Budidaya ikan lele dengan
menggunakan RWS ( red water system ) merupakan salah satu cara baru dalam
kegiatan budidaya ikan lele di Indonesia. sistem budidaya ini dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dalam proses
pembesaran benih ikan lele tanpa ganti air kolam hingga panen dengan cara
fermentasi.
Ada bebarapa tahap pengolahan air
untuk budidaya ikan lele ini, yaitu dengan menggunakan NWS ( natural water
system ) adalah suatu sistem yang mencakup semua sistem yang ada dalam budidaya
ikan dan juga sebagai sistem pemahaman bahwa pihara lele sampai akhir akan
melewati beberapa perubahan warna air mulai GWS ( green water system ) berubah
menjadi BWS ( brown water system / biofloc ) dan akan menjadi RWS ( red water
system / muba ) ketika terjadi perubahan warna berarti terjadi perubahan
mikroba. mikroba yang satu mati dan diganti mikroba yang lain. kondisi ini yang
membuat ikan perlu dibantu untuk beradaptasi, dari sini petani diberi pemahaman
tentang karakteristik warna” air ini agar setiap melalui warna ini tidak
terjadi gejolak yg membahayakan ikan, warna bukan kita yg membuat tapi secara
alami ( natural ) untuk petani dg kodisi air melimpah sebaiknya menggunakan GWS
( green water system ), yg jarang air/sulit kita suruh main menggunakan RWS (
red water system ), di warna warna itu semua bisa pakai kepadatan tinggi dan
fcr bisa 1 sampai 0,7, jika petani sudah agak trampil kita sarankan untuk ke
tingkatan sampai RWS ( red water system ), karena sistem ini ikan paling
nyaman, dan stabil atau kokoh sampai panen.
Jika selama ini para pembudidaya lele sangat khawatir
dengan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolamnya
dapat mengganggu kesehatan ikan. Namun dalam Red Water System ini
kotoran-kotoran ikan itu justru menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri
Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang akan diserap sebagai pakan utamanya.
Agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tak
terserap semua oleh kedua bakteri itu, maka penting untuk menempatkan Arang
dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang berfungsi
untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus
dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Kolam Red
Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300
ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu
ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk
dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran
ikan lele di dasar kolam.
Proses Pembuatan
Red Water System untuk Kolam Lele Sangkuriang
A. Bahan-Bahan
:
1. Air Bersih = 18 liter.
2. Yakult = 4 botol.
3. Ragi Tape = 2 butir
4. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa
/ Gula Merah) = 1 liter.
5. Air Kelapa Murni (dari 1 butir
buah kelapa yang sudah tua)
6. Dedak Halus = 0.5 Kg
B. Cara Mengolah Bahan :
Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih,
kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yg sudah
di tumbuk halus), Air Kelapa Murni dan Dedak halus ke dalam Bak yang telah
berisi air bersih. aduk hingga semua bahan2 tercampur merata. Simpan campuran
tersebut kedalam jerigen beserta bahan-bahan selama 6-7 hari agar terjadi
proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam
jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.
C. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele
Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan
logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan bahan Fermentasi yang sudah
jadi setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam dengan cara setiap 1
m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau
setara dengan 1/2 gelas Aqua.
Sisa bahan fermentasi tetap di simpan di dalam jerigen
untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan
fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam hingga sampai saat panen. Letakkan
Arang dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang
berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri
Lactobacillus dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari,
maka dari hari ke hari air kolam akan berubah perlahan-lahan menjadi berwarna merah.
Anda jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air
kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan minim kotoran ikan
karena telah jadi makan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dan juga
diserap oleh Arang yang anda letakkan di dasar kolam.
Disarankan
untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, tujuan pemberian aerasi ini adalah
untuk mengaduk bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang berada di
dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.
D. Pemberian Pakan Ikan Lele
Pemberian
pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk dicampur dulu dengan larutan
probiotik yang kita buat tersebut dan di angin-anginkan sebelum ditebar ke
kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan
luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih.
https://bp4kgresik.wordpress.com/2015/01/26/budidaya-lele-rws-red-water-system-di-desa-sidorukun/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar