Ekosistem laut yang terdiri dari ekosistem mangrove, padang lamun,
dan terumbu karang akhir-akhir ini mengalami ancaman kerusakan yang sebagian
besar akibat ulah manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya
kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai kebutuhan seperti pemukiman,
perikanan, dan pelabuhan, menyebabkan besarnya tekanan ekologis terhadap ekosistem
dan sumber daya pesisir semakin meningkat pula.
Terdapat 3 ancaman utama
terhadap sumber daya laut, yaitu:
1.
Sedimentasi dan pencemaran
Sedimentasi adalah proses penumpukan zat hara
atau proses pelumpuran. Pencemaran adalah kondisi dimana suatu perairan atau
tempat mendapatkan masukan zat yang berbahaya atau tidak dapat ditolerir oleh
lingkungan tersebut dalam jumlah yang berlebih.
Sedimentasi dan pencemaran bisa terjadi karena meningkatnya
jumlah penduduk dan adanya kebutuhan akan lahan menyebabkan manusia mulai
membuka lahan bahkan di daerah hulu dan hilir sungai. Penebangan
pohon-pohon di sepanjang aliran sungai membuat lumpur dan kotoran tidak dapat
tersaring baik. Pembukaan lahan untuk pertanian menyebabkan banyaknya zat
hara atau limbah pertanian yang terbawa aliran sungai. Selain lumpur dan
zat hara berlebih yang mengandung nitrogen dan fosfor (eutrofikasi), banyak
juga sampah organik dan anorganik dari kegiatan rumah tangga yang dibuang ke
laut dan jumlah sulit dikontrol.
Sumber pencemaran lainnya adalah kegiatan
pertambangan. Pertambangan emas yang menggunakan air raksa dalam proses
pengikatan bijih emas dapat menyebabkan pencemaran air raksa di perairan.
Air raksa merupakan sumber pencemaran yang berbahaya, karena kandungannya
terakumulasi dalam tubuh hewan yang mengkonsumsi atau memanfaatkan perairan yang tercemar air raksa. Limbah
hasil tambang berupa lumpur, tanah, batuan yang mengandung sianida juga
mengandung timah, nikel, kadmium, dan khrom. Jika limbah-limbah ini
dibuang ke laut dalam jumlah besar, akanlah sangat berbahaya bagi ekosistem
pesisir dan lautan.
2.
Degradasi Habitat
Degradasi adalah proses penurunan kualitas. Jadi degradasi
habitat adalah proses penurunan kualitas habitat/tempat tinggal mahluk hidup
tertentu. Erosi pantai merupakan kondisi dimana suatu habitat telah
terdegradasi. Erosi pantai dapat dilihat dari penurunan garis
pantai. Erosi pantai terjadi karena proses alami dan tidak alami.
Proses alami terjadi karena adanya arus, angin, hujan, gelombang.
Proses tidak alami terjadi karena kegiatan manusia untuk membuka
lahan hutan mangrove, dan penambangan terumbu karang untuk kepentingan
kontruksi jalan dan bangunan. Kegiatan tersebut bisa menyebabkan
degradasi habitat karena fungsi hutan mangrove dan terumbu karang sebagai
pelindung pantai dari hantaman gelombang dan badai telah rusak.
Degradasi terumbu karang terjadi karena
kebutuhan manusia untuk mengeksploitasi sumber pangan yaitu ikan-ikan karang,
sumber bahan bangunan, produk perdagangan yaitu ikan-ikan hias, anemon, dan
soft coral, dan sebagai obyek wisata. Sumber protein hewani dapat
diperoleh dari ikan. Kebutuhan ini mendorong manusia untuk mendapatkan
ikan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, yaitu dengan menggunakan alat
tangkap tidak ramah lingkungan (bom, potas, sianida). Masuknya zat kimia
yang mengendap di permukaan terumbu karang bisa mengakibatkan pemutihan terumbu
karang (Coral Bleaching).
3. Degradasi sumberdaya dan keanekaragaman hayati
Degradasi sumberdaya alam seperti penebangan hutan
mangrove, rusaknya terumbu karang, mengakibatkan hewan-hewan yang hidup di
daerah tersebut berkurang jenisnya dan lama kelamaan punah. Hilangnya
jenis-jenis hewan atau tumbuhan dalam rantai makanan bisa menyebabkan adanya
gangguan pada ekosistem.
Kegiatan reklamasi pantai yang sering dilakukan di wilayah pesisir
diperkirakan dapat merubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.
Literatur :
https://www.rappler.com/indonesia/105872-festival-laut-ancaman-terbesar-terumbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar