Cumi cumi merupakan salah satu seafood
yang sangat populer dikalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal
dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti
tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering
polos.
Indonesia sendiri adalah negara
maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang
terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari tubuh cumi-cumi
relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian
orang, bagian kaki (part growled) perlu dibuang,
meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh
cumi-cumi yang biasa dibuang adalah tintanya, karena tidak
menambah daya tarik
penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak
ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa
khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Hiroki University di
Jepang, tinta cumi dapat mengaktifkan sel darah
putih untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15
ekor tikus yang dikembangkan dalam tubuhnya
penyakit tumor ganas. Tikus-tikus tersebut diberi
suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta
cumi. Ternyata hanya tiga tikus yang
mati, sisanya tetap hidup. Sebagai perbandingan, 15
tikus lainnya yang juga menderita penyakit yang
sama tidak diberikan suntikan tinta cumi dan
semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba
Jin’ichi Sasaki dan sejawatnya dari Universitas
Hirosaki di Jepang bagian utara. Mereka
memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri
atas glusida (gabungan gula, protein dan lipid). “Sebenarnya
tak ada alasan khusus mengapa kami memakai tinta
cumi pada mencit-mencit yang ditumbuhi kanker”, kata
Sasaki. ’Di daerah ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya
dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna dalam
tinta itu agar dapat mendaur ulangnya.
Kini kegiatan para
ilmuwan itu adalah mencari zat aktif dalam tinta itu
dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja dengan
mengaktifkan komponen sel darah putih yang
disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya.
Siapa tahu zat
yang dapat menyelamatkan jiwa 60% mencit-mencit
kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia.
Penelitian ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat
lebih valid. Selain itu, mungkin ada manfaat lain selain
sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa
dibuang dan tidak dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki
manfaat bagi dunia kedokteran.
Kandungan Gizi
Selain lezat, ditinjau
dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang
luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein
cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging
cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain,
yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang
khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh
tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah
leusin, lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial
yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua asam
amino tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan
gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga
dalam pen-golahannya tak perlu ditambahkan penyedap
(seperti monosodium glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa
jenis mineral mikro dan makro
dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang
terkandung pada
cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
Variasi ini tergantung pada keadaan
lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur.
Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium, dan selenium.
Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka
tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan
mencegah osteoporosis dimasa tua. Selain kaya akan protein,
cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti
vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin
larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi juga mengandung
TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO
yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging
cumi-cumi. Daging cumi-cumi juga banyak mengandung
monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi
mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup
tinggi pada cumi–cumi juga menyebabkan cumi-cumi berbau
amis ketika men-galami perlakuan pemasakan seperti direbus. Jadi
bila anda menyukainya, tinta hitam itu tidak perlu
dibuang dari cumi, tetapi dapat dimakan. Tidak
ada yang perlu dikhawatirkan tentang zat tinta yang
pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk
peningkat cita rasa.