Pages - Menu

Senin, 22 Februari 2016

ALAT TANGKAP GILL NET




Definisi
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.
Konstruksi Alat Tangkap (Bottom Gill Net)
a.      Konstruksi Umum
Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.
Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.
b.     Detail Konstruksi
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.
c.      Karakteristik
Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal.
Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.
Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.
Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
d.     Bahan Dan Spesifikasinya
Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).
1. Persyaratan
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang
PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
3. Warna Jaring
Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.

Rabu, 10 Februari 2016

PENGASAPAN IKAN



Pengolahan hasil perikanan dengan pengasapan sudah banyak dilakukan secara komersial terutama didaerah-daerah tertentu seperti Sulawesi Utara, Ambon, Aceh dan Jawa Timur. Masalahnya sekarang adalah konsumen di Indonesia belum semuanya mengenal ikan asap. Padahal bila komoditas ikan asap ini dikembangkan, prospeknya akan menjadi lebih baik.
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Dalam pengasapan ikan perlu diketahui beberapa tahap pekerjaan, yaitu penggaraman, pengeringan, pemanasan, dan pengasaapan. Ketelitian pekerjaan dari setiap tahap serta jenis dan kesegaran ikan akan menentukan mutu hasil asapan.

1.  Penggaraman
Konsentrasi garam dan lama perendaman dalam proses penggaraman atau perendaman dalam brine (brining) tergantung pada keinginan pengolah yang sebenarnya dapat disesuaikan dengan selera konsumen atau permintaan pasar.
Melalui tahap penggaraman akan didapatkan beberapa keuntungan, yaitu :
*        Daging yang kompak (firm) karena kekurangan air dan penggumpalan protein dalam daging ikan.
*        Dalam konsentrasi garam tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat terhambat, dan
*        Rasa daging ikan menjadi lebih enak.
*        Penggaraman ini dimaksudkan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan, karena proses pengasapan sebagai sarana pengawetan berjalan lambat, maka sebelum aasap itu dapat mengntikan proses pembusukan, terlebih dahulu ikan diawetkan dengan cara penggaraman.

2.  Pengeringan
Setelah digarami, ikan ditiriskan. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan yang panas. Dengan pemanasan ini, air dalam daging ikan terutama lapisan permukaannya akan menguap sehingga ikan menjadi kering dan semakin awet. Proses pengeringan yang terjadi memungkinkan lapisan permukaan daging menyerap asap, yang terdiri dari partikel-partikel sangat halus.

3.  Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan dingin (cold smoking) atau pengasapan panas (hot smoking). Pada pengasapan dingin, panas yang timbul dari asap tidak berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh. Karena pengasapannya lama, maka kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Ikan yang telah diasapi sebaiknya disimpan ditempat sejuk dengan suhu serendah mungkin, misalnya mendekati 0o C.
Lain halnya dengan proses pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap biasanya dekat, suhunya cukup tinggi dengan demikian cepat matang. Panas yang tinggi dapat menghentikan kegiatan enzim perusak, menggumpalkan protein, dan menguapkan sebagian air dalam badan ikan. Jadi selain diasapi, ikan juga terpanggang, akibatnya daging ikan menjadi matang dan dapat langsung dimakan.

4.  Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa yang khusus (keasap-asapan) pada ikan.sebenarnya daya pengawet asap itu sangat terbatas, sehingga supaya ikan dapat tahan lama harus diikuti atau di dahului oleh cara pengawetan lain. Misalnya, sesudah di asapi ikan di kemas dalam kaleng, atau sebelum diasapi ikan di remdam dulu dalam lrutan garam.
Pengasapan dapat membunuh bakteri, seperti juga pada prsoes pengaraman dan pengeringan. Daya bunuh ini tergantung pada lama pengasapan dan tebalnya asap.

Proses pengasapan ikan :

  • buang sisik ikan, ikan dibelah pada bagian punggung, tetapi masih bergandengan. Isi perut dan insang dibuang. Kemudian dicuci lagi hingga bersih. Sisa-sisa darah dan lendir dibuang, kalau perlu disikat. Kadang-kadang tidak perlu dibelah, tetapi hanya dibuang isi perutnya saja (misalnya bandeng asap).
  • Selanjutnya dicelupkan dalam larutan garam 10 % selama 30 – 60 menit, agar sisa darahnya dapat larut. Setelah itu direndam dalam brine jenuh selama 4 – 8 jam, kemudian dicuci dengan air. Lamanya perendaman tergantung pada keasinan yang diinginkan, besar dan jenis ikan, serta lama penyimpanan sesudah diasapi.
  • Setelah itu ikan digantung ditempat yang teduh sampai kulitnya terlihat kering lunak.
  • Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan dan mulai diasapi dengan asap tipis selama 4 - 6 jam, lalu dengan asap tebal pada suhu 37 - 38°C selama 1 - 7 hari sesuai dengan keinginan. Bila akan disimpan lama, pengasapan dilanjutkan lagi sampai ikan cukup kering atau dikeringkan di luar ruang pengasapan sehingga sesuai dengan warna danrasa yang diinginkan.

Senin, 22 Februari 2016

ALAT TANGKAP GILL NET




Definisi
Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.
Konstruksi Alat Tangkap (Bottom Gill Net)
a.      Konstruksi Umum
Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.
Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.
b.     Detail Konstruksi
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.
c.      Karakteristik
Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal.
Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.
Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.
Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
d.     Bahan Dan Spesifikasinya
Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).
1. Persyaratan
Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.
Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat. Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri. Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring. Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang
PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.
Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.
3. Warna Jaring
Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing. Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan. Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan. Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda. Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.

Rabu, 10 Februari 2016

PENGASAPAN IKAN



Pengolahan hasil perikanan dengan pengasapan sudah banyak dilakukan secara komersial terutama didaerah-daerah tertentu seperti Sulawesi Utara, Ambon, Aceh dan Jawa Timur. Masalahnya sekarang adalah konsumen di Indonesia belum semuanya mengenal ikan asap. Padahal bila komoditas ikan asap ini dikembangkan, prospeknya akan menjadi lebih baik.
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Dalam pengasapan ikan perlu diketahui beberapa tahap pekerjaan, yaitu penggaraman, pengeringan, pemanasan, dan pengasaapan. Ketelitian pekerjaan dari setiap tahap serta jenis dan kesegaran ikan akan menentukan mutu hasil asapan.

1.  Penggaraman
Konsentrasi garam dan lama perendaman dalam proses penggaraman atau perendaman dalam brine (brining) tergantung pada keinginan pengolah yang sebenarnya dapat disesuaikan dengan selera konsumen atau permintaan pasar.
Melalui tahap penggaraman akan didapatkan beberapa keuntungan, yaitu :
*        Daging yang kompak (firm) karena kekurangan air dan penggumpalan protein dalam daging ikan.
*        Dalam konsentrasi garam tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat terhambat, dan
*        Rasa daging ikan menjadi lebih enak.
*        Penggaraman ini dimaksudkan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan, karena proses pengasapan sebagai sarana pengawetan berjalan lambat, maka sebelum aasap itu dapat mengntikan proses pembusukan, terlebih dahulu ikan diawetkan dengan cara penggaraman.

2.  Pengeringan
Setelah digarami, ikan ditiriskan. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan yang panas. Dengan pemanasan ini, air dalam daging ikan terutama lapisan permukaannya akan menguap sehingga ikan menjadi kering dan semakin awet. Proses pengeringan yang terjadi memungkinkan lapisan permukaan daging menyerap asap, yang terdiri dari partikel-partikel sangat halus.

3.  Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan dingin (cold smoking) atau pengasapan panas (hot smoking). Pada pengasapan dingin, panas yang timbul dari asap tidak berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh. Karena pengasapannya lama, maka kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Ikan yang telah diasapi sebaiknya disimpan ditempat sejuk dengan suhu serendah mungkin, misalnya mendekati 0o C.
Lain halnya dengan proses pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap biasanya dekat, suhunya cukup tinggi dengan demikian cepat matang. Panas yang tinggi dapat menghentikan kegiatan enzim perusak, menggumpalkan protein, dan menguapkan sebagian air dalam badan ikan. Jadi selain diasapi, ikan juga terpanggang, akibatnya daging ikan menjadi matang dan dapat langsung dimakan.

4.  Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa yang khusus (keasap-asapan) pada ikan.sebenarnya daya pengawet asap itu sangat terbatas, sehingga supaya ikan dapat tahan lama harus diikuti atau di dahului oleh cara pengawetan lain. Misalnya, sesudah di asapi ikan di kemas dalam kaleng, atau sebelum diasapi ikan di remdam dulu dalam lrutan garam.
Pengasapan dapat membunuh bakteri, seperti juga pada prsoes pengaraman dan pengeringan. Daya bunuh ini tergantung pada lama pengasapan dan tebalnya asap.

Proses pengasapan ikan :

  • buang sisik ikan, ikan dibelah pada bagian punggung, tetapi masih bergandengan. Isi perut dan insang dibuang. Kemudian dicuci lagi hingga bersih. Sisa-sisa darah dan lendir dibuang, kalau perlu disikat. Kadang-kadang tidak perlu dibelah, tetapi hanya dibuang isi perutnya saja (misalnya bandeng asap).
  • Selanjutnya dicelupkan dalam larutan garam 10 % selama 30 – 60 menit, agar sisa darahnya dapat larut. Setelah itu direndam dalam brine jenuh selama 4 – 8 jam, kemudian dicuci dengan air. Lamanya perendaman tergantung pada keasinan yang diinginkan, besar dan jenis ikan, serta lama penyimpanan sesudah diasapi.
  • Setelah itu ikan digantung ditempat yang teduh sampai kulitnya terlihat kering lunak.
  • Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan dan mulai diasapi dengan asap tipis selama 4 - 6 jam, lalu dengan asap tebal pada suhu 37 - 38°C selama 1 - 7 hari sesuai dengan keinginan. Bila akan disimpan lama, pengasapan dilanjutkan lagi sampai ikan cukup kering atau dikeringkan di luar ruang pengasapan sehingga sesuai dengan warna danrasa yang diinginkan.