tepat jumlah, jenis dan waktu pemberian pakan), serta waktu
pemeliharaan, cara, dan selang waktu penambahan air.
Ice Maker
Lalu ada pula teknologi ice maker yang
merupakan teknologi penyedia es Kristal untuk masyarakat pesisir. Saat ini
teknologi ice maker sudah dimanfaatkan oleh pedagang kuliner di Pantai
Pandansimo Baru Kabupaten Bantul.
Sebelum diterapkannya teknologi ice
maker, pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru jika ingin membeli es harus
membeli ke rumah penduduk yang berjualan es dengan menempuh jarak sekitar 1,5
Km dengan harga Rp 600/kg. Hal ini dirasakan pedagang kuliner sangat tidak efisien
karena harus bolak-balik membeli es yang tentunya memerlukan tenaga dan biaya
operasional tambahan. Dengan diterapkannya teknologi ice maker dirasakan
sangat membantu hasil dilapangan.
Menurut para pedagang kuliner, lokasi ice
maker sangat mudah untuk dijangkau karena berada di lokasi Pantai Pandansimo
Baru dengan jarak sekitar 75 m dari tempat usaha, sehingga tidak mengeluarkan
biaya tambahan untuk menuju ke lokasi pembeli an es. Harga yang ditawarkan juga
lebih murah yaitu Rp 400/kg dengan bentuk es yang dihasilkan dalam kondisi yang
baik. Spesifikasi teknologi ice maker yang diaplikasikan diantaranya
yaitu produksi es kristal dapat dilakukan per 30 menit dengan hasil
produksi sekitar 10 kg. Produksi es kristal membutuhkan alat seperti
pompa,filter I ( pasir dan mangan), filter II ( karbon aktif), tower
(penampung) air, dan mesin ice maker. Komponen diatas merupakan alat pendukung
untuk mensuplai air bersih menuju ke alat ice maker yang merupakan proses akhir
dari teknologi tersebut sehingga menghasilkan es kristal.
Reverse Osmosis
Kemudian ada teknologi reverse osmosis.
Ini merupakan teknologi yang menggunakan prinsip perbedaan tekanan antar
konsentrasi zat yang berbeda. Penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) di
Indramayu Jawa Barat ditujukan sebagai penyedia air siap minum untuk masyarakat
nelayan disekitar pelabuhan Eretan Kulon Indramayu. Teknologi ini menggunakan
membrane semipermeable sebagai medianya. Dalam reverse osmosis, air dipaksa
melawan sifat alamiahnya sehingga mengalir dari larutan pekatmenuju larutan
encer melalui membrane semipermeable. Tekanan osmosis yang lebih besar daripada
tekanan osmosis biasa diberikan dengan bantuan pompa sehingga air murni akan
mengalir melalui membrane berlawanan arah dengan osmosis (sumber:Tim Iptekmas
P3TKP 2011).
Teknologi reverse osmosis
dioperasikanselama 3 - 4 jam dengan kapasitas produksi500 liter/jam. Dengan
menggunakan teknolog ini dapat memproduksi air siap minum 2.000 liter atau
kurang lebih 105 galon (ukuran 19 liter)
Sumber : BALITBANG KP
Rabu, 13 Maret 2013
Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy
Konsep pembangunan yang memberikan solusi
terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan
dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP)
bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi
pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri
Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan
pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari
prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
Ia menjelaskan, blue economy merupakan
sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang
diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier
dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos produksi
lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan,
prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di
dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan
industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak
lingkungan,” kata Sharif.
Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan
berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track
strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan).
Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) di Jakarta.
Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu
inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal
Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku
bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah
Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan
Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue
economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang
juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan
tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada
pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial
inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa
menyisakan limbah.
Di samping itu, ia pun menyampaikan
sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di
dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan
rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan
lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang
berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan.
Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser
masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with
what we have”.
Penerapan Blue
Economy
KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue
economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai
langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan.
“kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue
Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue
economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah
Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
Kerjasama tersebut menyepakati lima poin
penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia.
Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di
sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue
economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi berbasis model blue
economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan
perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk
publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi
bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang
berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning)
kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan
gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue
economy.
Blue economy telah diusulkan sebagai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan
2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi
mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,”
sambungnya.
Pendidikan Blue
Economy
Terkait dengan dunia pendidikan, menurut
Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki
kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset
maupun inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan
konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat
membantu pemerintah dalam memberikan alternatif penyelesaian yang
riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola
sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain
sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum
lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif,
pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh
lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah
tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
Oleh karena itulah, KKP
mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable
developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi
orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan
pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya,
kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di
Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.sumber : BALITBANG KP
Selasa, 12 Maret 2013
PENGOLAHAN SELAI RUMPUT LAUT
Pada tulisan
yang lalu tentang “ Inovasi Pengolahan Rumput Laut (mie rumput laut)” telah
diterangkan mengenai manfaat, fungsi dan jenis rumput laut yang ada di
Indonesia. Namun pada tulisan kali ini saya tidak akan menjelaskan mengenai
fungsi, jenis dan manfaat rumput laut lagi, tetapi saya akan mencoba menerangkan
mengenai teknik pengolahan rumput laut yang lainnya yaitu “Pengolahan Selai
Rumput Laut”.
Seperti yang telah kita ketahui semua bahwa selai
biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap berbagai aneka makanan seperti kue
kering, roti, dan aneka kue basah. Pada umumnya kita juga telah mengetahui
bahwa selai yang selama ini kita kenal biasanya terbuat dari buah-buahan
diantaranya nanas dan strawbery. namun ternyata rumput laut yang biasanya
sering diolah menjadi agar-agar ternyata juga bisa diolah menjadi selai. Pada kesempatan
ini akan dijelaskan tentang " Pengolahan Selai Rumput Laut ". Langkah-langkah yang
harus dilakukan yaitu :
1. Siapkan
Bahan baku
·
Rumput
Laut (diusahakan jenis E. cottonii) 100 gr
2. Siapkan
bahan tambahan dan bahan pembantu
·
Gula
pasir 1500 gr
·
Nenas 1000 gr (diblender)
·
Asam
sitrat 2 gr
·
Garam 0,5 gr
·
Pewarna secukupnya (jika
diinginkan)
3. Siapkan
peralatan
·
Pisau
·
Talenan
·
Wadah
·
Sendok
·
Kompor
·
Blender
·
Alat
penggorengan
·
Alat
pengemasan
4. Cara
pengolahan
- Rendam rumput laut kering selama 1
malam dan tambahkan kepur sirih ke dalam air rendaman. Tujuan dari perendaman
yaitu untuk mengurangi bau amis rumput laut.
- Setelah dilakukan perendaman, bilas
rumput laut menggunakan air bersih
- Blender rumput laut dengan ditambahkan
air secukupnya (usahakan blender sampai halus)
- Tambahkan gula pasir kedalam rumput
laut yang telah di blender
- Panaskan campuran rumput laut dan gula
menggunakan penggorengan aduk sampai rata
- Tambahkan asam sitrat nenas dan garam,
aduk kembali hingga rata (tambahkan pewarna jika diinginkan)
- Diamkan pada suhu ruang hingga dingin
dan siap untuk dikemas
Gambar proses pembuatan selai rumput
laut
Langganan:
Postingan (Atom)
Rabu, 02 Oktober 2013
Kamis, 25 April 2013
Pemijahan Ikan Jelawat
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di
beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis
ikan ekonomis yang cukup diminati masyarakat
Kalimantan bahkan
beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama
dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan
hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin
hujan, sehingga
keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil
penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan
benih
sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
Melihat aspek kebutuhan benih yang
masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan
ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya
pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi.
Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan
memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini
hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah
sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga
tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat
indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang
sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat,
pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat
dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian
sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak
terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih
keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi
melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna
kemerah‐merahan, mempunyai 2 pasang sungut.
Klasifikasi
Ikan Jelawat:
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
Sub ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Sub famili : Cyprinidae
Genus : Leptobarbus
Species : Leptobarbus hoeveni
Budidaya
Ikan Jelawat
1.
Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus
berukuran 500‐700 m2 penebaran 0,1‐0,25 kg/m2. Selama
pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 25‐28%. Pakan tersebut diberikan
sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 2‐3 per hari. Selain pellet, induk
diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama
pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh
dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah
sebagai berikut:
Betina :
- Perut membesar dan lembut
- Apabila diurut ke arah anus akan keluar
cairan kekuningan
- Sirip dada halus dan licin
Jantan :
- Perut langsing
- Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
- Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba
2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan.
Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced
breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan
menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan
dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12
jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan
satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan
penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada
bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan
sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma
ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk
perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan
air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka
dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.
3.
Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan
menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm
tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah
diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 –
20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang
sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 –
24 jam telur akan menetas.
4.
Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan
telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara
penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas)
atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3
kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan
siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.
5.
Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan
2‐3
hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan
dengan pupuk kandung sebanyak 500‐700 gr/m2. Kolam diisi air
sampai ketinggian 80‐100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa
hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari
setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100‐150 ekor/m2. Benih ikan diberi
pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 10‐20 % per hari yang mengandung lebih
kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 2‐3 minggu. Benih yang dihasilkan
ukuran 2‐3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.
Kamis, 04 April 2013
PENGANGKUTAN IKAN HIDUP
Dalam
pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan
mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan
namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga
sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik
kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada
jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1. Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada
pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat
penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan,
kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang
dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat,
ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun
konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air
merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan
amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi
asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya
yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan
bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup
menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem
tertutup.
Pengangkutan
dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak
tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini
mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka
tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan
jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup
dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup.
Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi
keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak,
serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2. Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam
pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,
ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan)
sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah
metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan
begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar.
Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu
- Penggunaan suhu rendah,
- Pembiusan dengan zat kimia, dan
- Penyetruman dengan arus listrik.
Pemingsanan
dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan
suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan
menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan
dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara,
Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn
dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan
pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan
anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu
MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan
jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat
dilakukan dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak
rumput laut Caulerpa sp.
Selasa, 26 Maret 2013
PERANAN IKAN DALAM POLA GIZI SEIMBANG
Kemajuan
teknologi pengolahan pangan, serbuan supermarket, informasi pemasaran beragam
produk pangan, urbanisasi, dan kemajuan ekonomi terutama bagi golongan menengah
ke atas, serta dampak globalisasai, mendorong perubahan pola makan yang tidak
sehat yaitu tidak seimbang : padat energi, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi
garam dan rendah serat. Pola makan semacam ini berdampak pada maraknya masalah
kegemukan, penyakit diabetes, penyakit jantung dan penyakit degeneratif
lainnya. Tidak saja di negara maju tetapi juga negara berkembang seperti China,
Thailand, Brazil dan lain-lain termasuk Indonesia. Anak balita, anak usia
sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia masih banyak yang kurus, tetapi
sekaligus mulai banyak yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena
pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama
berdampak negatif.
Orang yang
kekurangan gizi cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah
sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas rendah. Sedangkan orang yang
kelebihan gizi cenderung mengalami kelebihan berat badan dan beresiko terkena
berbagai penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung dan lain-lain. Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah
melalui program pendidikan gizi tentang Gizi Seimbang.
Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang
adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung unsur-unsur zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan
berat badan (BB) ideal.
Gizi seimbang
dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap
makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.
Pesan Dasar Gizi Seimbang
Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan
aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Pesan dasar tersebut antara lain :
(1) Makanlah aneka
ragam makanan;
(2) Makanlah makanan
untuk memenuhi kecukupan energi;
(3) Makanlah makanan
sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi;
(4) Batasi konsumsi
lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi;
(5) Gunakan garam
beryodium;
(6) Makanlah makanan
sumber zat besi;
(7) Berikan ASI saja
kepada bayi sampai umur empat bulan;
(8) Biasakan makan
pagi;
(9) Minumlah air
bersih, aman yang cukup jumlahnya;
(10) Lakukan kegiatan fisik
dan olahraga secara teratur;
(11) Hindari minum minuman
beralkohol;
(12) Makanlah makanan yang
aman bagi kesehatan;
(13) Bacalah label
makanan yang dikemas.
Secara
keselurhan, konsep gizi seimbang mencakup prinsip-prinsip tidak hanya mengenai
makanannya, tetapi juga aspek pola hidup sehat lainnya seperti kebersihan,
olahraga dan berat badan ideal untuk berbagai kelompok umur.
Prinsip Gizi
Seimbang tidaklah sama dengan 4 sehat 5 sempurna (4S5S), pada “Pedoman Gizi
Seimbang”(TGS) penerapan pola makan tidak dapat diberlakukan sama pada setiap
orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan
TGS yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut,
yang mana hal ini berbeda dengan prinsip 4S5S yang berlaku bagi semua diatas
dua tahun.
Terdapat tiga
alasan kenapa pedoman 4S5S sejak awal 1990-an secara internasional telah
tergantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut TGS. Beberapa alasan
penting tentang hal tersebut, pertama, karena susunan makanan yang terdiri atas
4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung pada apakah porsi dan jenis zat
gizinya sesuai dengan kebutuhan. Kedua, karena susu bukan “makanan sempurna”
seperti anggapan selama ini, sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang
juga terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu didalam TGS, susu
ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Ketiga,
slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia,
ditahun 1950-an dan dianggap relevan pada zamannya, sejak tahun 1990-an
dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang gizi.
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Dalam konsep
gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan
pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga;
(2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan
tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan
zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih
besar dari pada kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002).
Sumber energi
diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal
dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang zat pembangun
diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya.
Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut
digambarkan dalam bentuk kerucut/ tumpeng dengan urutanurutan menurut banyaknya
bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikenal sebagai
Tumpeng Gizi
Seimbang (TGS). TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng yaitu satu potongan
besar, dua potosngan segar dan dua potongan kecil dan di puncak terdapat
potongan terkecil. Dasar tumpeng menggambarkan sumber energi/ tenaga, yaitu
golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan
sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun
yang secara relative paling sedikit dimakan tiap harinya.
Dari gambar
TGS tersebut dapat dikatakan bahwa ikan mengambil peranan yang cukup penting,
khususnya untuk makanan yang mengandung protein tinggi. Namun porsi tetaplah
lebih sedikit dibandingkan makanan berkarbohidrat atau yang berada didasar
tumpeng.
Ikan dalam Gizi Seimbang
Dalam TGS,
makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang
sama di bawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein ini juga dianjurkan
dengan porsi yang sama yaitu 2-3 porsi. Sebagai salah satu sumber protein
hewani, kelompok ikan merupakan sumber protein hewani dengan kandungan lemak
yang rendah. Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya, sumber protein
hewani dibagi menjadi 3 kelompok yaitu rendah lemak (dalam 7 gram protein
mengandung 2 gram lemak), lemak sedang (dalam 7 gram protein mengandung 5 gram
lemak) dan tinggi lemak (dalam 7 gram protein mengandung 13 gram lemak).
Berdasarkan
pengelompokan kandungan lemaknya tersebut, kelompok ikan masuk ke dalam
kelompok rendah lemak. Ikan segar dengan ukuran 1 potong sedang atau setara 40
gram, hanya mengandung 2 gram lemak. Demikian pula 5 ekor udang ukuran sedang
atau setara 35 gram juga hanya mengandung 2 gram lemak.
Kandungan
protein ikan jauh lebih tinggi disbanding protein hewani lainnya. Hampir semua
asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia terkandung dalam daging
ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari 15-24% protein. Protein daging ikan
memiliki kemampuan cerna dan nilai biologis yang sangat baik. Selain kaya akan
protein hewani, ikan juga kaya akan asam lemak omega 3.
Asam lemak ini
baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak anak. Kandungan asam lemak
omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah asam linoleat, asam eikosapenanoat
(EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Kandungan lainnya pada ikan adalah
nutrisi esensial seperti kalsium, forsor, besi dan retinol.
Nutrisi
esensial ini sangat penting bagi tubuh, terutama anak dan remaja di masa
pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di dalam daging ikan.
Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan adalah golongan vitamin
yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan D. Sedangkan mineral yang
dominan adalah fosfor, besi, kalsium, selenium dan iodium. Bagi ibu hamil dan
menyusui, adanya mitos bahwa ibu hamil dan menyusui pantang makan ikan, tidak
lah benar. Justru ikan merupakan salah satu sumber protein dan mineral penting
bagi ibu hamil dan menyusui.
Nilai cerna
protein ikan yang sangat tinggi juga menjadikan daging ikan cukup aman
dikonsumsi bagi anak balita dan usia lanjut. Ini penting, mengingat kelompok
balita dan usia lanjut merupakan usia yang rentan karena balita memiliki sistem
pencernaan yang belum sesempurna orang dewasa dan fungsi organ pencernaan usia
lanjut sudah mulai menurun. Oleh karenanya sangat disarankan mengkonsumsi ikan
untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh.
Dari uraian
diatas, terlihat jelas peranan ikan dalam pemenuhan gizi seimbang dengan
berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut)
dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik dan sakit).
Dalam implementasi gizi seimbang, program diversifikasi pangan perlu dibarengi
dengan pola hidup bersih, aktif dan berolahraga serta menjaga berat badan
ideal.
Senin, 18 Maret 2013
Tinta Cumi Bermanfaat untuk Obat Kanker?
Cumi cumi merupakan salah satu seafood
yang sangat populer dikalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal
dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti
tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering
polos.
Indonesia sendiri adalah negara
maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang
terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari tubuh cumi-cumi
relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian
orang, bagian kaki (part growled) perlu dibuang,
meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh
cumi-cumi yang biasa dibuang adalah tintanya, karena tidak
menambah daya tarik
penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak
ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa
khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Hiroki University di
Jepang, tinta cumi dapat mengaktifkan sel darah
putih untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15
ekor tikus yang dikembangkan dalam tubuhnya
penyakit tumor ganas. Tikus-tikus tersebut diberi
suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta
cumi. Ternyata hanya tiga tikus yang
mati, sisanya tetap hidup. Sebagai perbandingan, 15
tikus lainnya yang juga menderita penyakit yang
sama tidak diberikan suntikan tinta cumi dan
semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba
Jin’ichi Sasaki dan sejawatnya dari Universitas
Hirosaki di Jepang bagian utara. Mereka
memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri
atas glusida (gabungan gula, protein dan lipid). “Sebenarnya
tak ada alasan khusus mengapa kami memakai tinta
cumi pada mencit-mencit yang ditumbuhi kanker”, kata
Sasaki. ’Di daerah ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya
dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna dalam
tinta itu agar dapat mendaur ulangnya.
Kini kegiatan para
ilmuwan itu adalah mencari zat aktif dalam tinta itu
dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja dengan
mengaktifkan komponen sel darah putih yang
disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya.
Siapa tahu zat
yang dapat menyelamatkan jiwa 60% mencit-mencit
kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia.
Penelitian ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat
lebih valid. Selain itu, mungkin ada manfaat lain selain
sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa
dibuang dan tidak dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki
manfaat bagi dunia kedokteran.
Kandungan Gizi
Selain lezat, ditinjau
dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang
luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein
cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging
cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain,
yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang
khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh
tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah
leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial
yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua asam
amino tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan
gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga
dalam pen-golahannya tak perlu ditambahkan penyedap
(seperti monosodium glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa
jenis mineral mikro dan makro
dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang
terkandung pada
cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
Variasi ini tergantung pada keadaan
lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur.
Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium, dan selenium.
Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka
tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan
mencegah osteoporosis dimasa tua. Selain kaya akan protein,
cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti
vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin
larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi juga mengandung
TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO
yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging
cumi-cumi. Daging cumi-cumi juga banyak mengandung
monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi
mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup
tinggi pada cumi–cumi juga menyebabkan cumi-cumi berbau
amis ketika men-galami perlakuan pemasakan seperti direbus. Jadi
bila anda menyukainya, tinta hitam itu tidak perlu
dibuang dari cumi, tetapi dapat dimakan. Tidak
ada yang perlu dikhawatirkan tentang zat tinta yang
pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk
peningkat cita rasa.
Kamis, 14 Maret 2013
TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MASYARAKAT PESISIR
Sejumlah teknologi kelautan dan perikanan
telah diaplikasikan untuk mendukung kegiatan nelayan, pembudidaya perikanan,
dan masyarakat pesisir lainnya. Kawasan pesisir merupakan potensi bagi
perkembangan sector kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu didukung dengan
program nyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan baik nelayan, pembudidaya,
pelaku pengolahan, serta stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya.
Pusat Pengkajian dan Perekayasaan
Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP) merupakan salahsatu satuan kerja di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP)
yang bergerak di bidang pengkajian dan perekayasaan teknologi kelautan dan
perikanan. Lembaga ini menghasilkan teknologi kelautan dan perikanan yang telah
diaplikasikan di beberapa daerah pesisir di Indonesia.
Zero Water Discharge
Salahsatu teknologi yang telah
diaplikasikan yaitu Zero Water Discharge (ZWD). Ini merupakan teknologi
pengolahan air yang dimanfaatkan untuk budidaya. Konsep teknologi ZWD mempunyai
keunggulan diantaranya dapat meminimalisasi penggunaan air tawar, optimalisasilahan
sempit, menjaga kondisi sistem yang stabil, produktivitas yang tinggi, dan
mitigasi kerusakan lingkungan hidup.
Teknologi ini sangat cocok untuk daerah
yang mempunyai ketersediaan air tawar yang terbatas. Konsep ZWD dapat
meningkatkan produktivitas panen setiap periode. Dalam penerapannya, teknologi
ini sudah diaplikasikan untuk budidaya udang galah di Pamarican, Ciamis dan
telah dirasakan manfaatnya.
Menurut pembudidaya, hasil panen mempunyai
kualitas yang baik dan warna udang yang dihasilkan cerah. Hal ini dapat
mempengaruhi nilai jual udang galah menjadi lebih menguntungkan. Produktivitas
panen juga meningkat,per periode panen yaitu 25 % pada panen pertama dan panen
selanjutnya meningkat menjadi 37% dan 50%.
Penerapan teknologi ini diaplikasikan pada
6 kolam pendederan udang galah ukuran 3 x 5 meter dan 2 buah kolam ukuran 5 x 6
meter. Padat tebar tiap kolam adalah 150 ekor/m2 dengan lama pendederan sekitar
6 - 8 minggu per periode panen. Komponen teknologi ZWD meliputi penyediaan
bakteri nitrifikasi, penyediaan mikro alga chlorella, pembuatan shelter
loster bata dan karpet, persyaratan benur(tepat ukuran dan jumlah tebar),
persyaratan pakan (tepat jumlah, jenis dan waktu pemberian pakan), serta waktu
pemeliharaan, cara, dan selang waktu penambahan air.
Ice Maker
Lalu ada pula teknologi ice maker yang
merupakan teknologi penyedia es Kristal untuk masyarakat pesisir. Saat ini
teknologi ice maker sudah dimanfaatkan oleh pedagang kuliner di Pantai
Pandansimo Baru Kabupaten Bantul.
Sebelum diterapkannya teknologi ice
maker, pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru jika ingin membeli es harus
membeli ke rumah penduduk yang berjualan es dengan menempuh jarak sekitar 1,5
Km dengan harga Rp 600/kg. Hal ini dirasakan pedagang kuliner sangat tidak efisien
karena harus bolak-balik membeli es yang tentunya memerlukan tenaga dan biaya
operasional tambahan. Dengan diterapkannya teknologi ice maker dirasakan
sangat membantu hasil dilapangan.
Menurut para pedagang kuliner, lokasi ice
maker sangat mudah untuk dijangkau karena berada di lokasi Pantai Pandansimo
Baru dengan jarak sekitar 75 m dari tempat usaha, sehingga tidak mengeluarkan
biaya tambahan untuk menuju ke lokasi pembeli an es. Harga yang ditawarkan juga
lebih murah yaitu Rp 400/kg dengan bentuk es yang dihasilkan dalam kondisi yang
baik. Spesifikasi teknologi ice maker yang diaplikasikan diantaranya
yaitu produksi es kristal dapat dilakukan per 30 menit dengan hasil
produksi sekitar 10 kg. Produksi es kristal membutuhkan alat seperti
pompa,filter I ( pasir dan mangan), filter II ( karbon aktif), tower
(penampung) air, dan mesin ice maker. Komponen diatas merupakan alat pendukung
untuk mensuplai air bersih menuju ke alat ice maker yang merupakan proses akhir
dari teknologi tersebut sehingga menghasilkan es kristal.
Reverse Osmosis
Kemudian ada teknologi reverse osmosis.
Ini merupakan teknologi yang menggunakan prinsip perbedaan tekanan antar
konsentrasi zat yang berbeda. Penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) di
Indramayu Jawa Barat ditujukan sebagai penyedia air siap minum untuk masyarakat
nelayan disekitar pelabuhan Eretan Kulon Indramayu. Teknologi ini menggunakan
membrane semipermeable sebagai medianya. Dalam reverse osmosis, air dipaksa
melawan sifat alamiahnya sehingga mengalir dari larutan pekatmenuju larutan
encer melalui membrane semipermeable. Tekanan osmosis yang lebih besar daripada
tekanan osmosis biasa diberikan dengan bantuan pompa sehingga air murni akan
mengalir melalui membrane berlawanan arah dengan osmosis (sumber:Tim Iptekmas
P3TKP 2011).
Teknologi reverse osmosis
dioperasikanselama 3 - 4 jam dengan kapasitas produksi500 liter/jam. Dengan
menggunakan teknolog ini dapat memproduksi air siap minum 2.000 liter atau
kurang lebih 105 galon (ukuran 19 liter)
Sumber : BALITBANG KP
Rabu, 13 Maret 2013
Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy
Konsep pembangunan yang memberikan solusi
terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan
dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP)
bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi
pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri
Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan
pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari
prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
Ia menjelaskan, blue economy merupakan
sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang
diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier
dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos produksi
lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan,
prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di
dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan
nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan
industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak
lingkungan,” kata Sharif.
Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan
berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track
strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan
tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan).
Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) di Jakarta.
Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu
inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal
Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku
bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah
Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan
Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue
economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang
juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan
tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada
pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial
inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa
menyisakan limbah.
Di samping itu, ia pun menyampaikan
sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di
dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan
rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan
lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang
berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan.
Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser
masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with
what we have”.
Penerapan Blue
Economy
KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue
economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai
langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan.
“kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue
Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue
economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah
Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
Kerjasama tersebut menyepakati lima poin
penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia.
Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di
sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue
economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi berbasis model blue
economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan
perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk
publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi
bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang
berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning)
kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan
gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue
economy.
Blue economy telah diusulkan sebagai
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan
2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi
mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,”
sambungnya.
Pendidikan Blue
Economy
Terkait dengan dunia pendidikan, menurut
Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki
kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset
maupun inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan
konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat
membantu pemerintah dalam memberikan alternatif penyelesaian yang
riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola
sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain
sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum
lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif,
pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh
lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah
tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
Oleh karena itulah, KKP
mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable
developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi
orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan
pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya,
kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di
Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.sumber : BALITBANG KP
Selasa, 12 Maret 2013
PENGOLAHAN SELAI RUMPUT LAUT
Pada tulisan
yang lalu tentang “ Inovasi Pengolahan Rumput Laut (mie rumput laut)” telah
diterangkan mengenai manfaat, fungsi dan jenis rumput laut yang ada di
Indonesia. Namun pada tulisan kali ini saya tidak akan menjelaskan mengenai
fungsi, jenis dan manfaat rumput laut lagi, tetapi saya akan mencoba menerangkan
mengenai teknik pengolahan rumput laut yang lainnya yaitu “Pengolahan Selai
Rumput Laut”.
Seperti yang telah kita ketahui semua bahwa selai
biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap berbagai aneka makanan seperti kue
kering, roti, dan aneka kue basah. Pada umumnya kita juga telah mengetahui
bahwa selai yang selama ini kita kenal biasanya terbuat dari buah-buahan
diantaranya nanas dan strawbery. namun ternyata rumput laut yang biasanya
sering diolah menjadi agar-agar ternyata juga bisa diolah menjadi selai. Pada kesempatan
ini akan dijelaskan tentang " Pengolahan Selai Rumput Laut ". Langkah-langkah yang
harus dilakukan yaitu :
1. Siapkan
Bahan baku
·
Rumput
Laut (diusahakan jenis E. cottonii) 100 gr
2. Siapkan
bahan tambahan dan bahan pembantu
·
Gula
pasir 1500 gr
·
Nenas 1000 gr (diblender)
·
Asam
sitrat 2 gr
·
Garam 0,5 gr
·
Pewarna secukupnya (jika
diinginkan)
3. Siapkan
peralatan
·
Pisau
·
Talenan
·
Wadah
·
Sendok
·
Kompor
·
Blender
·
Alat
penggorengan
·
Alat
pengemasan
4. Cara
pengolahan
- Rendam rumput laut kering selama 1
malam dan tambahkan kepur sirih ke dalam air rendaman. Tujuan dari perendaman
yaitu untuk mengurangi bau amis rumput laut.
- Setelah dilakukan perendaman, bilas
rumput laut menggunakan air bersih
- Blender rumput laut dengan ditambahkan
air secukupnya (usahakan blender sampai halus)
- Tambahkan gula pasir kedalam rumput
laut yang telah di blender
- Panaskan campuran rumput laut dan gula
menggunakan penggorengan aduk sampai rata
- Tambahkan asam sitrat nenas dan garam,
aduk kembali hingga rata (tambahkan pewarna jika diinginkan)
- Diamkan pada suhu ruang hingga dingin
dan siap untuk dikemas
Gambar proses pembuatan selai rumput
laut
Langganan:
Postingan (Atom)