Pages - Menu

Rabu, 28 Januari 2015

MANFAAT DAGING IKAN SALMON BAGI TUBUH



Salmon adalah sejenis ikan laut dari famili Salmonidae. Secara umum, salmon adalah spesies anadromous, yaitu spesies yang bermigrasi untuk berkembang biak. Salmon lahir di perairan air tawar, bermigrasi ke lautan, lalu kembali ke air tawar untuk bereproduksi.
Ikan salmon umumnya memiliki daging berwarna oranye merah. Warna alami daging ikan salmon berasal dari pigmen karotenoid, terutama astaxanthin juga Canthaxanthin, dalam daging. Zat karotenoid ini diperoleh ikan Salmon liar dari makanannya yang berupa krill dan kerang kecil lainnya.
Sementara itu, kandungan Astaxanthin dalam daging ikan salmon berguna sebagai  antioksidan kuat yang merangsang perkembangan sistem saraf yang sehat dan meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan.
Secara umum, kandungan Nilai baku gizi per 100 g (3.5 oz) Energi 142 kkal (590 kJ) yang terdapat dalam daging ikan salmon meliputi :
·       Lemak 6.34 g
·       Protein 19.84 g
·       Vitamin Vitamin A 40 IU
·       Jejak logam kalsium (1%) 12 mg 
·       Zat besi (6%) 0.80 mg
·       Magnesium (8%) 29 mg
·       Fosfor (29%) 200 mg
·       Kalium (10%) 490 mg
·       Sodium (3%) 44 mg
·       Seng (7%) 0.64 mg
·       Konstituen lainnya Air 68.50 g

Kandungan gizi yang terdapat dalam ikan salmon seperti yang dijelaskan d atas, memiliki banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya :

1.  Dapat Mencegah Penyakit Jantung
Lemak 6.34 g terdapat dalam daging Salmon  mengandung asam lemak omega-3 yang dapat mengurangi kolesterol jahat dan trigliserida, pertahankan textur lembut pembuluh darah, dan Memperkuat otot jantung.

2. Mencegah Hipertensi
Kandungan Omega-3 asam lemak pada daging Salmon dapat menjaga dan mengontrol tekanan denyut jantung dan tekanan  darah, Mencegah Hipertensi.

3. Menjaga Kesehatan Mata
Vitamin A 40 IU Omega-3 asam lemak dan asam amino dalam daging ikan salmon dapat membantu pertahanan kesehatan mata dan menjaga degenerasi makula, mata pedih dan kelelahan mata.

4. Melindungi tubuh terhadap radikal bebas
Fosfor (29%) 200 mg dalam daging Salmon banyak mengandung selenium, mineral yang melindungi tubuh menjaga sel akibat kerusakan radikal bebas yang dapat melemahkan Sel-sel ini penyakit.

5. Lindungi Kulit
Kalium (10%) 490 mg Omega-3 asam lemak yang dikenal memiliki anti-inflamasi (anti-inflamasi), yang yang dapat melindungi kulit terhadap kanker matahari dan kulit.

6. Mengurangi Depresi
Asam lemak Omega-3 Berkontribusi terhadap pengurangan depresi dan menjaga suasana hati yang baik.

7. Melindungi tubuh terhadap Kanker Ginjal
Magnesium (8%) 29 mg Asam lemak membantu melawan karsinoma sel ginjal merupakan bentuk kanker ginjal yang paling umum.

8. Otak Sehat
Sodium (3%) 44 mg Asam lemak dalam otak yang membantu fungsi otak dan bertindak untuk Mencegah penyakit Alzheimer 3 Omega-. Asam lemak omega-3 membantu Juga Mencegah stroke akibat mengontrol kolesterol darah dan pembuluh darah yang sehat.

9. Kurangi Risiko Diabetes Tipe 2
Protein 19.84 g Asam lemak omega-3, vitamin D dan selenium ditemukan pada ikan salmon membantu insulin yang mengontrol kadar glukosa darah, sehingga mengurangi risiko diabetes tipe 2.

10. Bantuan Kontrol Berat Badan
Konstituen lainnya Air 68.50 g Mempercepat metabolisme, sehingga mengurangi kemungkinan penumpukan lemak tubuh.


sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Salmon
http://www.seputarikan.com/2014/11/1000-manfaat-yang-terkandung-dalam.html
 

Senin, 26 Januari 2015

GERAKAN PAKAN MANDIRI (GERPARI), MANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM LOKAL, TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEMBUDIDAYA


Kemandirian usaha budidaya perikanan terus didorong untuk mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk menjadi bangsa yang mandiri, khususnya dalam bidang perikanan budidaya, perlu didukung salah satunya melalui suatu gerakan yaitu Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI). “Mengapa kita utamakan ke pakan?? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan, biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, di sela-sela melakukan kunjungan kerja di wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu, Kab. Kendal, Kab. Semarang dan Kab. Boyolali, Jumat lalu.

GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. “Komoditas air tawar merupakan komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas air tawar akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan pakan. Sebagai contoh adalah dengan target produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49 % diantaranya adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar. Melalui GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku local yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dollar”, ungkap Slamet

Di setiap sentra memiliki kebutuhan dan ke khas an dalam pemenuhan pakan mandiri. Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan di dukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik propinsi dan kabupaten, memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. “Pemanfaatan enceng gondok ini disamping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya”, tambah Slamet.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. “Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, muncul profesionalitas usaha, bahan baku tersedia secara kontinyu, produksi pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu “, ungkap Slamet.

Total Akuakultur mendukung GERPARI

Menteri Susi Pudjiastuti, mengharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam suatu usaha dapat di tekan sampai di bawah 50 %. “Harapan bu menteri ini mendorong untuk diterapkannya Total Akuakultur dalam usaha budidaya perikanan. Total Akuakultur adalah penerapan teknologi tepat guna dalam rantai produksi perikanan dari hulu sampai hilir. “Dengan total akuakultur di semua lini produksi seperti penggunakan induk unggul dan benih berkualitas, penggunaan dan pengelolaan pakan yang bermutu dan efisien, pengelolaan air dan wadah budidaya, dan penggunaan enzim dan bakteri untuk meningkatkan daya cerna pakan dan peningkatan kualitas air budidaya, semuanya akan mendorong peningkatan efisensi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pembudidaya”, papar Slamet.

Kemandirian Induk dan Benih Unggul

Disamping mandiri dalam hal pakan, Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila, lele, mas dan patin. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk  komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya”, tutur Slamet.

Kemandirian yang dimaksud disini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien”, kata Slamet.

Slamet mengungkapkan bahwa kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya”, pungkas Slamet.


Sumber: RMR

Minggu, 25 Januari 2015

PENANGANAN KEPITING HIDUP

Pada umumnya kepiting dijual dalam bentuk daging yang dikemas dalam kaleng atau dijual dalam keadaan hidup. Kepiting hidup memiliki harga yang tinggi dan dapat menjangkau pasar yang jauh. Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, higienis (kebersihan) sejak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeli atau diolah. Panen perlu dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang berlebihan.
Faktor suhu dapat mempengaruhi laju kecepatan metabolisme (pencernaan), kesehatan, kesegaran dan laju dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Kehilangan berat sekitar 3 - 4% akibat dehidrasi pada proses penyimpanan kepiting tanpa air dapat menyebabkan kematian. Selain itu, Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu dingin (< 140 C) atau suhu panas (> 320 C) dapat menyebabkan kematian kepiting karena lingkungan hidup kepiting berkisar antara 120 C sampai dengan 320 C.
Penangkapan Kepiting dialam relative sulit bagi pemula sedangkan bagi para nelayan, melakukan penangkapan cukup mudah dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Beberapa hambatan dalam usaha menagkap kepiting dengan tujuan mempertahankannya tetap hidup adalah antara lain karena mudah lari, menyerang satu sama lainya yang mengakibatkan cacat fisik, maupun menyerang orang yang menangani sehingga mengakibatkan kegiatan penanganananya menjadi lambat dan terkadang membanting hasil tangkapan. Oleh karena itu, panen dan penanganan kepiting perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga terampil untuk menangkap dan segera diikat supaya tidak lepas dan saling menyerang, serta memudahkan seleksi dan penanganan selanjutnya. Menurut rangka (2007) Pengikatan dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
      1)      Pengikatan seluruh kaki dan capit sehingga kepiting tidak mampu bergerak,














 2)  Pengikatan pada capit saja sehingga kepiting masih mampu berjalan tetapi tidak dapat menyerang.


 














Kepiting yang telah diikat, disortir (dipisahkan berdasarkan berat dan ukuran), disusun rapi (tidak terbalik) di dalam keranjang atau semacamnya bersusun 3 - 5 lapis dengan kondisi keranjang cukup memiliki ventilasi/lubang untuk sirkulasi udara. Dalam keadaan ini dapat disimpan dalam ruangan lembab bersuhu rendah.
Setelah Kepiting di ikat dan dikemas maka siap untuk di pasarkan. Biaya transport cukup tinggi sehingga perlu perencanaan yang baik agar kepiting yang dikirim tetap dalam keadaan hidup sampai pada konsumen. Bila karena sesuatu hal kepiting yang telah diikat tadak dapat segera dikirim kepada konsumen/pembeli, maka setiap 12 jam dapat dicelup dalam air asin selama beberapa menit untuk menghindari dehidrasi. Bila ada yang lemah sekali atau mati harus segera dipisahkan untuk menghindari kematian kepiting lainya. Kepiting yang lemah, kurang sehat ditandai dengan gerakan tangkai mata dan kaki renang yang lamban, serta keluar busa dari mulutnya.


Sumber :
Kordi, MG. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di tambak system polikultur. Dahara Prize. Semarang.
Rangka, N.A, 2007. Status Usaha Kepiting Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Syafiq, A. 2010. Kepiting, Sumber Zat Gizi Penting. Universitas Indonesia. Jakarta.
 

Rabu, 28 Januari 2015

MANFAAT DAGING IKAN SALMON BAGI TUBUH



Salmon adalah sejenis ikan laut dari famili Salmonidae. Secara umum, salmon adalah spesies anadromous, yaitu spesies yang bermigrasi untuk berkembang biak. Salmon lahir di perairan air tawar, bermigrasi ke lautan, lalu kembali ke air tawar untuk bereproduksi.
Ikan salmon umumnya memiliki daging berwarna oranye merah. Warna alami daging ikan salmon berasal dari pigmen karotenoid, terutama astaxanthin juga Canthaxanthin, dalam daging. Zat karotenoid ini diperoleh ikan Salmon liar dari makanannya yang berupa krill dan kerang kecil lainnya.
Sementara itu, kandungan Astaxanthin dalam daging ikan salmon berguna sebagai  antioksidan kuat yang merangsang perkembangan sistem saraf yang sehat dan meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan.
Secara umum, kandungan Nilai baku gizi per 100 g (3.5 oz) Energi 142 kkal (590 kJ) yang terdapat dalam daging ikan salmon meliputi :
·       Lemak 6.34 g
·       Protein 19.84 g
·       Vitamin Vitamin A 40 IU
·       Jejak logam kalsium (1%) 12 mg 
·       Zat besi (6%) 0.80 mg
·       Magnesium (8%) 29 mg
·       Fosfor (29%) 200 mg
·       Kalium (10%) 490 mg
·       Sodium (3%) 44 mg
·       Seng (7%) 0.64 mg
·       Konstituen lainnya Air 68.50 g

Kandungan gizi yang terdapat dalam ikan salmon seperti yang dijelaskan d atas, memiliki banyak manfaat bagi tubuh, diantaranya :

1.  Dapat Mencegah Penyakit Jantung
Lemak 6.34 g terdapat dalam daging Salmon  mengandung asam lemak omega-3 yang dapat mengurangi kolesterol jahat dan trigliserida, pertahankan textur lembut pembuluh darah, dan Memperkuat otot jantung.

2. Mencegah Hipertensi
Kandungan Omega-3 asam lemak pada daging Salmon dapat menjaga dan mengontrol tekanan denyut jantung dan tekanan  darah, Mencegah Hipertensi.

3. Menjaga Kesehatan Mata
Vitamin A 40 IU Omega-3 asam lemak dan asam amino dalam daging ikan salmon dapat membantu pertahanan kesehatan mata dan menjaga degenerasi makula, mata pedih dan kelelahan mata.

4. Melindungi tubuh terhadap radikal bebas
Fosfor (29%) 200 mg dalam daging Salmon banyak mengandung selenium, mineral yang melindungi tubuh menjaga sel akibat kerusakan radikal bebas yang dapat melemahkan Sel-sel ini penyakit.

5. Lindungi Kulit
Kalium (10%) 490 mg Omega-3 asam lemak yang dikenal memiliki anti-inflamasi (anti-inflamasi), yang yang dapat melindungi kulit terhadap kanker matahari dan kulit.

6. Mengurangi Depresi
Asam lemak Omega-3 Berkontribusi terhadap pengurangan depresi dan menjaga suasana hati yang baik.

7. Melindungi tubuh terhadap Kanker Ginjal
Magnesium (8%) 29 mg Asam lemak membantu melawan karsinoma sel ginjal merupakan bentuk kanker ginjal yang paling umum.

8. Otak Sehat
Sodium (3%) 44 mg Asam lemak dalam otak yang membantu fungsi otak dan bertindak untuk Mencegah penyakit Alzheimer 3 Omega-. Asam lemak omega-3 membantu Juga Mencegah stroke akibat mengontrol kolesterol darah dan pembuluh darah yang sehat.

9. Kurangi Risiko Diabetes Tipe 2
Protein 19.84 g Asam lemak omega-3, vitamin D dan selenium ditemukan pada ikan salmon membantu insulin yang mengontrol kadar glukosa darah, sehingga mengurangi risiko diabetes tipe 2.

10. Bantuan Kontrol Berat Badan
Konstituen lainnya Air 68.50 g Mempercepat metabolisme, sehingga mengurangi kemungkinan penumpukan lemak tubuh.


sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Salmon
http://www.seputarikan.com/2014/11/1000-manfaat-yang-terkandung-dalam.html
 

Senin, 26 Januari 2015

GERAKAN PAKAN MANDIRI (GERPARI), MANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM LOKAL, TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEMBUDIDAYA


Kemandirian usaha budidaya perikanan terus didorong untuk mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk menjadi bangsa yang mandiri, khususnya dalam bidang perikanan budidaya, perlu didukung salah satunya melalui suatu gerakan yaitu Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI). “Mengapa kita utamakan ke pakan?? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan, biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, di sela-sela melakukan kunjungan kerja di wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu, Kab. Kendal, Kab. Semarang dan Kab. Boyolali, Jumat lalu.

GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. “Komoditas air tawar merupakan komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas air tawar akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan pakan. Sebagai contoh adalah dengan target produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49 % diantaranya adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar. Melalui GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku local yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dollar”, ungkap Slamet

Di setiap sentra memiliki kebutuhan dan ke khas an dalam pemenuhan pakan mandiri. Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan di dukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik propinsi dan kabupaten, memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. “Pemanfaatan enceng gondok ini disamping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya”, tambah Slamet.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. “Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, muncul profesionalitas usaha, bahan baku tersedia secara kontinyu, produksi pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu “, ungkap Slamet.

Total Akuakultur mendukung GERPARI

Menteri Susi Pudjiastuti, mengharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam suatu usaha dapat di tekan sampai di bawah 50 %. “Harapan bu menteri ini mendorong untuk diterapkannya Total Akuakultur dalam usaha budidaya perikanan. Total Akuakultur adalah penerapan teknologi tepat guna dalam rantai produksi perikanan dari hulu sampai hilir. “Dengan total akuakultur di semua lini produksi seperti penggunakan induk unggul dan benih berkualitas, penggunaan dan pengelolaan pakan yang bermutu dan efisien, pengelolaan air dan wadah budidaya, dan penggunaan enzim dan bakteri untuk meningkatkan daya cerna pakan dan peningkatan kualitas air budidaya, semuanya akan mendorong peningkatan efisensi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pembudidaya”, papar Slamet.

Kemandirian Induk dan Benih Unggul

Disamping mandiri dalam hal pakan, Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila, lele, mas dan patin. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk  komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya”, tutur Slamet.

Kemandirian yang dimaksud disini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien”, kata Slamet.

Slamet mengungkapkan bahwa kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya”, pungkas Slamet.


Sumber: RMR

Minggu, 25 Januari 2015

PENANGANAN KEPITING HIDUP

Pada umumnya kepiting dijual dalam bentuk daging yang dikemas dalam kaleng atau dijual dalam keadaan hidup. Kepiting hidup memiliki harga yang tinggi dan dapat menjangkau pasar yang jauh. Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, higienis (kebersihan) sejak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeli atau diolah. Panen perlu dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang berlebihan.
Faktor suhu dapat mempengaruhi laju kecepatan metabolisme (pencernaan), kesehatan, kesegaran dan laju dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Kehilangan berat sekitar 3 - 4% akibat dehidrasi pada proses penyimpanan kepiting tanpa air dapat menyebabkan kematian. Selain itu, Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu dingin (< 140 C) atau suhu panas (> 320 C) dapat menyebabkan kematian kepiting karena lingkungan hidup kepiting berkisar antara 120 C sampai dengan 320 C.
Penangkapan Kepiting dialam relative sulit bagi pemula sedangkan bagi para nelayan, melakukan penangkapan cukup mudah dengan menggunakan alat-alat yang sederhana. Beberapa hambatan dalam usaha menagkap kepiting dengan tujuan mempertahankannya tetap hidup adalah antara lain karena mudah lari, menyerang satu sama lainya yang mengakibatkan cacat fisik, maupun menyerang orang yang menangani sehingga mengakibatkan kegiatan penanganananya menjadi lambat dan terkadang membanting hasil tangkapan. Oleh karena itu, panen dan penanganan kepiting perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga terampil untuk menangkap dan segera diikat supaya tidak lepas dan saling menyerang, serta memudahkan seleksi dan penanganan selanjutnya. Menurut rangka (2007) Pengikatan dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
      1)      Pengikatan seluruh kaki dan capit sehingga kepiting tidak mampu bergerak,














 2)  Pengikatan pada capit saja sehingga kepiting masih mampu berjalan tetapi tidak dapat menyerang.


 














Kepiting yang telah diikat, disortir (dipisahkan berdasarkan berat dan ukuran), disusun rapi (tidak terbalik) di dalam keranjang atau semacamnya bersusun 3 - 5 lapis dengan kondisi keranjang cukup memiliki ventilasi/lubang untuk sirkulasi udara. Dalam keadaan ini dapat disimpan dalam ruangan lembab bersuhu rendah.
Setelah Kepiting di ikat dan dikemas maka siap untuk di pasarkan. Biaya transport cukup tinggi sehingga perlu perencanaan yang baik agar kepiting yang dikirim tetap dalam keadaan hidup sampai pada konsumen. Bila karena sesuatu hal kepiting yang telah diikat tadak dapat segera dikirim kepada konsumen/pembeli, maka setiap 12 jam dapat dicelup dalam air asin selama beberapa menit untuk menghindari dehidrasi. Bila ada yang lemah sekali atau mati harus segera dipisahkan untuk menghindari kematian kepiting lainya. Kepiting yang lemah, kurang sehat ditandai dengan gerakan tangkai mata dan kaki renang yang lamban, serta keluar busa dari mulutnya.


Sumber :
Kordi, MG. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di tambak system polikultur. Dahara Prize. Semarang.
Rangka, N.A, 2007. Status Usaha Kepiting Bakau Ditinjau dari Aspek Peluang dan Prospeknya. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Syafiq, A. 2010. Kepiting, Sumber Zat Gizi Penting. Universitas Indonesia. Jakarta.