Pages - Menu

Kamis, 25 April 2013

Pemijahan Ikan Jelawat


  
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis ikan ekonomis yang   cukup diminati masyarakat Kalimantan bahkan beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
            Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin hujan, sehingga keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan benih sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
            Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi. Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat, pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerahmerahan, mempunyai 2 pasang sungut.



Klasifikasi Ikan Jelawat:
Ordo                : Ostariophysi
Sub ordo         : Cyprinoidae
Famili              : Cyprinidae
Sub famili        : Cyprinidae
Genus              : Leptobarbus
Species            : Leptobarbus hoeveni

Budidaya Ikan Jelawat
1. Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500700 m2 penebaran 0,10,25 kg/m2. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 2528%. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 23 per hari. Selain pellet, induk diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah sebagai berikut:
Betina :
  • Perut membesar dan lembut
  • Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan
  • Sirip dada halus dan licin
Jantan :
  • Perut langsing
  • Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
  • Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba

2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.

3. Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas.

4. Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.

5. Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan 23 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500700 gr/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100150 ekor/m2. Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 1020 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 23 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 23 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.


Kamis, 04 April 2013

PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,  ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu 
  •         Penggunaan suhu rendah,
  •     Pembiusan dengan zat kimia, dan
  •     Penyetruman dengan arus listrik.

Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan  dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp. 



Selasa, 26 Maret 2013

PERANAN IKAN DALAM POLA GIZI SEIMBANG


Kemajuan teknologi pengolahan pangan, serbuan supermarket, informasi pemasaran beragam produk pangan, urbanisasi, dan kemajuan ekonomi terutama bagi golongan menengah ke atas, serta dampak globalisasai, mendorong perubahan pola makan yang tidak sehat yaitu tidak seimbang : padat energi, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam dan rendah serat. Pola makan semacam ini berdampak pada maraknya masalah kegemukan, penyakit diabetes, penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Tidak saja di negara maju tetapi juga negara berkembang seperti China, Thailand, Brazil dan lain-lain termasuk Indonesia. Anak balita, anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia masih banyak yang kurus, tetapi sekaligus mulai banyak yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.
Orang yang kekurangan gizi cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas rendah. Sedangkan orang yang kelebihan gizi cenderung mengalami kelebihan berat badan dan beresiko terkena berbagai penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah melalui program pendidikan gizi tentang Gizi Seimbang.

Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung unsur-unsur zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Gizi seimbang dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

Pesan Dasar Gizi Seimbang
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Pesan dasar tersebut antara lain :
(1)   Makanlah aneka ragam makanan;
(2)   Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi;
(3)   Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi;
(4)   Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi;
(5)   Gunakan garam beryodium;
(6)   Makanlah makanan sumber zat besi;
(7)   Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan;
(8)   Biasakan makan pagi;
(9)   Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya;
(10)  Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur;
(11)  Hindari minum minuman beralkohol;
(12)  Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan;
(13)  Bacalah label makanan yang dikemas.
Secara keselurhan, konsep gizi seimbang mencakup prinsip-prinsip tidak hanya mengenai makanannya, tetapi juga aspek pola hidup sehat lainnya seperti kebersihan, olahraga dan berat badan ideal untuk berbagai kelompok umur.
Prinsip Gizi Seimbang tidaklah sama dengan 4 sehat 5 sempurna (4S5S), pada “Pedoman Gizi Seimbang”(TGS) penerapan pola makan tidak dapat diberlakukan sama pada setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan TGS yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut, yang mana hal ini berbeda dengan prinsip 4S5S yang berlaku bagi semua diatas dua tahun.
Terdapat tiga alasan kenapa pedoman 4S5S sejak awal 1990-an secara internasional telah tergantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut TGS. Beberapa alasan penting tentang hal tersebut, pertama, karena susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung pada apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Kedua, karena susu bukan “makanan sempurna” seperti anggapan selama ini, sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu didalam TGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Ketiga, slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia, ditahun 1950-an dan dianggap relevan pada zamannya, sejak tahun 1990-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang gizi.

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Dalam konsep gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002).
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut/ tumpeng dengan urutanurutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikenal sebagai
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng yaitu satu potongan besar, dua potosngan segar dan dua potongan kecil dan di puncak terdapat potongan terkecil. Dasar tumpeng menggambarkan sumber energi/ tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relative paling sedikit dimakan tiap harinya.


Dari gambar TGS tersebut dapat dikatakan bahwa ikan mengambil peranan yang cukup penting, khususnya untuk makanan yang mengandung protein tinggi. Namun porsi tetaplah lebih sedikit dibandingkan makanan berkarbohidrat atau yang berada didasar tumpeng.

Ikan dalam Gizi Seimbang
Dalam TGS, makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama di bawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama yaitu 2-3 porsi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, kelompok ikan merupakan sumber protein hewani dengan kandungan lemak yang rendah. Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok yaitu rendah lemak (dalam 7 gram protein mengandung 2 gram lemak), lemak sedang (dalam 7 gram protein mengandung 5 gram lemak) dan tinggi lemak (dalam 7 gram protein mengandung 13 gram lemak).
Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya tersebut, kelompok ikan masuk ke dalam kelompok rendah lemak. Ikan segar dengan ukuran 1 potong sedang atau setara 40 gram, hanya mengandung 2 gram lemak. Demikian pula 5 ekor udang ukuran sedang atau setara 35 gram juga hanya mengandung 2 gram lemak.
Kandungan protein ikan jauh lebih tinggi disbanding protein hewani lainnya. Hampir semua asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia terkandung dalam daging ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari 15-24% protein. Protein daging ikan memiliki kemampuan cerna dan nilai biologis yang sangat baik. Selain kaya akan protein hewani, ikan juga kaya akan asam lemak omega 3.
Asam lemak ini baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak anak. Kandungan asam lemak omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah asam linoleat, asam eikosapenanoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Kandungan lainnya pada ikan adalah nutrisi esensial seperti kalsium, forsor, besi dan retinol.
Nutrisi esensial ini sangat penting bagi tubuh, terutama anak dan remaja di masa pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di dalam daging ikan. Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan adalah golongan vitamin yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan D. Sedangkan mineral yang dominan adalah fosfor, besi, kalsium, selenium dan iodium. Bagi ibu hamil dan menyusui, adanya mitos bahwa ibu hamil dan menyusui pantang makan ikan, tidak lah benar. Justru ikan merupakan salah satu sumber protein dan mineral penting bagi ibu hamil dan menyusui.
Nilai cerna protein ikan yang sangat tinggi juga menjadikan daging ikan cukup aman dikonsumsi bagi anak balita dan usia lanjut. Ini penting, mengingat kelompok balita dan usia lanjut merupakan usia yang rentan karena balita memiliki sistem pencernaan yang belum sesempurna orang dewasa dan fungsi organ pencernaan usia lanjut sudah mulai menurun. Oleh karenanya sangat disarankan mengkonsumsi ikan untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh.

Dari uraian diatas, terlihat jelas peranan ikan dalam pemenuhan gizi seimbang dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut) dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik dan sakit). Dalam implementasi gizi seimbang, program diversifikasi pangan perlu dibarengi dengan pola hidup bersih, aktif dan berolahraga serta menjaga berat badan ideal.

Senin, 18 Maret 2013

Tinta Cumi Bermanfaat untuk Obat Kanker?

Cumi cumi merupakan salah satu seafood  yang sangat populer dikalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering polos.
Indonesia sendiri adalah negara maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari  tubuh cumi-cumi relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian orang, bagian kaki (part growled)  perlu dibuang, meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh cumi-cumi yang biasa dibuang adalah tintanya, karena tidak menambah daya tarik penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan.
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Hiroki  University  di Jepang,  tinta  cumi dapat mengaktifkan  sel  darah  putih  untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15    ekor  tikus  yang  dikembangkan dalam  tubuhnya  penyakit  tumor  ganas. Tikus-tikus  tersebut diberi  suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta cumi.   Ternyata hanya  tiga  tikus  yang  mati,  sisanya tetap  hidup.  Sebagai  perbandingan, 15 tikus  lainnya yang  juga menderita penyakit  yang  sama  tidak  diberikan suntikan  tinta  cumi dan  semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba  Jin’ichi  Sasaki  dan  sejawatnya dari  Universitas  Hirosaki  di  Jepang bagian  utara.  Mereka  memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri atas glusida  (gabungan gula, protein dan lipid).  “Sebenarnya  tak  ada  alasan khusus mengapa  kami  memakai tinta  cumi pada mencit-mencit  yang ditumbuhi  kanker”,  kata  Sasaki.  ’Di daerah  ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna  dalam  tinta  itu  agar  dapat mendaur ulangnya.
Kini  kegiatan  para  ilmuwan  itu adalah mencari  zat  aktif dalam  tinta itu dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja  dengan  mengaktifkan  komponen  sel  darah  putih  yang  disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga  meningkatkan  daya  tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya.
Siapa  tahu  zat  yang  dapat  menyelamatkan  jiwa  60%  mencit-mencit kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia. Penelitian  ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat  lebih valid. Selain  itu, mungkin  ada manfaat lain  selain sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa  dibuang  dan  tidak  dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki manfaat bagi dunia kedokteran.

Kandungan Gizi
Selain  lezat,  ditinjau  dari  nilai gizi,  cumi-cumi  memiliki  kandungan gizi yang luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging  cumi-cumi  memiliki  kelebihan dibanding dengan hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial  yang  dominan  adalah  leusin,  lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua  asam  amino  tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga dalam pen-golahannya  tak  perlu  ditambahkan penyedap  (seperti monosodium  glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa jenis mineral mikro dan makro dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang terkandung pada cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
Variasi ini tergantung pada keadaan lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur. Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan selenium. Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan mencegah osteoporosis dimasa tua. Selain kaya akan protein, cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi  juga  mengandung TMAO  (Trimetil Amin Oksida)  yang cukup  tinggi.  TMAO  yang  tinggi  ini memberikan rasa yang khas terhadap daging  cumi-cumi.  Daging  cumi-cumi  juga  banyak mengandung monoamino  nitrogen  yang  menyebabkan cumi-cumi  mempunyai  rasa  manis. Kandungan  sulfur yang  cukup  tinggi pada  cumi–cumi  juga menyebabkan cumi-cumi berbau  amis  ketika men-galami perlakuan pemasakan  seperti direbus. Jadi bila anda menyukainya, tinta hitam  itu  tidak  perlu  dibuang  dari cumi,  tetapi  dapat  dimakan.  Tidak ada  yang  perlu  dikhawatirkan  tentang zat tinta yang pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk peningkat cita rasa. 

Kamis, 14 Maret 2013

TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MASYARAKAT PESISIR



Sejumlah teknologi kelautan dan perikanan telah diaplikasikan untuk mendukung kegiatan nelayan, pembudidaya perikanan, dan masyarakat pesisir lainnya. Kawasan pesisir merupakan potensi bagi perkembangan sector kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu didukung dengan program nyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan baik nelayan, pembudidaya, pelaku pengolahan, serta stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya.
Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP) merupakan salahsatu satuan kerja di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP) yang bergerak di bidang pengkajian dan perekayasaan teknologi kelautan dan perikanan. Lembaga ini menghasilkan teknologi kelautan dan perikanan yang telah diaplikasikan di beberapa daerah pesisir di Indonesia.

Zero Water Discharge
Salahsatu teknologi yang telah diaplikasikan yaitu Zero Water Discharge (ZWD). Ini merupakan teknologi pengolahan air yang dimanfaatkan untuk budidaya. Konsep teknologi ZWD mempunyai keunggulan diantaranya dapat meminimalisasi penggunaan air tawar, optimalisasilahan sempit, menjaga kondisi sistem yang stabil, produktivitas yang tinggi, dan mitigasi kerusakan lingkungan hidup.
Teknologi ini sangat cocok untuk daerah yang mempunyai ketersediaan air tawar yang terbatas. Konsep ZWD dapat meningkatkan produktivitas panen setiap periode. Dalam penerapannya, teknologi ini sudah diaplikasikan untuk budidaya udang galah di Pamarican, Ciamis dan telah dirasakan manfaatnya.
Menurut pembudidaya, hasil panen mempunyai kualitas yang baik dan warna udang yang dihasilkan cerah. Hal ini dapat mempengaruhi nilai jual udang galah menjadi lebih menguntungkan. Produktivitas panen juga meningkat,per periode panen yaitu 25 % pada panen pertama dan panen selanjutnya meningkat menjadi 37% dan 50%.
Penerapan teknologi ini diaplikasikan pada 6 kolam pendederan udang galah ukuran 3 x 5 meter dan 2 buah kolam ukuran 5 x 6 meter. Padat tebar tiap kolam adalah 150 ekor/m2 dengan lama pendederan sekitar 6 - 8 minggu per periode panen. Komponen teknologi ZWD meliputi penyediaan bakteri nitrifikasi, penyediaan mikro alga chlorella, pembuatan  shelter loster bata dan karpet, persyaratan benur(tepat ukuran dan jumlah tebar), persyaratan pakan (tepat jumlah, jenis dan waktu pemberian pakan), serta waktu pemeliharaan, cara, dan selang waktu penambahan air.

Ice Maker
Lalu ada pula teknologi ice maker yang merupakan teknologi penyedia es Kristal untuk masyarakat pesisir. Saat ini teknologi ice maker sudah dimanfaatkan oleh pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru Kabupaten Bantul.
Sebelum diterapkannya teknologi  ice maker, pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru jika ingin membeli es harus membeli ke rumah penduduk yang berjualan es dengan menempuh jarak sekitar 1,5 Km dengan harga Rp 600/kg. Hal ini dirasakan pedagang kuliner sangat tidak efisien karena harus bolak-balik membeli es yang tentunya memerlukan tenaga dan biaya operasional tambahan. Dengan diterapkannya teknologi  ice maker dirasakan sangat membantu hasil dilapangan.
Menurut para pedagang kuliner, lokasi ice maker sangat mudah untuk dijangkau karena berada di lokasi Pantai Pandansimo Baru dengan jarak sekitar 75 m dari tempat usaha, sehingga tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk menuju ke lokasi pembeli an es. Harga yang ditawarkan juga lebih murah yaitu Rp 400/kg dengan bentuk es yang dihasilkan dalam kondisi yang baik. Spesifikasi teknologi  ice maker yang diaplikasikan diantaranya yaitu produksi es kristal dapat dilakukan per 30 menit dengan hasil produksi  sekitar 10 kg.  Produksi es kristal membutuhkan alat seperti pompa,filter I ( pasir dan mangan), filter II ( karbon aktif), tower (penampung) air, dan mesin ice maker. Komponen diatas merupakan alat pendukung untuk mensuplai air bersih menuju ke alat ice maker yang merupakan proses akhir dari teknologi tersebut sehingga menghasilkan es kristal.
 Reverse Osmosis
Kemudian ada teknologi reverse osmosis. Ini merupakan teknologi yang menggunakan prinsip perbedaan tekanan antar konsentrasi zat yang berbeda. Penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) di Indramayu Jawa Barat ditujukan sebagai penyedia air siap minum untuk masyarakat nelayan disekitar pelabuhan Eretan Kulon Indramayu. Teknologi ini menggunakan membrane semipermeable sebagai medianya. Dalam reverse osmosis, air dipaksa melawan sifat alamiahnya sehingga mengalir dari larutan pekatmenuju larutan encer melalui membrane semipermeable. Tekanan osmosis yang lebih besar daripada tekanan osmosis biasa diberikan dengan bantuan pompa sehingga air murni akan mengalir melalui membrane berlawanan arah dengan osmosis (sumber:Tim Iptekmas P3TKP 2011).
Teknologi reverse osmosis dioperasikanselama 3 - 4 jam dengan kapasitas produksi500 liter/jam. Dengan menggunakan teknolog ini dapat memproduksi air siap minum 2.000 liter atau kurang lebih 105 galon  (ukuran 19 liter)

Sumber : BALITBANG KP

Rabu, 13 Maret 2013

Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy


       Konsep pembangunan yang memberikan solusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP) bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
     Ia menjelaskan, blue economy merupakan sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos  produksi lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan, prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak lingkungan,” kata Sharif.
    Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta.
        Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa menyisakan limbah.
       Di samping itu, ia pun menyampaikan sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk  mengembangkan rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan. Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with what we have”.

Penerapan Blue Economy
      KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. “kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
       Kerjasama tersebut menyepakati lima poin penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia. Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi  berbasis model blue economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning) kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue economy.
      Blue economy telah diusulkan sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan 2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,” sambungnya.

Pendidikan Blue Economy
     Terkait dengan dunia pendidikan, menurut Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset maupun  inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat membantu pemerintah  dalam memberikan alternatif penyelesaian yang riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif, pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
      Oleh karena itulah, KKP mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya, kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.

sumber : BALITBANG KP

Selasa, 12 Maret 2013

PENGOLAHAN SELAI RUMPUT LAUT


Pada tulisan yang lalu tentang “ Inovasi Pengolahan Rumput Laut (mie rumput laut)” telah diterangkan mengenai manfaat, fungsi dan jenis rumput laut yang ada di Indonesia. Namun pada tulisan kali ini saya tidak akan menjelaskan mengenai fungsi, jenis dan manfaat rumput laut lagi, tetapi saya akan mencoba menerangkan mengenai teknik pengolahan rumput laut yang lainnya yaitu “Pengolahan Selai Rumput Laut”.
            Seperti yang telah kita ketahui semua bahwa selai biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap berbagai aneka makanan seperti kue kering, roti, dan aneka kue basah. Pada umumnya kita juga telah mengetahui bahwa selai yang selama ini kita kenal biasanya terbuat dari buah-buahan diantaranya nanas dan strawbery. namun ternyata rumput laut yang biasanya sering diolah menjadi agar-agar ternyata juga bisa diolah menjadi selai. Pada kesempatan ini akan dijelaskan tentang " Pengolahan Selai Rumput Laut ". Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
1.   Siapkan Bahan baku
·      Rumput Laut (diusahakan jenis E. cottonii)      100 gr

2.   Siapkan bahan tambahan dan bahan pembantu
·      Gula pasir          1500 gr
·      Nenas                1000 gr (diblender)
·      Asam sitrat        2 gr
·      Garam               0,5 gr
·      Pewarna                        secukupnya (jika diinginkan)

3.   Siapkan peralatan
·      Pisau
·      Talenan
·      Wadah
·      Sendok
·      Kompor
·      Blender
·      Alat penggorengan
·      Alat pengemasan

4.   Cara pengolahan
 - Rendam rumput laut kering selama 1 malam dan tambahkan kepur sirih ke dalam air        rendaman. Tujuan dari perendaman yaitu untuk mengurangi bau amis rumput laut.
  - Setelah dilakukan perendaman, bilas rumput laut menggunakan air bersih
  - Blender rumput laut dengan ditambahkan air secukupnya (usahakan blender sampai halus)
  - Tambahkan gula pasir kedalam rumput laut yang telah di blender
  - Panaskan campuran rumput laut dan gula menggunakan penggorengan aduk sampai rata
 - Tambahkan asam sitrat nenas dan garam, aduk kembali hingga rata (tambahkan pewarna jika diinginkan)
 - Diamkan pada suhu ruang hingga dingin dan siap untuk dikemas

Gambar proses pembuatan selai rumput laut


Rabu, 02 Oktober 2013

Kamis, 25 April 2013

Pemijahan Ikan Jelawat


  
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoeveni) merupakan ikan air tawar yang dapat ditemukan di beberapa sungai di Kalimantan. Ikan ini merupakan jenis ikan ekonomis yang   cukup diminati masyarakat Kalimantan bahkan beberapa negara tetangga. Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dilakukan namun pasokan benih sepenuhnya masih mengandalkan hasil penangkapan dari perairan umum yang dilakukan pada musim hujan.
            Jenis ikan ini berkembangbiak di sungai pada permulaan musin hujan, sehingga keberadaan benih hanya musiman, karena pasar benih hanya mengandalkan hasil penangkapan di perairan umum. Hal ini menyebabkan kurang terjamin kontinuitas ketersediaan benih sehingga budidaya ikan ini akan terganggu.
            Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan upaya yang perlu diaktifkan. Perlu adanya upaya pembudidayaan dengan metode yang mengandalkan penggunaan teknologi. Pembudidayaan ini pun menjadi peluang usaha dan nantinya akan memberikan keuntungan yang besar.
Ikan jelawat tidak sepopuler ikan mas dan nila, karena ikan ini tidak dapat ditemukan di setiap daerah. Ikan ini hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu Kalimantan dan Sumatra, terutama Jambi dan daerah sekitarnya. Budidaya ikan jelawat perlu dikembangkan. Karena ikan ini juga tetap dicari orang, terutama orang-orang yang pernah merasakan dagingnya.
Meskipun ikan ini kurang populer di telinga masyarakat indonesia, namun ikan ini cukup popuker di Malaysia sebagai ikan hias. Sementara ikan yang sudah besar digunakan sebagai ikan konsumsi. Ikan ini bersifat omnivora yang cenderung herbivora. Untuk budidaya ikan jelawat, pakannya dapat berupa pelet dan sedikit sayuran seperti selada air atau bayam.
Secara morfologi, ikan ini memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang, menggambarkan bahwa ikan ini termasuk perenang cepat. Kepala bagian sebelah atas agak mendatar, mulut berukuran sedang, garis literal tidak terputus, bagian punggung berwarna perak kehijauan dan bagian perut putih keperakan, pada sirip dada dan perut terdapat warna merah, gurat sisi melengkung agak kebawah dan berakhir pada bagian ekor bawah yang berwarna kemerahmerahan, mempunyai 2 pasang sungut.



Klasifikasi Ikan Jelawat:
Ordo                : Ostariophysi
Sub ordo         : Cyprinoidae
Famili              : Cyprinidae
Sub famili        : Cyprinidae
Genus              : Leptobarbus
Species            : Leptobarbus hoeveni

Budidaya Ikan Jelawat
1. Pematangan Gonad
Pada tahap ini, induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500700 m2 penebaran 0,10,25 kg/m2. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi pakan pelet dengan kandungan protein 2528%. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekwensi 23 per hari. Selain pellet, induk diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya. Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan. Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi. Ciri induk Jelawat dengan gonad yang matang adalah sebagai berikut:
Betina :
  • Perut membesar dan lembut
  • Apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan kekuningan
  • Sirip dada halus dan licin
Jantan :
  • Perut langsing
  • Apabila diurut akan keluar cairan putih (sperma)
  • Sirip dada terasa lebih kasar bila diraba

2. Pemijahan
Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam pemijahan buatan, dapat dilakukan dengan penyuntikan (induced breeding) menggunakan hormon. Induk jantan dan betina disuntik dengan menggunakan hormon Ovaprim. Induk betina dilakukan 3 kali penyuntikan dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Interval waktu antara suntikan pertama dan kedua 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam. Induk jantan dilakukan satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor induk bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bagian punggung. Kemudian dilakukan stripping (pengeluaran telur dan sperma dari Induk) setelah 4 – 6 jamdari suntikan terakhir. Telur dan sperma ditampung dalam satu wadah yang bersih dan kering. Kemudian diaduk perlahan hingga tercampur rata dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih untuk mengaktifkan sperma, setelah terjadi pembuahan maka dilakukan pencucian telur 3 – 4 kali hingga telur bersih dari sisa sperma.

3. Penetasan
Pada tahap penetasan, diperlukan wadah untuk menampung dan menetaskan telur. Wadah penetasan telur berbentuk corong dengan diameter 60 cm tinggi 50 cm, terbuat dari bahan lembut atau kain dengan bagian bawah diberi aerasi yang berfungsi untuk menggerakkan telur. Kepadatan telur 10.000 – 20.000 butir per corong, wadah tersebut ditempatkan didalam bak yang sirkulasi airnya lancar. Pada suhu normal 26 – 28 derajat C, dalam waktu 18 – 24 jam telur akan menetas.

4. Pemeliharaan Larva
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur. Cangkang dan telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan. Hari ke 3 larva diberikan pakan Naupil Artemia (yang baru menetas) atau emulsi kuning telur yang telah direbus secukupnya. Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore). Hari ke 7-10 setelah menetas benih ikan siap untuk didederkan di kolam pendederan yang telah dipersiapkan.

5. Pendederan
Pada tahap Pendederan, persiapan kolam meliputi pengeringan 23 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kamalir) dan pemupukan dengan pupuk kandung sebanyak 500700 gr/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 80100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar. Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100150 ekor/m2. Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis . 1020 % per hari yang mengandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan 23 minggu. Benih yang dihasilkan ukuran 23 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.


Kamis, 04 April 2013

PENGANGKUTAN IKAN HIDUP

Dalam pengangkutan ikan hidup perlu dilakukan teknik khusus, berbeda dengan ikan mati. Ikan yang sudah mati hanya diharapkan tetap segar untuk sampai ke tujuan namun untuk ikan hidup, ikan harus tetap hidup dan dalam keadaan sehat hingga sampai ke tempat tujuan.Teknik pengangkutan ikan hidup dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : yaitu teknik basah yang menyertakan media air; dan teknik kering, tanpa penyertaan air. Setiap teknik yang digunakan bergantung kepada jarak tempuh dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke tempat tujuan.
1.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah
Pada pengangkutan ikan hidup dengan teknik basah, ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu kandungan oksigen (O2), jumlah dan berat ikan, kandungan amoniak dalam air, karbondioksida (CO2), serta pH air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan tergantung jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat, ikan akan mengonsumsi O2 pada kondisi stabil, dan ketika kadar O2 menurun konsumsi ikan atas O2 akan lebih rendah. Sementara itu, nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknis akibat perubahan kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, dan cara menanggulanginya yaitu dengan menstabilkan kembali pH air selama pengangkutan dengan larutan bufer.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pengangkutan ikan hidup menggunakan teknik basah yaitu pengangkutan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Pengangkutan dengan sistem terbuka biasanya hanya dilakukan jika jarak waktu dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan menggunakan wadah yang terbuka. Sistem ini mudah diterapkan. Berat ikan yang aman untuk diangkut dengan sistem terbuka tergantung efisiensi sistem aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, dan jenis ikan. Sementara itu, pengangkutan ikan hidup dengan sistem tertutup dilakukan menggunakan wadah tertutup dan memerlukan suplai oksigen yang cukup. Karena itu, perlu diperhatikan beberapa faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengangkutan yaitu kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, serta kepadatan dan aktivitas ikan.
2.  Pengangkutan ikan hidup dengan teknik kering
Dalam pengangkutan teknik kering, media yang digunakan bukanlah air. Namun,  ikan harus dikondisikan dalam aktivitas biologis rendah (dipingsankan) sehingga konsumsi ikan atas energi dan oksigen juga rendah. Semakin rendah metabolisme ikan, semakin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya. Dengan begitu, ketahanan hidup ikan untuk diangkut di luar habitatnya semakin besar. Terdapat tiga cara pemingsanan yang dapat dilakukan pada ikan, yaitu 
  •         Penggunaan suhu rendah,
  •     Pembiusan dengan zat kimia, dan
  •     Penyetruman dengan arus listrik.

Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penurunan suhu secara langsung dan penurunan suhu secara bertahap. Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara langsung dilakukan dengan cara ikan dimasukkan dalam air bersuhu 10-15oC sehingga ikan pingsan seketika. Sementara, Pemingsanan ikan menggunakan penurunan suhu secara bertahap dapat dialkuakn dengan cara penurunan suhu air sebagai media ikan secara bertahap sampai ikan pingsan.Pembiusan dengan ikan zat kimia dilakukan dengan menggunakan bahan anestasi (pembius). Bahan anestasi yang digunakan untuk pembiusan ikan yaitu MS-222, Novacaine, Barbital sodium, dan bahan lainnya tergantung berat dan jenis ikan. Selain bahan-bahan anestasi sintetik, pembiusan juga dapat dilakukan  dengan zat cauler pindan cauler picin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp. 



Selasa, 26 Maret 2013

PERANAN IKAN DALAM POLA GIZI SEIMBANG


Kemajuan teknologi pengolahan pangan, serbuan supermarket, informasi pemasaran beragam produk pangan, urbanisasi, dan kemajuan ekonomi terutama bagi golongan menengah ke atas, serta dampak globalisasai, mendorong perubahan pola makan yang tidak sehat yaitu tidak seimbang : padat energi, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam dan rendah serat. Pola makan semacam ini berdampak pada maraknya masalah kegemukan, penyakit diabetes, penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Tidak saja di negara maju tetapi juga negara berkembang seperti China, Thailand, Brazil dan lain-lain termasuk Indonesia. Anak balita, anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia masih banyak yang kurus, tetapi sekaligus mulai banyak yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.
Orang yang kekurangan gizi cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas rendah. Sedangkan orang yang kelebihan gizi cenderung mengalami kelebihan berat badan dan beresiko terkena berbagai penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah melalui program pendidikan gizi tentang Gizi Seimbang.

Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung unsur-unsur zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Gizi seimbang dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.

Pesan Dasar Gizi Seimbang
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Pesan dasar tersebut antara lain :
(1)   Makanlah aneka ragam makanan;
(2)   Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi;
(3)   Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi;
(4)   Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi;
(5)   Gunakan garam beryodium;
(6)   Makanlah makanan sumber zat besi;
(7)   Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan;
(8)   Biasakan makan pagi;
(9)   Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya;
(10)  Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur;
(11)  Hindari minum minuman beralkohol;
(12)  Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan;
(13)  Bacalah label makanan yang dikemas.
Secara keselurhan, konsep gizi seimbang mencakup prinsip-prinsip tidak hanya mengenai makanannya, tetapi juga aspek pola hidup sehat lainnya seperti kebersihan, olahraga dan berat badan ideal untuk berbagai kelompok umur.
Prinsip Gizi Seimbang tidaklah sama dengan 4 sehat 5 sempurna (4S5S), pada “Pedoman Gizi Seimbang”(TGS) penerapan pola makan tidak dapat diberlakukan sama pada setiap orang. Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan TGS yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut, yang mana hal ini berbeda dengan prinsip 4S5S yang berlaku bagi semua diatas dua tahun.
Terdapat tiga alasan kenapa pedoman 4S5S sejak awal 1990-an secara internasional telah tergantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut TGS. Beberapa alasan penting tentang hal tersebut, pertama, karena susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung pada apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan kebutuhan. Kedua, karena susu bukan “makanan sempurna” seperti anggapan selama ini, sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu didalam TGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain. Ketiga, slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia, ditahun 1950-an dan dianggap relevan pada zamannya, sejak tahun 1990-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan tentang gizi.

Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Dalam konsep gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002).
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut/ tumpeng dengan urutanurutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikenal sebagai
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS terdiri dari beberapa potongan tumpeng yaitu satu potongan besar, dua potosngan segar dan dua potongan kecil dan di puncak terdapat potongan terkecil. Dasar tumpeng menggambarkan sumber energi/ tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relative paling sedikit dimakan tiap harinya.


Dari gambar TGS tersebut dapat dikatakan bahwa ikan mengambil peranan yang cukup penting, khususnya untuk makanan yang mengandung protein tinggi. Namun porsi tetaplah lebih sedikit dibandingkan makanan berkarbohidrat atau yang berada didasar tumpeng.

Ikan dalam Gizi Seimbang
Dalam TGS, makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama di bawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama yaitu 2-3 porsi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, kelompok ikan merupakan sumber protein hewani dengan kandungan lemak yang rendah. Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi 3 kelompok yaitu rendah lemak (dalam 7 gram protein mengandung 2 gram lemak), lemak sedang (dalam 7 gram protein mengandung 5 gram lemak) dan tinggi lemak (dalam 7 gram protein mengandung 13 gram lemak).
Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya tersebut, kelompok ikan masuk ke dalam kelompok rendah lemak. Ikan segar dengan ukuran 1 potong sedang atau setara 40 gram, hanya mengandung 2 gram lemak. Demikian pula 5 ekor udang ukuran sedang atau setara 35 gram juga hanya mengandung 2 gram lemak.
Kandungan protein ikan jauh lebih tinggi disbanding protein hewani lainnya. Hampir semua asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia terkandung dalam daging ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari 15-24% protein. Protein daging ikan memiliki kemampuan cerna dan nilai biologis yang sangat baik. Selain kaya akan protein hewani, ikan juga kaya akan asam lemak omega 3.
Asam lemak ini baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak anak. Kandungan asam lemak omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah asam linoleat, asam eikosapenanoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA). Kandungan lainnya pada ikan adalah nutrisi esensial seperti kalsium, forsor, besi dan retinol.
Nutrisi esensial ini sangat penting bagi tubuh, terutama anak dan remaja di masa pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di dalam daging ikan. Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan adalah golongan vitamin yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan D. Sedangkan mineral yang dominan adalah fosfor, besi, kalsium, selenium dan iodium. Bagi ibu hamil dan menyusui, adanya mitos bahwa ibu hamil dan menyusui pantang makan ikan, tidak lah benar. Justru ikan merupakan salah satu sumber protein dan mineral penting bagi ibu hamil dan menyusui.
Nilai cerna protein ikan yang sangat tinggi juga menjadikan daging ikan cukup aman dikonsumsi bagi anak balita dan usia lanjut. Ini penting, mengingat kelompok balita dan usia lanjut merupakan usia yang rentan karena balita memiliki sistem pencernaan yang belum sesempurna orang dewasa dan fungsi organ pencernaan usia lanjut sudah mulai menurun. Oleh karenanya sangat disarankan mengkonsumsi ikan untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh.

Dari uraian diatas, terlihat jelas peranan ikan dalam pemenuhan gizi seimbang dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut) dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik dan sakit). Dalam implementasi gizi seimbang, program diversifikasi pangan perlu dibarengi dengan pola hidup bersih, aktif dan berolahraga serta menjaga berat badan ideal.

Senin, 18 Maret 2013

Tinta Cumi Bermanfaat untuk Obat Kanker?

Cumi cumi merupakan salah satu seafood  yang sangat populer dikalangan pecinta makanan laut. Teksturnya kenyal dan lembut cocok untuk berbagai jenis masakan, seperti tepung goreng, bumbu saus padang, saus mentega, goreng hingga kering polos.
Indonesia sendiri adalah negara maritim yang sangat akrab dengan cumi-cumi yang cukup berlimpah. Ada peluang terbuka untuk ekspor makanan laut yang satu ini. Semua bagian dari  tubuh cumi-cumi relatif dapat dimakan. Mungkin bagi sebagian orang, bagian kaki (part growled)  perlu dibuang, meskipun banyak juga yang tidak menolak. Satu-satunya bagian dari tubuh cumi-cumi yang biasa dibuang adalah tintanya, karena tidak menambah daya tarik penampilan bahkan rasa jika ikut dimasak. Tapi, tak ada yang mengira sebelumnya bahwa tinta cumi yang hitam itu ternyata membawa khasiat luar biasa, setidaknya pada hewan percobaan.
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Hiroki  University  di Jepang,  tinta  cumi dapat mengaktifkan  sel  darah  putih  untuk melawan tumor. Penelitian dilakukan terhadap 15    ekor  tikus  yang  dikembangkan dalam  tubuhnya  penyakit  tumor  ganas. Tikus-tikus  tersebut diberi  suntikan tiga dosis cairan tinta cumi atau sekitar 200 mg tinta cumi.   Ternyata hanya  tiga  tikus  yang  mati,  sisanya tetap  hidup.  Sebagai  perbandingan, 15 tikus  lainnya yang  juga menderita penyakit  yang  sama  tidak  diberikan suntikan  tinta  cumi dan  semua mati dalam waktu tiga minggu.
Temuan itu merupakan hasil coba coba  Jin’ichi  Sasaki  dan  sejawatnya dari  Universitas  Hirosaki  di  Jepang bagian  utara.  Mereka  memurnikan sebagian tinta cumi itu menjadi suatu campuran yang terutama terdiri atas glusida  (gabungan gula, protein dan lipid).  “Sebenarnya  tak  ada  alasan khusus mengapa  kami  memakai tinta  cumi pada mencit-mencit  yang ditumbuhi  kanker”,  kata  Sasaki.  ’Di daerah  ini, nelayan banyak menangkap cumi dan tintanya dibuang begitu saja. Jadi kami ingin menemukan zat berguna  dalam  tinta  itu  agar  dapat mendaur ulangnya.
Kini  kegiatan  para  ilmuwan  itu adalah mencari  zat  aktif dalam  tinta itu dan mengisolasinya. Diduga zat itu bekerja  dengan  mengaktifkan  komponen  sel  darah  putih  yang  disebut makrofag alias sel pemangsa raksasa, sehingga  meningkatkan  daya  tahan tubuh di sekitar sel tumor khusunya.
Siapa  tahu  zat  yang  dapat  menyelamatkan  jiwa  60%  mencit-mencit kanker itu dapat berguna guna untuk melawan kanker pada manusia. Penelitian  ini diakui harus dilanjutkan sehingga hasilnya dapat  lebih valid. Selain  itu, mungkin  ada manfaat lain  selain sebagai obat melawan tumor. Namun yang pasti, bahan yang biasa  dibuang  dan  tidak  dikonsumsi oleh manusia ternyata memiliki manfaat bagi dunia kedokteran.

Kandungan Gizi
Selain  lezat,  ditinjau  dari  nilai gizi,  cumi-cumi  memiliki  kandungan gizi yang luar biasa. Ada protein, mineral, dan macam-macam vitamin. Kandungan protein cumi-cumi cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100 g cumi segar. Daging  cumi-cumi  memiliki  kelebihan dibanding dengan hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial  yang  dominan  adalah  leusin,  lisin, dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamat dan asam aspartat. Kedua  asam  amino  tersebut berkontribusi besar terhadap timbulnya rasa sedap dan gurih. Itu sebabnya, secara alami cumi telah memiliki cita-rasa gurih, sehingga dalam pen-golahannya  tak  perlu  ditambahkan penyedap  (seperti monosodium  glutamat = MSG).
Cumi-cumi juga mengandung beberapa jenis mineral mikro dan makro dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang terkandung pada cumi-cumi sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
Variasi ini tergantung pada keadaan lingkungan tempat hidup, ukuran, dan umur. Mineral penting pada cumi-cumi adalah natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan selenium. Fosfor dan kalsium berguna untuk pertumbuhan kerangka tulang, sehingga penting untuk pertumbuhan anak-anak dan mencegah osteoporosis dimasa tua. Selain kaya akan protein, cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin yang baik, seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K).
Cumi–cumi  juga  mengandung TMAO  (Trimetil Amin Oksida)  yang cukup  tinggi.  TMAO  yang  tinggi  ini memberikan rasa yang khas terhadap daging  cumi-cumi.  Daging  cumi-cumi  juga  banyak mengandung monoamino  nitrogen  yang  menyebabkan cumi-cumi  mempunyai  rasa  manis. Kandungan  sulfur yang  cukup  tinggi pada  cumi–cumi  juga menyebabkan cumi-cumi berbau  amis  ketika men-galami perlakuan pemasakan  seperti direbus. Jadi bila anda menyukainya, tinta hitam  itu  tidak  perlu  dibuang  dari cumi,  tetapi  dapat  dimakan.  Tidak ada  yang  perlu  dikhawatirkan  tentang zat tinta yang pekat itu. Beberapa orang justru menganggap zat tinta tersebut penting untuk peningkat cita rasa. 

Kamis, 14 Maret 2013

TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MASYARAKAT PESISIR



Sejumlah teknologi kelautan dan perikanan telah diaplikasikan untuk mendukung kegiatan nelayan, pembudidaya perikanan, dan masyarakat pesisir lainnya. Kawasan pesisir merupakan potensi bagi perkembangan sector kelautan dan perikanan. Hal tersebut perlu didukung dengan program nyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan baik nelayan, pembudidaya, pelaku pengolahan, serta stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya.
Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP) merupakan salahsatu satuan kerja di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP) yang bergerak di bidang pengkajian dan perekayasaan teknologi kelautan dan perikanan. Lembaga ini menghasilkan teknologi kelautan dan perikanan yang telah diaplikasikan di beberapa daerah pesisir di Indonesia.

Zero Water Discharge
Salahsatu teknologi yang telah diaplikasikan yaitu Zero Water Discharge (ZWD). Ini merupakan teknologi pengolahan air yang dimanfaatkan untuk budidaya. Konsep teknologi ZWD mempunyai keunggulan diantaranya dapat meminimalisasi penggunaan air tawar, optimalisasilahan sempit, menjaga kondisi sistem yang stabil, produktivitas yang tinggi, dan mitigasi kerusakan lingkungan hidup.
Teknologi ini sangat cocok untuk daerah yang mempunyai ketersediaan air tawar yang terbatas. Konsep ZWD dapat meningkatkan produktivitas panen setiap periode. Dalam penerapannya, teknologi ini sudah diaplikasikan untuk budidaya udang galah di Pamarican, Ciamis dan telah dirasakan manfaatnya.
Menurut pembudidaya, hasil panen mempunyai kualitas yang baik dan warna udang yang dihasilkan cerah. Hal ini dapat mempengaruhi nilai jual udang galah menjadi lebih menguntungkan. Produktivitas panen juga meningkat,per periode panen yaitu 25 % pada panen pertama dan panen selanjutnya meningkat menjadi 37% dan 50%.
Penerapan teknologi ini diaplikasikan pada 6 kolam pendederan udang galah ukuran 3 x 5 meter dan 2 buah kolam ukuran 5 x 6 meter. Padat tebar tiap kolam adalah 150 ekor/m2 dengan lama pendederan sekitar 6 - 8 minggu per periode panen. Komponen teknologi ZWD meliputi penyediaan bakteri nitrifikasi, penyediaan mikro alga chlorella, pembuatan  shelter loster bata dan karpet, persyaratan benur(tepat ukuran dan jumlah tebar), persyaratan pakan (tepat jumlah, jenis dan waktu pemberian pakan), serta waktu pemeliharaan, cara, dan selang waktu penambahan air.

Ice Maker
Lalu ada pula teknologi ice maker yang merupakan teknologi penyedia es Kristal untuk masyarakat pesisir. Saat ini teknologi ice maker sudah dimanfaatkan oleh pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru Kabupaten Bantul.
Sebelum diterapkannya teknologi  ice maker, pedagang kuliner di Pantai Pandansimo Baru jika ingin membeli es harus membeli ke rumah penduduk yang berjualan es dengan menempuh jarak sekitar 1,5 Km dengan harga Rp 600/kg. Hal ini dirasakan pedagang kuliner sangat tidak efisien karena harus bolak-balik membeli es yang tentunya memerlukan tenaga dan biaya operasional tambahan. Dengan diterapkannya teknologi  ice maker dirasakan sangat membantu hasil dilapangan.
Menurut para pedagang kuliner, lokasi ice maker sangat mudah untuk dijangkau karena berada di lokasi Pantai Pandansimo Baru dengan jarak sekitar 75 m dari tempat usaha, sehingga tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk menuju ke lokasi pembeli an es. Harga yang ditawarkan juga lebih murah yaitu Rp 400/kg dengan bentuk es yang dihasilkan dalam kondisi yang baik. Spesifikasi teknologi  ice maker yang diaplikasikan diantaranya yaitu produksi es kristal dapat dilakukan per 30 menit dengan hasil produksi  sekitar 10 kg.  Produksi es kristal membutuhkan alat seperti pompa,filter I ( pasir dan mangan), filter II ( karbon aktif), tower (penampung) air, dan mesin ice maker. Komponen diatas merupakan alat pendukung untuk mensuplai air bersih menuju ke alat ice maker yang merupakan proses akhir dari teknologi tersebut sehingga menghasilkan es kristal.
 Reverse Osmosis
Kemudian ada teknologi reverse osmosis. Ini merupakan teknologi yang menggunakan prinsip perbedaan tekanan antar konsentrasi zat yang berbeda. Penerapan teknologi Reverse Osmosis (RO) di Indramayu Jawa Barat ditujukan sebagai penyedia air siap minum untuk masyarakat nelayan disekitar pelabuhan Eretan Kulon Indramayu. Teknologi ini menggunakan membrane semipermeable sebagai medianya. Dalam reverse osmosis, air dipaksa melawan sifat alamiahnya sehingga mengalir dari larutan pekatmenuju larutan encer melalui membrane semipermeable. Tekanan osmosis yang lebih besar daripada tekanan osmosis biasa diberikan dengan bantuan pompa sehingga air murni akan mengalir melalui membrane berlawanan arah dengan osmosis (sumber:Tim Iptekmas P3TKP 2011).
Teknologi reverse osmosis dioperasikanselama 3 - 4 jam dengan kapasitas produksi500 liter/jam. Dengan menggunakan teknolog ini dapat memproduksi air siap minum 2.000 liter atau kurang lebih 105 galon  (ukuran 19 liter)

Sumber : BALITBANG KP

Rabu, 13 Maret 2013

Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy


       Konsep pembangunan yang memberikan solusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP) bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
     Ia menjelaskan, blue economy merupakan sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos  produksi lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan, prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak lingkungan,” kata Sharif.
    Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta.
        Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa menyisakan limbah.
       Di samping itu, ia pun menyampaikan sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk  mengembangkan rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan. Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with what we have”.

Penerapan Blue Economy
      KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. “kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
       Kerjasama tersebut menyepakati lima poin penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia. Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi  berbasis model blue economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning) kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue economy.
      Blue economy telah diusulkan sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan 2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,” sambungnya.

Pendidikan Blue Economy
     Terkait dengan dunia pendidikan, menurut Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset maupun  inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat membantu pemerintah  dalam memberikan alternatif penyelesaian yang riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif, pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
      Oleh karena itulah, KKP mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya, kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.

sumber : BALITBANG KP

Selasa, 12 Maret 2013

PENGOLAHAN SELAI RUMPUT LAUT


Pada tulisan yang lalu tentang “ Inovasi Pengolahan Rumput Laut (mie rumput laut)” telah diterangkan mengenai manfaat, fungsi dan jenis rumput laut yang ada di Indonesia. Namun pada tulisan kali ini saya tidak akan menjelaskan mengenai fungsi, jenis dan manfaat rumput laut lagi, tetapi saya akan mencoba menerangkan mengenai teknik pengolahan rumput laut yang lainnya yaitu “Pengolahan Selai Rumput Laut”.
            Seperti yang telah kita ketahui semua bahwa selai biasanya digunakan sebagai bahan pelengkap berbagai aneka makanan seperti kue kering, roti, dan aneka kue basah. Pada umumnya kita juga telah mengetahui bahwa selai yang selama ini kita kenal biasanya terbuat dari buah-buahan diantaranya nanas dan strawbery. namun ternyata rumput laut yang biasanya sering diolah menjadi agar-agar ternyata juga bisa diolah menjadi selai. Pada kesempatan ini akan dijelaskan tentang " Pengolahan Selai Rumput Laut ". Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
1.   Siapkan Bahan baku
·      Rumput Laut (diusahakan jenis E. cottonii)      100 gr

2.   Siapkan bahan tambahan dan bahan pembantu
·      Gula pasir          1500 gr
·      Nenas                1000 gr (diblender)
·      Asam sitrat        2 gr
·      Garam               0,5 gr
·      Pewarna                        secukupnya (jika diinginkan)

3.   Siapkan peralatan
·      Pisau
·      Talenan
·      Wadah
·      Sendok
·      Kompor
·      Blender
·      Alat penggorengan
·      Alat pengemasan

4.   Cara pengolahan
 - Rendam rumput laut kering selama 1 malam dan tambahkan kepur sirih ke dalam air        rendaman. Tujuan dari perendaman yaitu untuk mengurangi bau amis rumput laut.
  - Setelah dilakukan perendaman, bilas rumput laut menggunakan air bersih
  - Blender rumput laut dengan ditambahkan air secukupnya (usahakan blender sampai halus)
  - Tambahkan gula pasir kedalam rumput laut yang telah di blender
  - Panaskan campuran rumput laut dan gula menggunakan penggorengan aduk sampai rata
 - Tambahkan asam sitrat nenas dan garam, aduk kembali hingga rata (tambahkan pewarna jika diinginkan)
 - Diamkan pada suhu ruang hingga dingin dan siap untuk dikemas

Gambar proses pembuatan selai rumput laut