Pages - Menu

Kamis, 25 April 2013

Pemijahan Ikan Jelawat


  
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis ikan ekonomis yang   cukup diminati masyarakat Kalimantan bahkan beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
            Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin hujan, sehingga keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan benih sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
            Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi. Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat, pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerahmerahan, mempunyai 2 pasang sungut.



Klasifikasi Ikan Jelawat:
Ordo                : Ostariophysi
Sub ordo         : Cyprinoidae
Famili              : Cyprinidae
Sub famili        : Cyprinidae
Genus              : Leptobarbus
Species            : Leptobarbus hoeveni

Budidaya Ikan Jelawat
1. Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500700 m2 penebaran 0,10,25 kg/m2. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 2528%. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 23 per hari. Selain pellet, induk diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah sebagai berikut:
Betina :
  • Perut membesar dan lembut
  • Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan
  • Sirip dada halus dan licin
Jantan :
  • Perut langsing
  • Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
  • Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba

2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.

3. Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas.

4. Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.

5. Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan 23 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500700 gr/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100150 ekor/m2. Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 1020 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 23 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 23 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.


Kamis, 04 April 2013

PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,  ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu 
  •         Penggunaan suhu rendah,
  •     Pembiusan dengan zat kimia, dan
  •     Penyetruman dengan arus listrik.

Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan  dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp. 



Kamis, 25 April 2013

Pemijahan Ikan Jelawat


  
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis ikan ekonomis yang   cukup diminati masyarakat Kalimantan bahkan beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
            Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin hujan, sehingga keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan benih sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
            Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi. Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat, pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerahmerahan, mempunyai 2 pasang sungut.



Klasifikasi Ikan Jelawat:
Ordo                : Ostariophysi
Sub ordo         : Cyprinoidae
Famili              : Cyprinidae
Sub famili        : Cyprinidae
Genus              : Leptobarbus
Species            : Leptobarbus hoeveni

Budidaya Ikan Jelawat
1. Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500700 m2 penebaran 0,10,25 kg/m2. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 2528%. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 23 per hari. Selain pellet, induk diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah sebagai berikut:
Betina :
  • Perut membesar dan lembut
  • Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan
  • Sirip dada halus dan licin
Jantan :
  • Perut langsing
  • Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
  • Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba

2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.

3. Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas.

4. Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.

5. Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan 23 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500700 gr/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100150 ekor/m2. Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 1020 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 23 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 23 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.


Kamis, 04 April 2013

PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,  ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu 
  •         Penggunaan suhu rendah,
  •     Pembiusan dengan zat kimia, dan
  •     Penyetruman dengan arus listrik.

Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan  dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.