Pages - Menu

Rabu, 13 Maret 2013

Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy


       Konsep pembangunan yang memberikan solusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP) bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
     Ia menjelaskan, blue economy merupakan sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos  produksi lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan, prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak lingkungan,” kata Sharif.
    Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta.
        Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa menyisakan limbah.
       Di samping itu, ia pun menyampaikan sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk  mengembangkan rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan. Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with what we have”.

Penerapan Blue Economy
      KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. “kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
       Kerjasama tersebut menyepakati lima poin penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia. Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi  berbasis model blue economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning) kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue economy.
      Blue economy telah diusulkan sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan 2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,” sambungnya.

Pendidikan Blue Economy
     Terkait dengan dunia pendidikan, menurut Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset maupun  inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat membantu pemerintah  dalam memberikan alternatif penyelesaian yang riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif, pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
      Oleh karena itulah, KKP mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya, kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.

sumber : BALITBANG KP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 13 Maret 2013

Gapai Ketahanan Pangan dengan Blue Economy


       Konsep pembangunan yang memberikan solusi terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, ketahanan pangan, melindungi lingkukan dari kerusakan, sekaligus memberikan keuntungan bagi masyarakat. Kementrian Kelautan dan perikanan (KKP) bertekan untuk menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai pondasi pembangunan nasional serta sebagai sumber ketahanan pangan. Menurut Menteri Kelautan dan perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, proses percepatan dan perluasan pembangunan sektor kelautan dan perikanan membutuhkan sentuhan dari prinsip-prinsip blue economy (ekonomi biru).
     Ia menjelaskan, blue economy merupakan sebuah model bisnis yang mampu melipat-gandakan pendapatan (revenue), yang diikuti dengan dampak multiplier effect seperti penyerapan tenaga kerja dan peningkatan nilai tambah. “Lantaran sifatnya yang non-linier dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya dengan ongkos  produksi lebih murah namun harga dan mutu produk lebih kompetitif,” ungkap Sharif.
Lebih lanjut ia menjelaskan, prinsip-prinsip blue economy sangat cocok untuk diterapkan di dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu meningkatkan nilai tambah (value added). “Dampaknya pada meningkatnya pendapatan industri dan para pelaku usaha kelautan dan perikanan dengan tidak merusak lingkungan,” kata Sharif.
    Sharif menambahkan, pendekatan pembangunan berbasis ekonomi biru akan bersinergi dengan pelaksanan triple track strategy, yaitu program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-environment (melestarikan lingkungan). Guna mendalami prinsip-prinsip ini, awal Desember lalu KKP menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Jakarta.
        Forum menghadirkan pembicaraan utama yaitu inisiator sekaligus penulis buku tentang blue economy asal Belgia, Prof Gunter Pauli. Gunter merupakan sosok penulis sekaligus pelaku bisnis yang telah mendalami pengetahuan di bidang lingkungan hidup. Pemerintah Indonesia ketika di forum internasional yakni Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB Rio+20 di de Janerio, Brasil, mengenalkan gagasan blue economy kepada dunia internasional agar berpaling ke laut.
Dalam kesempatan yang sama, Gunter yang juga pendiri Zero Emmission Research Initiative (ZERI), menawarkan tiga poin penting di dalam konsep blue economy kepada pemerintah Indonesia. Tiga poin tersebut yakni terkait kepedulian sosial (sosial inclusiveness), efisiensi sumber daya alam, dan sistem produksi tanpa menyisakan limbah.
       Di samping itu, ia pun menyampaikan sarannya agar pemerintah Indonesia dapat melirik rumput laut untuk digunakan di dalam produksi tekstil. “Indonesia memiliki potensi besar untuk  mengembangkan rumput laut sebagai bahan substansi pengganti kapas yang bersahabat dengan lingkungan,” jelasnya.
Gunter Pauli menerbitkan sebuak buku yang berjudul Ekonomi Biru: 10 tahun – 100 inovasi – 100 juta pekerjaan. Buku ini mengungkapkan tujuan akhir dari model ekonomi biru yang akan menggeser masyarakat dari kelangkaan menuju kelimpahan dengan apa yang kita miliki “with what we have”.

Penerapan Blue Economy
      KKP pada 2013 akan menerapkan paradigma blue economy di beberapa titik wilayah di Indonesia Timur dan Barat sebagai langkah strategi di dalam percepatan industrialisasi kelautan dan perikanan. “kita telah mengadakan kerjasama (MoU) dengan Direktur Blue Economy Holding KK Gunter Pauli. Pada 2013, pilot project blue economy segera diimplementasikan dari beberapa titik di wilayah Indonesia Bagian Barat hingga Wilayah Timur Indonesia,” jelas Sharif.
       Kerjasama tersebut menyepakati lima poin penting di dalam pengembangan blue economy di Indonesia. Pertama, pemerintah akan mengidentifikasikan peluang-peluang investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan berbasis blue economy. Ke dua, pengembangan usaha dan investasi  berbasis model blue economy. Ke tiga, pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan. Ke empat, pengembangan dokumentasi dan materiblue economy untuk publik. Terakhir upaya untuk mempromosikan penyelenggaraan dan partisipasi bersama di dalam pertemuan internasional. Sharif menjelaskan, kawasan yang berpotensi di barat dan timur tersebut telah dipindai (scanning) kemudian dipotret. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan gambaran kepada Gunter untuk melakukan riset dan studi terkait blue economy.
      Blue economy telah diusulkan sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan 2013-2025. “Sehingga kita perlu melakukan koordinasi dan memperkaya lagi mengenai inovasi dan kreativitas untuk diimplementasikan di lapangan,” sambungnya.

Pendidikan Blue Economy
     Terkait dengan dunia pendidikan, menurut Sharif, perguruan tinggu sebagai center of excellence memiliki kepakaran dalam dunia riset dan pengembangan teknologi. Penelitian, riset maupun  inovasi memiliki arti penting dalam menjamin pengembangan konsepsi blue economy. “Penelitian, riset dan inovasi dapat membantu pemerintah  dalam memberikan alternatif penyelesaian yang riil untuk mengoptimalkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan mengelola sisa hasil perikanan dari satu produk menjadi bahan baku bagi produk lain sehingga mampu menghasilkan lebih banyak produk turunan,” jelas Sharif belum lama ini saat berkunjung ke Universitas Brawijaya Malang. Bahkan lanjut sharif, pendapatan dari produk-produk turunan tersebut dapat memberikan hasil jauh lebih besar dari awal. Maka dari itu, kemampuan inovasi dan teknologi sudah tentu merupakan faktor utama keberhasilan blue economy.
      Oleh karena itulah, KKP mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadikan sustainable developmentyang terkandung di dalam paradigma Blue Economy menjadi orientasi baru di dalam pembangunan kapasitas sumber daya manusia dan pembangunan kelautan dan perikanan. Tidak hanya di Universitas Brawijaya, kunjungan dalam rangka sosialisai konsep blue economy juga dilakukan di Universitas Airlangga Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.

sumber : BALITBANG KP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar