Pages - Menu

Minggu, 29 Oktober 2017

MACAM-MACAM CARA PEMIJAHAN IKAN MAS SECARA ALAMI

Pemijahan ikan mas secara alami setiap daerah berbeda beda. Pemijahan ikan mas yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
Cara sunda:
Pemijahan ikan dengan cara ini umumnya dilakukan masyarakat Jawa Barat. Pemijahan ikan cara Sunda memijahkan induk ikan mas dengan berat 2-4 kg dipijahkan pada kolam seluas 25-30 m2. Kolam pemijahan sebelum digunakan terlebih dahulu dikeringkan selama 2-3 hari. Pengisian air kolam pemijahan umumnya pagi hari. Untuk menempelkan telur ikan, disediakan kakaban di kolam pemijahan. Kakaban dipasang menggunakan tiang dan diletakkan 5-10 cm dibawah permukaan air.
Cara cimindi:
Luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; disediakan injuk untuk menempelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
Cara rancapaku:
luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
Cara sumatera:
Luas kolam pemijahan 5 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;  setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara dubish dan Hofer:
Luas kolam pemijahan 25-50 m2, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

Kamis, 28 September 2017

MACAM-MACAM EKOSISTEM DALAM DUNIA PERIKANAN

Pada materi sebelumnya telah diuraikan mengenai kaitannya ekologi dengan ekosistem dimana ekosistem sendiri merupakan salah satu ilimu yang berada dalam lingkup ilmu ekologi, dengan mempelajari ilmu ekologi, secara tidak langsung kita akan mengerti tentang apa yang dimaksud dengan ekosistem. Secara bahasa ekosistem sendiri dapat diartikan dengan suatu hubungan antara beberapa macam organisme dengan lingkungan sekitar yang terdapat dalam suatu kawasan.  Secara rinci  Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut. Dalam dunia perikanan ada beberapa macam sistem diantaranya :

1.       Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

2.       Ekosistem air laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.

3.       Ekosistem Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai. Bagi kehidupan, terutama di daerah tropis pantai dapat dimanfaatkan sebagai :
1. Areal tambak garam
2. Daerah pertanian pasang surut
3. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
4. Objek pariwisata
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai, dan lain-lain.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah pantai paling atas hanya terendam saat pasang naik tertinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah pantai bagian tengah terendam saat pasang tertinggi dan pasang terrendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut.

4.       Ekosistem Muara
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

5.       Ekosistem terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, crustasea, echinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Fungsi dari terumbu karang sendiri adalah untuk berteduh, mencari makan, dan memijahnya ikan.
Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik. Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

PENTINGNYA ILMU EKOLOGI DALAM BUDIDAYA PERAIRAN

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari kata Yunani yaitu oikos : tempat, rumah dan logos : Ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Jadi bisa disimpulkan bahwa ekologi berkaitan erat dengan adanya suatu ekosistem.  Menurut bidang kajian, ilmu ekologi dibedakan dalam 2 hal yaitu :
1.  Autekologi                                                     
Yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dan lain – lain. Mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Misalnya dalam dunia perikanan : Udang galah atau Induk ikan sidat (Angulla sp) bertelur dan menetaskan telur di laut. Tetapi udang galah dan ikan sidat banyak terdapat di danau atau sungai didataran tinggi. Udang galah dan ikan sidat akan beradaptasi terhadap perairan laut, payau dan tawar. Selain itu, udang galah dan ikan sidat berenang ke hulu sungai sehingga masuk kedalam waduk/rawa dimana selama perjalanan tersebut harus beradaptasi terhadap perairan, predator, makanan, kualitas air. Jadi dengan mempelajari ilmu autekologi kita bisa memanipulasi suatu wadah budidaya dalam hal kegiatan membudidayakan suatu jenis ikan. Khususnya untuk segmen pembenihan.

2. Synekologi
Yaitu Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Misalnya ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas, ekologi ekosistem. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau (Mangrove).
Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah :
• Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan.
• Bidang kajian tentang analisis ekosistem.
synekologi akan mempelajari tumbuhan dan mahluk hidup apa saja yang terdapat pada hutan mangrove tersebut. Selanjutnya synekologi juga mempelajari bagaimana hubungan antar mahluk hidup atau kelompok mahluk hidup di hutan mangrove tersebut. Misalnya kita mempelajari dan mencaritahu bagaimana hubungan antara kawasan hutan mangrove dengan spesies udang, ikan bandeng, dan rajungan yang ada dalam lingkungan ekosistem hutan mangrove. Ilmu ini dapat diterapkan dalam hal melestarikan suatu kawasan.

Minggu, 10 September 2017

SYARAT TEKNIS DAN KONTRUKSI KOLAM PENDEDERAN

Kolam pendederan merupakan unit kolam yang menerima benih dari kolam penetasan. Kolam pendederan ini ada yang disebut pendederan I, II, dan III yang pada prinsipnya bentuk dan ukurannya sama, hanya ukuran dan jumlah ikan yang dipelihara di dalam setiap kolam berbeda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam pendederan, antara lain adalah:
  1. Bentuk kolam disesuaikan dengan keadaan tempat, apabila memungkinkan sebaiknya berbentuk empat persegi panjang.
  2. Agar mudah dalam pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya kolam   pendederan pertama berukuran 100-500 m2, dan kolam pendederan lanjutan 500-2000 m2 per petak.
  3. Penampang melintang pematang berbentuk trapesium dengan kemiringan 1:1 (tanah lempung), lebar atas 75-100 cm dan ketinggian pematang 1,00-1,30 meter.
  4. Tempat pemasukan air berupa pipa yang dilengkapi dengan saringan dan pengatur debit air.
  5. Tempat pengeluaran air berbentuk monik atau bentuk lain yang memungkinkan kecepatan dan volume air yang dikeluarkan dapat diatur terutama pada saat pemanenan.
  6. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan untuk tempat berkumpul ikan ketika dilakukan pemanenan. Kubangan merupakan bagian dari saluran dasar  di  depan  tempat  pengurasan,  yang  bentuknya  melebar  dan berfungsi sebagai petak penangkapan benih. Dasar kolam dibuat miring ke arah saluran dasar dan tempat pengurasan.
  7. Kedalaman  kolam 1-1,5 meter  dan kedalaman air 40-60 cm.
  8. Permukaan kolam harus mendapat sinar matahari sepanjang hari.
  9. Dasar kolam harus berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal (5-20 cm), dan tidak porous.
  10. Selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar antara 20-30 cm. 

Rabu, 30 Agustus 2017

SYARAT-SYARAT KONSTRUKSI KOLAM PEMIJAHAN

Konstrusi dapat diartikan sebagai kegiatan membangun sarana ataupun prasarana. Kaitannya dengan kegiatan pembenihan hal yang berhubungan dengan konstrusi yaitu konstruksi kolam pemijahan. Dalam kegiatan usaha pembenihan, kontruksi kolam pemijahan juga perlu diperhatikan. Konstruksi kolam pada unit usaha pembenihan ikan perlu  mempertimbangkan  sifat  biologi  ikan  itu sendiri antara lain sifat perkembangan ikan dan habitat induk, larva dan benih.
Namun secara umum dalam membangun kolam baik itu untuk kolam pemijahan, pendederan ataupun pembesaran kita harus memperhatikan beberapa hal diantaranya :
1.      Bahan yang digunakan.
2.      Teknis pembuatan.
3.      Bentuk kolam.
4.      Kapasitas kolam.
5.      Persyaratan desain, tata letak dan segi ekonomisnya.
Berkaitan dengan syarat- syarat diatas, khusus untuk konstrusi kolam pemijahan secara umum  harus  memenuhi  persyaratan  fisik  dan  higienis yang penting sekali untuk selalu kita perhatikan yaitu :
  1. Dasar dan dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air media  secara permanen.
  2. Kolam harus mudah diisi dan dikeringkan dalam waktu yang relatif singkat, terletak di tempat tertinggi dalam lokasi.
  3. Luas kolam dapat berukuran 50-1000 m2 atau dapat berukuran 7 X 7 m.
  4. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang.
  5. Dasar kolam dibuat miring ke arah pengurasan, berkisar antara 20-30 cm.
  6. Kedalaman kolam berkisar 0,5-1,2 m.
  7. Tempat permukaan dan pengeluaran air dapat berbentuk monik atau pipa sifon.
  8. Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok.
  9. Konstruksi kolam baru memungkinkan untuk dibersihkan secara sempurna agar kolam tetap dalam kondisi  higienis.

Selasa, 29 Agustus 2017

SYARAT TEKNIS KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN

a.   Ketinggian dan kemiringan tempat  lokasi pembenihan ikan
Ketinggian tempat sedapat mungkin tidak lebih dari 700 m di atas permukaan laut. Untuk kemiringan tanah yang ideal berkisar antara 3%-5% (Sutisna, 1995).

b.   Tanah
Tanah yang baik untuk unit usaha pembenihan  adalah tanah dengan struktur yang kuat, dapat menahan air (tidak porous), subur, dan tidak berbatu-batu.

c.   Sifat fisika dan kimia dasar
Sifat fisika air yang harus diperhatikan adalah:
1)   Suhu air optimum berkisar antara 25o-30o derajat Celcius.
2)   Kekeruhan  25-100 JTU.
3)   Muatan suspensi  250-100.
4)   Kecerahan lebih besar dari 10%, penetrasi matahari sampai dasar perairan.

Sifat kimia air yang harus diperhatikan adalah:
1)   pH air berkisar antara 4-9, optimum  6,7-8,6.
2)   Kandungan O2 minimum 2 ppm, optimum 5-6 ppm.
3)   Kandungan CO2 terlarut maksimum 25 ppm.
4)   Kandungan N dan NH3 kurang dari 1,5 ppm.
5)   Phosphat lebih kecil dari 0,01 ppm.
6)   Tembaga ( Cu ) lebih kecil dari 0,02 ppm.
7)   Cadmium ( Cd ) lebih kecil dari 0,02 ppm.
8)   Plumbum ( Pb ) lebih kecil dari 0,02 ppm.

d.   Sumber air
Untuk kebutuhan pembenihan ikan, diutamakan air berasal dari sumber air, misalnya: mata air, sumur artesis, dan sumur bor. Untuk pengairan yang berasal  dari sungai  atau  saluran  irigasi  perlu  dilengkapi  dengan  bak pengendapan dan filter sebelum dialirkan ke kolam-kolam pembenihan dan pendederan. Debit air berkisar antara 10-15 liter/detik dan terjamin sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan areal di lokasi unit usaha pembenihan harus terhindar dari banjir.

Senin, 28 Agustus 2017

METODE SELEKSI INDUK IKAN

Seleksi ikan merupakan program perbaikan genetik yang bertujuan untuk melakukan pemuliaan. Tujuan utama dari pemuliaan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dan diperoleh induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas. Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya.
Induk ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah :
  1.  Mengetahui asal usul induk
  2. Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif.
  3. Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetik
  4. Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi.
  5. Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah

Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas.
Dengan melakukan seleksi ikan yang benar diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas ikan pada kegiatan budidaya. Produktivitas dalam budidaya ikan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu :
  1. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan budidaya.
  2. Intensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap faktor internal dan eksternal.

Oleh karena itu agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan harus dilakukan seleksi terhadap ikan yang akan digunakan.
Untuk melakukan seleksi induk ikan dapat dilakukan dengan metode  seleksi Fenotipe Kualitatif. Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifat-sifat yang tampak. Jadi yang dimaksud dengan Seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat kualitatif seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk tubuh dan bentuk punggung dan sebagainya yang diinginkan.
Fenotipe kualitatif ini merupakan sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dan dikelompokkan secara tegas. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif adalah seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat yang dapat diukur, dikendalikan oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan. Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur antara lain adalah panjang tubuh, bobot, persentase daging, daya hidup, kandungan lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya.


Selasa, 25 Juli 2017

Teknik Mempersiapkan Kolam Pemijahan Ikan Gurame

Pemijahan ikan gurame adalah kegiatan menyatukan induk jantan yang sudah matang kelamin dan betina yang sudah matang gonad ke dalam satu kolam. Dengan disatukan keduanya, maka akan terjadi pemijahan. Pemijahan ikan gurame terjadi dengan sendirinya, atau dengan kata lain, ikan gurame akan memijah secara alami, bukan secara buatan.
Agar terjadi pemijahan, maka harus dilakukan persiapan kolam. Pada prinsipnya persiapan kolam pemijahan sama dengan kolam pemeliharaan induk, baik kontruksi, ukuran dan persyaratan lainnya. Hanya satu perbedaannya, yaitu pada kolam pemijahan diberi bahan pembuat sarang.
a. Mempersiapkan sarang
Telah diketahui bahwa ikan gurame dalam melakukan pemijahan selalu membangun sarang terlebih dahulu. Oleh karena itu, kita perlu menyediakan tempat dan bahan-bahan yang diperlukannya untuk membuat sarang. Biasanya para pembenih menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan induk gurame antara lain pembuatan kerangka sarang.
Kerangka sarang dipergunakan oleh induk ikan gurame sebagai tempat merajut sarangnya. Bahan yang biasanya digunakan untuk kerangka sarang adalah ranting-ranting pohon atau anyaman bambu berbentuk kerucut. di daerah Jawa Barat anyaman bambu tersebut dikenal dengan nama sosog atau pengki. Selain berupa kerangka bambu atau ranting pohon, para pembenih sering pula membuat lubang-lubang berbentuk bulat di sisi-sisi pematang. lingkaran mulut lubang atau sosog antara 30-40 cm dan dalamnya 35 cm.

b. Perawatan kolam
Perawatan kolam dilakukan dalam rangka penyehatan kondisi kolam serta mengembalikan fungsi kolam sebagai wahana untuk menampung dan mengatur bahan-bahan atau substansi yang dibutuhkan seperti air, ikan dan zat hara. Langkah-langkah untuk tujuan tersebut, antara lain:
  1. Pematang atau tanggul yang bocor/rusak harus diperbaiki dengan jalan pemadatan atau menambal pematang yang bocor dengan tanah liat. Tindakan ini sekaligus untuk memusnahkan sarang hama yang terdapat di sekitar pematang.
  2. Sarana pengairan seperti bak pengendapan, saringan atau pipa-pipa yang telah rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru agar air dan volume air dapat terkendali.
  3. Lumpur di dasar kolam yang terlalu tebal dibuang dan dikeringkan di terik matahari sampai retak-retak kecil agar dasar kolam menjadi hangat dan sehat.
  4. Dasar kolam yang tidak dapat dikeringkan karena sistem pembuangan yang buruk harus ditaburi kapur 100-200 gr/m2. Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit parasit yang terdapat di dasar kolam.
  5. Kedalaman kolam harus diperbaiki agar memenuhi persyaratan yakni bagian yang terendam air antara 60-100 cm.

Senin, 24 Juli 2017

MENGELOLA KUALITAS AIR DALAM BUDIDAYA AIR TAWAR

Pengelolaan kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan di pelihara. Parameter kualitas air dari berbagai aspek antara lain adalah aspek fisik, aspek kimia dan aspek biologi. Dari aspek fisik akan antara lain beberapa parameter fisik dari suatu perairan yang sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain adalah kepadatan/berat jenis air, kekentalan/viscosity, tegangan permukaan, suhu air, kecerahan dan kekeruhan air serta salinitas. Pada aspek secara kimia akan antara lain tentang beberapa parameter kimia yang sangat berpengaruh pada media budidaya ikan antara lain adalah oksigen, karbondioksida, pH, bahan organik dan garam mineral, nitrogen, alkalinitas dan kesadahan. Sedangkan pada aspek secara biologi antara lain parameter tentang kepadatan dan kelimpahan plankton pada suatu wadah budidaya ikan yang sesuai untuk media budidaya ikan.
Dalam pembesaran ikan ikan air tawar agar dapat tumbuh dengan optimal maka kondisi air kolam pembesaran harus sesuai dengan kebutuhan ikan ikan air tawar. Variable kualitas air yang sangat berpengaruh pada ikan ikan air tawar antara lain :
1) Suhu air
Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun. Dengan suhu yang optimal maka laju metabolisme akan optimal. Keadaan suhu air sangat berpengaruh terhadap pemberian pakan. Hal ini ada hubungannya dengan nafsu makan benih ikan yang bersangkutan. Semakin tinggi suhunya maka laju metabolisme ikan akan bertambah. Bertambahnya laju metabolisme mengakibatkan naiknya tingkat konsumsi pakan karena nafsu makan ikan juga meningkat. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan ikan air tawar berkisar antara 25-30 oC.
2) Kadar oksigen terlarut.
Ikan ikan air tawar membutuhkan oksigen dalam bentuk terlarut dalam air untuk proses metabolisme di dalam tubuhnya dan untuk bernafas. Kandungan oksigen terlarut di dalam air agar ikan ikan air tawar tumbuh dan berkembang minimal 3 ppm. Kebutuhan oksigen terlarut ini sangat dipengaruhi oleh suhu air, biasanya suhu air meningkat maka kandungan oksigen terlarut menurun (berkurang). Selain suhu, oksigen terlarut juga berpengaruh terhadap pemberian pakan ikan. Pada benih ikan ikan air tawar, kadar oksigen kurang dari 6 mg/liter (6 ppm) maka nafsu makan ikan dapat hilang. Berbagai macam usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan kadar oksigen antara lain adalah :
a) Memasukan air baru dan membuang air yang lama
b) Mempertahankan kedalaman air
c) Mencegah terjadinya pengotoran
d) Memasukan udara segar melalui aerasi
3) Kadar CO2
Sumber air yang akan digunakan untuk budidaya ikan ikan air tawar antara lain adalah air tanah, air sungai atau air hujan. Air tanah adalah salah satu sumber air yang banyak digunakan untuk budidaya. Jika menggunakan maka harus di tampung terlebih dahulu dalam bak penampung air minimal 24 jam, karena air tanah tersebut mengandung CO2 yang tinggi berkaitan erat dengan kadar O2 yang terlarut yang rendah. Oleh karena itu kadar CO2 yang layak untuk budidaya ikan ikan air tawar sebaiknya < 5mg/l
4) Volume air
Ikan ikan air tawar yang dipelihara di dalam kolam air deras mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan ikan air tawar yang dipelihara d kolam air tenang. Pada pemeliharaan ikan ikan air tawar di kolam air deras membutuhkan volume air yang besar, dimana debit air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan berkisar antara 75-300 liter/detik.
5) Kekeruhan air
Air yang baik untuk pemeliharaan induk ikan yang mempunyai warna air tidak keruh dan tidak jernih. Untuk mengukur kekeruhan biasanya dilakukan pengukuran kecerahan air karena kecerahan air sangat bergantung kepada warna iar dan kekeruhan. Nilai kecerahan yang ideal untuk pertumbuhan air sebaiknya berkisar antara 25 – 40 cm.

Rabu, 12 Juli 2017

SARANA UNIT USAHA PEMBENIHAN IKAN LAUT


1. Air Laut
Air laut yang bersih harus tersedia sepanjang waktu dengan jumlah yang cukup. Sehubungan dengan itu, diperlukan bak sedimentasi, bak filter, dan bak penampungan air (bak reservoir) laut yang siap pakai. Air laut dapat diambil langsung dari laut atau dari sumber air laut buatan. Apabila sumber air laut relatif bersih, air laut tersebut dapat dipompakan langsung ke bak filter dan disimpan dalam bak penampungan air. Apabila air keruh dan banyak mengandung bahan suspensi (endapan), air tersebut lebih dahulu harus dipompa ke dalam bak pengendapan kemudian bahan-bahan suspensi tersebut dibiarkan mengendap. Hanya air bagian atas yang jernih yang dipompakan ke bak filter.
Kejernihan suatu perairan belum tentu memberikan jaminan kualitas air, namun setidaknya cukup untuk menduga baik tidaknya kondisi air tersebut. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan pemeriksaan parameter kimia, fisika, dan biologi dari suatu sumber air. Beberapa parameter kimia air meliputi oksigen terlarut (DO), salinitas, derajat keasaman (pH), BOD (biological oxygen demand, yaitu konsumsi oksigen yang diukur secara biologi), COD (chemical oxygen demand, yaitu konsumsi oksigen yang diukur secara kimia), amoniak, nitrit, nitrat, logam berat, serta bahan-bahan polutan. Beberapa parameter fisika air adalah kecerahan, kekeruhan, suhu, warna, bau, benda terapung, dan padatan tersuspensi. Sementara parameter biologi air adalah kesuburan perairan (kelimpahan, keragaman fitoplankton, dan zooplankton) serta keberadaan mikroorganisme patogen dan biota lain di perairan.

2. Suplai Udara
Hatchery ikan laut paling tidak harus ada 3 unit suplai udara. Satu unit sistem suplai udara yang dipakai dalam proses produksi dan dua unit suplai udara disediakan sebagai cadangan. Suplai udara tersebut digunakan untuk aerasi di bak-bak pemijahan, pemeliharaan larva, dan plankton.
3. Drainase
Selama proses produksi di tempat pembenihan hampir selalu dilakukan penggantian air setiap hari. Dengan demikian, drainase harus dipasang untuk menyalurkan sisa-sisa air dengan cepat dan lancar.

4. Pengadaan Air Tawar
Penyediaan air tawar selain digunakan untuk menurunkan salinitas air laut sesuai dengan kebutuhan dalam pembenihan digunakan juga sebagai pembersih peralatan. Sistem penyediaan suplai air tawar terdiri atas bak sedimentasi dan bak penampungan.

5. Fasilitas Proses Produksi
Proses produksi benih terdiri atas kegiatan pemijahan alami dalam bak-bak yang dikendalikan keadaan lingkungannya. Kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan larva. Untuk kegiatan tersebut diperlukan:
a. Bak pemijahan (bak induk).
b. Bak penetasan telur.
c. Bak pemeliharaan larva.

d. Bak alga/pakan alami.

Selasa, 13 Juni 2017

JAGA LAUT DARI DESTRUKTIF FISHING


Pada prinsipnya laut dipandang sebagai wilayah yang open access. Prinsip ini berdiri di atas asas bahwa laut merupakan “common property right” (kepemilikan bersama). Konsep ini menyebabkan orang secara logis dapat melakukan penangkapan kapan saja, di mana saja, berapapun jumlahnya, dan dengan alat tangkap apa saja. Permintaan pasar yang tinggi terhadap produk perikanan tertentu, menjadi salah satu alasan utama para nelayan berlomba-lomba melakukan eksploitasi sumberdaya ikan. Selain itu, bertambahnya jumlah nelayan yang mengakses wilayah penangkapan yang sama, menciptakan suasana kompetisi yang tinggi di antara mereka, sehingga masing-masing berusaha mendapatkan sumberdaya sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat. Nelayan akhirnya terdorong untuk menciptakan dan menggunakan alat tangkap dan cara-cara penangkapan yang mampu mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, tanpa lagi memperhatikan apakah cara tersebut dapat merusak lingkungan atau tidak.

Destruktif fishing merupakan kegiatan penangkapan namun dengan etika penangkapan yang salah yang tidak bertanggung jawab karena metode penangkapan ini dilakukan dengan cara merusak atau menghancurkan lingkungan lokasi penangkapan yang pada akhirnya akan merusak tatanan ekosistem laut yang telah ALLAH ciptakan. Penangkapan ini hanya menguntungkan kesebelah pihak, yaitu bagi para nelayan.
Secara umum, maraknya destructive fishing disebabkan oleh beberapa faktor ; (1) Rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak seimbang dengan kemampuan tenaga pengawas yang ada saat ini (2) Terbatasnya sarana dan armada pengawasan di laut (3) Lemahnya kemampuan SDM Nelayan Indonesia dan banyaknya kalangan pengusaha bermental pemburu rente ekonomi (4) Masih lemahnya penegakan hukum (5) Lemahnya koordinasi dan komitmen antar aparat penegak hukum.
Setelah dikatakan berhasil dengan program ilegal fishing, sekarang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudji Astuti mulai memfokuskan diri untuk penanganan dan pecegahah Destruktif fishing. Melalui Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP berupaya terus untuk menjaga laut dari ancaman destructive fishing.
Kegiatan destructive fishing yang dilakukan oleh oknum masyarakat umumnya menggunakan bahan peledak (bom ikan), dan penggunaan bahan beracun untuk menangkap ikan. Penggunaan bahan-bahan tersebut mengakibatkan kerusakan terumbu karang dan ekosistem di sekitarnya, serta menyebabkan kematian berbagai jenis dan ukuran yang ada di perairan tersebut. Setidaknya, hasil penelitian World Bank tahun 1996 menunjukkan bahwa penggunaan bom seberat 250 gram akan menyebabkan luasan terumbu karang yang hancur mencapai 5,30 m2.
Dalam hal pengawasan kegiatan destructive fishing, Direktorat Jenderal PSDKP melalui para Pengawas Perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia telah berhasil menggagalkan kegiatan pengggunaan bom ikan.
Sementara itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyebutkan bahwa setiap orang dilarang memiliki, menguasasi, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Apabila diketahui dan didapatkan cukup bukti terdapat oknum masyarakat yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan cara merusak, maka dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 2 milyar.

Penanganan Destructive Fishing
Secara umum penanganan destructive fishing meliputi :
·         Meningkatkan ke­sadaran masyarakat melalui sosialisasi, penyuluhan atau penerangan terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh penangkapan ikan secara ilegal.
·         Mencari akar penyebab kenapa destructive fishing itu dila­kukan. Apakah motif ekonomi atau ada motif lainnya. Setelah diketahui perma­salahan, upaya selanjutnya melakukan upaya preventif.
·         Meningkatkan penegakan dan penaatan hukum.
·         Meli­batkan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Dengan luasnya wilayah laut Indonesia, memang terdapat keterbatasan Pemerintah untuk mengawasi kegiatan destructive fishing. Mulai dari keterbatasan personil pengawasan, kapal pengawas, dan jangkauan wilayah yang sangat luas. Untuk itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk bersama-sama memerangi pelaku destructive fishing.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan mengamati atau memantau kegiatan perikanan dan pemanfaatan lingkungan yang ada di daerahnya, kemudian melaporkan adanya dugaan kegiatan destructive fishing kepada Pengawas Perikanan atau aparat penegak hukum.


Minggu, 29 Oktober 2017

MACAM-MACAM CARA PEMIJAHAN IKAN MAS SECARA ALAMI

Pemijahan ikan mas secara alami setiap daerah berbeda beda. Pemijahan ikan mas yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
Cara sunda:
Pemijahan ikan dengan cara ini umumnya dilakukan masyarakat Jawa Barat. Pemijahan ikan cara Sunda memijahkan induk ikan mas dengan berat 2-4 kg dipijahkan pada kolam seluas 25-30 m2. Kolam pemijahan sebelum digunakan terlebih dahulu dikeringkan selama 2-3 hari. Pengisian air kolam pemijahan umumnya pagi hari. Untuk menempelkan telur ikan, disediakan kakaban di kolam pemijahan. Kakaban dipasang menggunakan tiang dan diletakkan 5-10 cm dibawah permukaan air.
Cara cimindi:
Luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; disediakan injuk untuk menempelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
Cara rancapaku:
luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; disediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
Cara sumatera:
Luas kolam pemijahan 5 m2, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;  setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
Cara dubish dan Hofer:
Luas kolam pemijahan 25-50 m2, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

Kamis, 28 September 2017

MACAM-MACAM EKOSISTEM DALAM DUNIA PERIKANAN

Pada materi sebelumnya telah diuraikan mengenai kaitannya ekologi dengan ekosistem dimana ekosistem sendiri merupakan salah satu ilimu yang berada dalam lingkup ilmu ekologi, dengan mempelajari ilmu ekologi, secara tidak langsung kita akan mengerti tentang apa yang dimaksud dengan ekosistem. Secara bahasa ekosistem sendiri dapat diartikan dengan suatu hubungan antara beberapa macam organisme dengan lingkungan sekitar yang terdapat dalam suatu kawasan.  Secara rinci  Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Jadi kita tahu bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut. Dalam dunia perikanan ada beberapa macam sistem diantaranya :

1.       Ekosistem air tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

2.       Ekosistem air laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.

3.       Ekosistem Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai. Bagi kehidupan, terutama di daerah tropis pantai dapat dimanfaatkan sebagai :
1. Areal tambak garam
2. Daerah pertanian pasang surut
3. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
4. Objek pariwisata
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai, dan lain-lain.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh daur harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras. Daerah pantai paling atas hanya terendam saat pasang naik tertinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi makanan bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah pantai bagian tengah terendam saat pasang tertinggi dan pasang terrendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam Invertebrata, ikan, dan rumput laut.

4.       Ekosistem Muara
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

5.       Ekosistem terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, crustasea, echinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Fungsi dari terumbu karang sendiri adalah untuk berteduh, mencari makan, dan memijahnya ikan.
Hewan-hewan yang hidup di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa bahan organik. Berbagai Invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, dan ikan menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

PENTINGNYA ILMU EKOLOGI DALAM BUDIDAYA PERAIRAN

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Ekologi berasal dari kata Yunani yaitu oikos : tempat, rumah dan logos : Ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam. Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Jadi bisa disimpulkan bahwa ekologi berkaitan erat dengan adanya suatu ekosistem.  Menurut bidang kajian, ilmu ekologi dibedakan dalam 2 hal yaitu :
1.  Autekologi                                                     
Yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya, biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitis, dan lain – lain. Mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Misalnya dalam dunia perikanan : Udang galah atau Induk ikan sidat (Angulla sp) bertelur dan menetaskan telur di laut. Tetapi udang galah dan ikan sidat banyak terdapat di danau atau sungai didataran tinggi. Udang galah dan ikan sidat akan beradaptasi terhadap perairan laut, payau dan tawar. Selain itu, udang galah dan ikan sidat berenang ke hulu sungai sehingga masuk kedalam waduk/rawa dimana selama perjalanan tersebut harus beradaptasi terhadap perairan, predator, makanan, kualitas air. Jadi dengan mempelajari ilmu autekologi kita bisa memanipulasi suatu wadah budidaya dalam hal kegiatan membudidayakan suatu jenis ikan. Khususnya untuk segmen pembenihan.

2. Synekologi
Yaitu Ekologi yang mengkaji berbagai kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Misalnya ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas, ekologi ekosistem. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau (Mangrove).
Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah :
• Bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan.
• Bidang kajian tentang analisis ekosistem.
synekologi akan mempelajari tumbuhan dan mahluk hidup apa saja yang terdapat pada hutan mangrove tersebut. Selanjutnya synekologi juga mempelajari bagaimana hubungan antar mahluk hidup atau kelompok mahluk hidup di hutan mangrove tersebut. Misalnya kita mempelajari dan mencaritahu bagaimana hubungan antara kawasan hutan mangrove dengan spesies udang, ikan bandeng, dan rajungan yang ada dalam lingkungan ekosistem hutan mangrove. Ilmu ini dapat diterapkan dalam hal melestarikan suatu kawasan.

Minggu, 10 September 2017

SYARAT TEKNIS DAN KONTRUKSI KOLAM PENDEDERAN

Kolam pendederan merupakan unit kolam yang menerima benih dari kolam penetasan. Kolam pendederan ini ada yang disebut pendederan I, II, dan III yang pada prinsipnya bentuk dan ukurannya sama, hanya ukuran dan jumlah ikan yang dipelihara di dalam setiap kolam berbeda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan konstruksi kolam pendederan, antara lain adalah:
  1. Bentuk kolam disesuaikan dengan keadaan tempat, apabila memungkinkan sebaiknya berbentuk empat persegi panjang.
  2. Agar mudah dalam pengelolaan kolam dan pemanenan benih, sebaiknya kolam   pendederan pertama berukuran 100-500 m2, dan kolam pendederan lanjutan 500-2000 m2 per petak.
  3. Penampang melintang pematang berbentuk trapesium dengan kemiringan 1:1 (tanah lempung), lebar atas 75-100 cm dan ketinggian pematang 1,00-1,30 meter.
  4. Tempat pemasukan air berupa pipa yang dilengkapi dengan saringan dan pengatur debit air.
  5. Tempat pengeluaran air berbentuk monik atau bentuk lain yang memungkinkan kecepatan dan volume air yang dikeluarkan dapat diatur terutama pada saat pemanenan.
  6. Dasar kolam dilengkapi dengan kubangan untuk tempat berkumpul ikan ketika dilakukan pemanenan. Kubangan merupakan bagian dari saluran dasar  di  depan  tempat  pengurasan,  yang  bentuknya  melebar  dan berfungsi sebagai petak penangkapan benih. Dasar kolam dibuat miring ke arah saluran dasar dan tempat pengurasan.
  7. Kedalaman  kolam 1-1,5 meter  dan kedalaman air 40-60 cm.
  8. Permukaan kolam harus mendapat sinar matahari sepanjang hari.
  9. Dasar kolam harus berupa tanah gembur, berlumpur subur yang cukup tebal (5-20 cm), dan tidak porous.
  10. Selisih ketinggian tanah dasar kolam antara pintu pemasukan dan pintu pengeluaran berkisar antara 20-30 cm. 

Rabu, 30 Agustus 2017

SYARAT-SYARAT KONSTRUKSI KOLAM PEMIJAHAN

Konstrusi dapat diartikan sebagai kegiatan membangun sarana ataupun prasarana. Kaitannya dengan kegiatan pembenihan hal yang berhubungan dengan konstrusi yaitu konstruksi kolam pemijahan. Dalam kegiatan usaha pembenihan, kontruksi kolam pemijahan juga perlu diperhatikan. Konstruksi kolam pada unit usaha pembenihan ikan perlu  mempertimbangkan  sifat  biologi  ikan  itu sendiri antara lain sifat perkembangan ikan dan habitat induk, larva dan benih.
Namun secara umum dalam membangun kolam baik itu untuk kolam pemijahan, pendederan ataupun pembesaran kita harus memperhatikan beberapa hal diantaranya :
1.      Bahan yang digunakan.
2.      Teknis pembuatan.
3.      Bentuk kolam.
4.      Kapasitas kolam.
5.      Persyaratan desain, tata letak dan segi ekonomisnya.
Berkaitan dengan syarat- syarat diatas, khusus untuk konstrusi kolam pemijahan secara umum  harus  memenuhi  persyaratan  fisik  dan  higienis yang penting sekali untuk selalu kita perhatikan yaitu :
  1. Dasar dan dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air media  secara permanen.
  2. Kolam harus mudah diisi dan dikeringkan dalam waktu yang relatif singkat, terletak di tempat tertinggi dalam lokasi.
  3. Luas kolam dapat berukuran 50-1000 m2 atau dapat berukuran 7 X 7 m.
  4. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang.
  5. Dasar kolam dibuat miring ke arah pengurasan, berkisar antara 20-30 cm.
  6. Kedalaman kolam berkisar 0,5-1,2 m.
  7. Tempat permukaan dan pengeluaran air dapat berbentuk monik atau pipa sifon.
  8. Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok.
  9. Konstruksi kolam baru memungkinkan untuk dibersihkan secara sempurna agar kolam tetap dalam kondisi  higienis.

Selasa, 29 Agustus 2017

SYARAT TEKNIS KEGIATAN PEMBENIHAN IKAN

a.   Ketinggian dan kemiringan tempat  lokasi pembenihan ikan
Ketinggian tempat sedapat mungkin tidak lebih dari 700 m di atas permukaan laut. Untuk kemiringan tanah yang ideal berkisar antara 3%-5% (Sutisna, 1995).

b.   Tanah
Tanah yang baik untuk unit usaha pembenihan  adalah tanah dengan struktur yang kuat, dapat menahan air (tidak porous), subur, dan tidak berbatu-batu.

c.   Sifat fisika dan kimia dasar
Sifat fisika air yang harus diperhatikan adalah:
1)   Suhu air optimum berkisar antara 25o-30o derajat Celcius.
2)   Kekeruhan  25-100 JTU.
3)   Muatan suspensi  250-100.
4)   Kecerahan lebih besar dari 10%, penetrasi matahari sampai dasar perairan.

Sifat kimia air yang harus diperhatikan adalah:
1)   pH air berkisar antara 4-9, optimum  6,7-8,6.
2)   Kandungan O2 minimum 2 ppm, optimum 5-6 ppm.
3)   Kandungan CO2 terlarut maksimum 25 ppm.
4)   Kandungan N dan NH3 kurang dari 1,5 ppm.
5)   Phosphat lebih kecil dari 0,01 ppm.
6)   Tembaga ( Cu ) lebih kecil dari 0,02 ppm.
7)   Cadmium ( Cd ) lebih kecil dari 0,02 ppm.
8)   Plumbum ( Pb ) lebih kecil dari 0,02 ppm.

d.   Sumber air
Untuk kebutuhan pembenihan ikan, diutamakan air berasal dari sumber air, misalnya: mata air, sumur artesis, dan sumur bor. Untuk pengairan yang berasal  dari sungai  atau  saluran  irigasi  perlu  dilengkapi  dengan  bak pengendapan dan filter sebelum dialirkan ke kolam-kolam pembenihan dan pendederan. Debit air berkisar antara 10-15 liter/detik dan terjamin sepanjang tahun. Pada waktu musim hujan areal di lokasi unit usaha pembenihan harus terhindar dari banjir.

Senin, 28 Agustus 2017

METODE SELEKSI INDUK IKAN

Seleksi ikan merupakan program perbaikan genetik yang bertujuan untuk melakukan pemuliaan. Tujuan utama dari pemuliaan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dan diperoleh induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas. Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya.
Induk ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah :
  1.  Mengetahui asal usul induk
  2. Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif.
  3. Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetik
  4. Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi.
  5. Mengurangi kemungkinan perkawinan sedarah

Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas.
Dengan melakukan seleksi ikan yang benar diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas ikan pada kegiatan budidaya. Produktivitas dalam budidaya ikan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu :
  1. Ekstensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil budidaya dengan memperluas lahan budidaya.
  2. Intensifikasi yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap faktor internal dan eksternal.

Oleh karena itu agar dapat memperoleh produktivitas yang tinggi dalam budidaya ikan harus dilakukan seleksi terhadap ikan yang akan digunakan.
Untuk melakukan seleksi induk ikan dapat dilakukan dengan metode  seleksi Fenotipe Kualitatif. Fenotipe adalah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu atau fenotipe adalah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifat-sifat yang tampak. Jadi yang dimaksud dengan Seleksi fenotipe kualitatif adalah seleksi ikan berdasarkan sifat kualitatif seperti misalnya warna tubuh, tipe sirip, pola sisik ataupun bentuk tubuh dan bentuk punggung dan sebagainya yang diinginkan.
Fenotipe kualitatif ini merupakan sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dan dikelompokkan secara tegas. Sifat ini dikendalikan oleh satu atau beberapa gen dan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif adalah seleksi terhadap penampakan ikan atau sifat yang dapat diukur, dikendalikan oleh banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan. Adapun ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur antara lain adalah panjang tubuh, bobot, persentase daging, daya hidup, kandungan lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya.


Selasa, 25 Juli 2017

Teknik Mempersiapkan Kolam Pemijahan Ikan Gurame

Pemijahan ikan gurame adalah kegiatan menyatukan induk jantan yang sudah matang kelamin dan betina yang sudah matang gonad ke dalam satu kolam. Dengan disatukan keduanya, maka akan terjadi pemijahan. Pemijahan ikan gurame terjadi dengan sendirinya, atau dengan kata lain, ikan gurame akan memijah secara alami, bukan secara buatan.
Agar terjadi pemijahan, maka harus dilakukan persiapan kolam. Pada prinsipnya persiapan kolam pemijahan sama dengan kolam pemeliharaan induk, baik kontruksi, ukuran dan persyaratan lainnya. Hanya satu perbedaannya, yaitu pada kolam pemijahan diberi bahan pembuat sarang.
a. Mempersiapkan sarang
Telah diketahui bahwa ikan gurame dalam melakukan pemijahan selalu membangun sarang terlebih dahulu. Oleh karena itu, kita perlu menyediakan tempat dan bahan-bahan yang diperlukannya untuk membuat sarang. Biasanya para pembenih menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan induk gurame antara lain pembuatan kerangka sarang.
Kerangka sarang dipergunakan oleh induk ikan gurame sebagai tempat merajut sarangnya. Bahan yang biasanya digunakan untuk kerangka sarang adalah ranting-ranting pohon atau anyaman bambu berbentuk kerucut. di daerah Jawa Barat anyaman bambu tersebut dikenal dengan nama sosog atau pengki. Selain berupa kerangka bambu atau ranting pohon, para pembenih sering pula membuat lubang-lubang berbentuk bulat di sisi-sisi pematang. lingkaran mulut lubang atau sosog antara 30-40 cm dan dalamnya 35 cm.

b. Perawatan kolam
Perawatan kolam dilakukan dalam rangka penyehatan kondisi kolam serta mengembalikan fungsi kolam sebagai wahana untuk menampung dan mengatur bahan-bahan atau substansi yang dibutuhkan seperti air, ikan dan zat hara. Langkah-langkah untuk tujuan tersebut, antara lain:
  1. Pematang atau tanggul yang bocor/rusak harus diperbaiki dengan jalan pemadatan atau menambal pematang yang bocor dengan tanah liat. Tindakan ini sekaligus untuk memusnahkan sarang hama yang terdapat di sekitar pematang.
  2. Sarana pengairan seperti bak pengendapan, saringan atau pipa-pipa yang telah rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru agar air dan volume air dapat terkendali.
  3. Lumpur di dasar kolam yang terlalu tebal dibuang dan dikeringkan di terik matahari sampai retak-retak kecil agar dasar kolam menjadi hangat dan sehat.
  4. Dasar kolam yang tidak dapat dikeringkan karena sistem pembuangan yang buruk harus ditaburi kapur 100-200 gr/m2. Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit parasit yang terdapat di dasar kolam.
  5. Kedalaman kolam harus diperbaiki agar memenuhi persyaratan yakni bagian yang terendam air antara 60-100 cm.

Senin, 24 Juli 2017

MENGELOLA KUALITAS AIR DALAM BUDIDAYA AIR TAWAR

Pengelolaan kualitas air adalah cara pengendalian kondisi air di dalam kolam budidaya sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan hidup bagi ikan yang akan di pelihara. Parameter kualitas air dari berbagai aspek antara lain adalah aspek fisik, aspek kimia dan aspek biologi. Dari aspek fisik akan antara lain beberapa parameter fisik dari suatu perairan yang sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain adalah kepadatan/berat jenis air, kekentalan/viscosity, tegangan permukaan, suhu air, kecerahan dan kekeruhan air serta salinitas. Pada aspek secara kimia akan antara lain tentang beberapa parameter kimia yang sangat berpengaruh pada media budidaya ikan antara lain adalah oksigen, karbondioksida, pH, bahan organik dan garam mineral, nitrogen, alkalinitas dan kesadahan. Sedangkan pada aspek secara biologi antara lain parameter tentang kepadatan dan kelimpahan plankton pada suatu wadah budidaya ikan yang sesuai untuk media budidaya ikan.
Dalam pembesaran ikan ikan air tawar agar dapat tumbuh dengan optimal maka kondisi air kolam pembesaran harus sesuai dengan kebutuhan ikan ikan air tawar. Variable kualitas air yang sangat berpengaruh pada ikan ikan air tawar antara lain :
1) Suhu air
Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi laju metabolisme dalam tubuh ikan. Pada suhu air yang tinggi maka laju metabolisme akan meningkat, sedangkan pada suhu yang rendah maka laju metabolisme akan menurun. Dengan suhu yang optimal maka laju metabolisme akan optimal. Keadaan suhu air sangat berpengaruh terhadap pemberian pakan. Hal ini ada hubungannya dengan nafsu makan benih ikan yang bersangkutan. Semakin tinggi suhunya maka laju metabolisme ikan akan bertambah. Bertambahnya laju metabolisme mengakibatkan naiknya tingkat konsumsi pakan karena nafsu makan ikan juga meningkat. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan ikan air tawar berkisar antara 25-30 oC.
2) Kadar oksigen terlarut.
Ikan ikan air tawar membutuhkan oksigen dalam bentuk terlarut dalam air untuk proses metabolisme di dalam tubuhnya dan untuk bernafas. Kandungan oksigen terlarut di dalam air agar ikan ikan air tawar tumbuh dan berkembang minimal 3 ppm. Kebutuhan oksigen terlarut ini sangat dipengaruhi oleh suhu air, biasanya suhu air meningkat maka kandungan oksigen terlarut menurun (berkurang). Selain suhu, oksigen terlarut juga berpengaruh terhadap pemberian pakan ikan. Pada benih ikan ikan air tawar, kadar oksigen kurang dari 6 mg/liter (6 ppm) maka nafsu makan ikan dapat hilang. Berbagai macam usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan kadar oksigen antara lain adalah :
a) Memasukan air baru dan membuang air yang lama
b) Mempertahankan kedalaman air
c) Mencegah terjadinya pengotoran
d) Memasukan udara segar melalui aerasi
3) Kadar CO2
Sumber air yang akan digunakan untuk budidaya ikan ikan air tawar antara lain adalah air tanah, air sungai atau air hujan. Air tanah adalah salah satu sumber air yang banyak digunakan untuk budidaya. Jika menggunakan maka harus di tampung terlebih dahulu dalam bak penampung air minimal 24 jam, karena air tanah tersebut mengandung CO2 yang tinggi berkaitan erat dengan kadar O2 yang terlarut yang rendah. Oleh karena itu kadar CO2 yang layak untuk budidaya ikan ikan air tawar sebaiknya < 5mg/l
4) Volume air
Ikan ikan air tawar yang dipelihara di dalam kolam air deras mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan ikan air tawar yang dipelihara d kolam air tenang. Pada pemeliharaan ikan ikan air tawar di kolam air deras membutuhkan volume air yang besar, dimana debit air yang masuk ke dalam kolam pemeliharaan berkisar antara 75-300 liter/detik.
5) Kekeruhan air
Air yang baik untuk pemeliharaan induk ikan yang mempunyai warna air tidak keruh dan tidak jernih. Untuk mengukur kekeruhan biasanya dilakukan pengukuran kecerahan air karena kecerahan air sangat bergantung kepada warna iar dan kekeruhan. Nilai kecerahan yang ideal untuk pertumbuhan air sebaiknya berkisar antara 25 – 40 cm.

Rabu, 12 Juli 2017

SARANA UNIT USAHA PEMBENIHAN IKAN LAUT


1. Air Laut
Air laut yang bersih harus tersedia sepanjang waktu dengan jumlah yang cukup. Sehubungan dengan itu, diperlukan bak sedimentasi, bak filter, dan bak penampungan air (bak reservoir) laut yang siap pakai. Air laut dapat diambil langsung dari laut atau dari sumber air laut buatan. Apabila sumber air laut relatif bersih, air laut tersebut dapat dipompakan langsung ke bak filter dan disimpan dalam bak penampungan air. Apabila air keruh dan banyak mengandung bahan suspensi (endapan), air tersebut lebih dahulu harus dipompa ke dalam bak pengendapan kemudian bahan-bahan suspensi tersebut dibiarkan mengendap. Hanya air bagian atas yang jernih yang dipompakan ke bak filter.
Kejernihan suatu perairan belum tentu memberikan jaminan kualitas air, namun setidaknya cukup untuk menduga baik tidaknya kondisi air tersebut. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan pemeriksaan parameter kimia, fisika, dan biologi dari suatu sumber air. Beberapa parameter kimia air meliputi oksigen terlarut (DO), salinitas, derajat keasaman (pH), BOD (biological oxygen demand, yaitu konsumsi oksigen yang diukur secara biologi), COD (chemical oxygen demand, yaitu konsumsi oksigen yang diukur secara kimia), amoniak, nitrit, nitrat, logam berat, serta bahan-bahan polutan. Beberapa parameter fisika air adalah kecerahan, kekeruhan, suhu, warna, bau, benda terapung, dan padatan tersuspensi. Sementara parameter biologi air adalah kesuburan perairan (kelimpahan, keragaman fitoplankton, dan zooplankton) serta keberadaan mikroorganisme patogen dan biota lain di perairan.

2. Suplai Udara
Hatchery ikan laut paling tidak harus ada 3 unit suplai udara. Satu unit sistem suplai udara yang dipakai dalam proses produksi dan dua unit suplai udara disediakan sebagai cadangan. Suplai udara tersebut digunakan untuk aerasi di bak-bak pemijahan, pemeliharaan larva, dan plankton.
3. Drainase
Selama proses produksi di tempat pembenihan hampir selalu dilakukan penggantian air setiap hari. Dengan demikian, drainase harus dipasang untuk menyalurkan sisa-sisa air dengan cepat dan lancar.

4. Pengadaan Air Tawar
Penyediaan air tawar selain digunakan untuk menurunkan salinitas air laut sesuai dengan kebutuhan dalam pembenihan digunakan juga sebagai pembersih peralatan. Sistem penyediaan suplai air tawar terdiri atas bak sedimentasi dan bak penampungan.

5. Fasilitas Proses Produksi
Proses produksi benih terdiri atas kegiatan pemijahan alami dalam bak-bak yang dikendalikan keadaan lingkungannya. Kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan larva. Untuk kegiatan tersebut diperlukan:
a. Bak pemijahan (bak induk).
b. Bak penetasan telur.
c. Bak pemeliharaan larva.

d. Bak alga/pakan alami.

Selasa, 13 Juni 2017

JAGA LAUT DARI DESTRUKTIF FISHING


Pada prinsipnya laut dipandang sebagai wilayah yang open access. Prinsip ini berdiri di atas asas bahwa laut merupakan “common property right” (kepemilikan bersama). Konsep ini menyebabkan orang secara logis dapat melakukan penangkapan kapan saja, di mana saja, berapapun jumlahnya, dan dengan alat tangkap apa saja. Permintaan pasar yang tinggi terhadap produk perikanan tertentu, menjadi salah satu alasan utama para nelayan berlomba-lomba melakukan eksploitasi sumberdaya ikan. Selain itu, bertambahnya jumlah nelayan yang mengakses wilayah penangkapan yang sama, menciptakan suasana kompetisi yang tinggi di antara mereka, sehingga masing-masing berusaha mendapatkan sumberdaya sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat. Nelayan akhirnya terdorong untuk menciptakan dan menggunakan alat tangkap dan cara-cara penangkapan yang mampu mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, tanpa lagi memperhatikan apakah cara tersebut dapat merusak lingkungan atau tidak.

Destruktif fishing merupakan kegiatan penangkapan namun dengan etika penangkapan yang salah yang tidak bertanggung jawab karena metode penangkapan ini dilakukan dengan cara merusak atau menghancurkan lingkungan lokasi penangkapan yang pada akhirnya akan merusak tatanan ekosistem laut yang telah ALLAH ciptakan. Penangkapan ini hanya menguntungkan kesebelah pihak, yaitu bagi para nelayan.
Secara umum, maraknya destructive fishing disebabkan oleh beberapa faktor ; (1) Rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak seimbang dengan kemampuan tenaga pengawas yang ada saat ini (2) Terbatasnya sarana dan armada pengawasan di laut (3) Lemahnya kemampuan SDM Nelayan Indonesia dan banyaknya kalangan pengusaha bermental pemburu rente ekonomi (4) Masih lemahnya penegakan hukum (5) Lemahnya koordinasi dan komitmen antar aparat penegak hukum.
Setelah dikatakan berhasil dengan program ilegal fishing, sekarang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudji Astuti mulai memfokuskan diri untuk penanganan dan pecegahah Destruktif fishing. Melalui Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP berupaya terus untuk menjaga laut dari ancaman destructive fishing.
Kegiatan destructive fishing yang dilakukan oleh oknum masyarakat umumnya menggunakan bahan peledak (bom ikan), dan penggunaan bahan beracun untuk menangkap ikan. Penggunaan bahan-bahan tersebut mengakibatkan kerusakan terumbu karang dan ekosistem di sekitarnya, serta menyebabkan kematian berbagai jenis dan ukuran yang ada di perairan tersebut. Setidaknya, hasil penelitian World Bank tahun 1996 menunjukkan bahwa penggunaan bom seberat 250 gram akan menyebabkan luasan terumbu karang yang hancur mencapai 5,30 m2.
Dalam hal pengawasan kegiatan destructive fishing, Direktorat Jenderal PSDKP melalui para Pengawas Perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia telah berhasil menggagalkan kegiatan pengggunaan bom ikan.
Sementara itu, berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyebutkan bahwa setiap orang dilarang memiliki, menguasasi, membawa, dan/atau menggunakan alat penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Apabila diketahui dan didapatkan cukup bukti terdapat oknum masyarakat yang melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan cara merusak, maka dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 2 milyar.

Penanganan Destructive Fishing
Secara umum penanganan destructive fishing meliputi :
·         Meningkatkan ke­sadaran masyarakat melalui sosialisasi, penyuluhan atau penerangan terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh penangkapan ikan secara ilegal.
·         Mencari akar penyebab kenapa destructive fishing itu dila­kukan. Apakah motif ekonomi atau ada motif lainnya. Setelah diketahui perma­salahan, upaya selanjutnya melakukan upaya preventif.
·         Meningkatkan penegakan dan penaatan hukum.
·         Meli­batkan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumberdaya ikan.

Dengan luasnya wilayah laut Indonesia, memang terdapat keterbatasan Pemerintah untuk mengawasi kegiatan destructive fishing. Mulai dari keterbatasan personil pengawasan, kapal pengawas, dan jangkauan wilayah yang sangat luas. Untuk itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk bersama-sama memerangi pelaku destructive fishing.
Peran serta masyarakat dapat dilakukan dengan mengamati atau memantau kegiatan perikanan dan pemanfaatan lingkungan yang ada di daerahnya, kemudian melaporkan adanya dugaan kegiatan destructive fishing kepada Pengawas Perikanan atau aparat penegak hukum.