Pages - Menu

Senin, 26 Januari 2015

GERAKAN PAKAN MANDIRI (GERPARI), MANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM LOKAL, TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEMBUDIDAYA


Kemandirian usaha budidaya perikanan terus didorong untuk mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk menjadi bangsa yang mandiri, khususnya dalam bidang perikanan budidaya, perlu didukung salah satunya melalui suatu gerakan yaitu Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI). “Mengapa kita utamakan ke pakan?? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan, biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, di sela-sela melakukan kunjungan kerja di wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu, Kab. Kendal, Kab. Semarang dan Kab. Boyolali, Jumat lalu.

GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. “Komoditas air tawar merupakan komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas air tawar akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan pakan. Sebagai contoh adalah dengan target produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49 % diantaranya adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar. Melalui GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku local yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dollar”, ungkap Slamet

Di setiap sentra memiliki kebutuhan dan ke khas an dalam pemenuhan pakan mandiri. Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan di dukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik propinsi dan kabupaten, memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. “Pemanfaatan enceng gondok ini disamping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya”, tambah Slamet.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. “Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, muncul profesionalitas usaha, bahan baku tersedia secara kontinyu, produksi pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu “, ungkap Slamet.

Total Akuakultur mendukung GERPARI

Menteri Susi Pudjiastuti, mengharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam suatu usaha dapat di tekan sampai di bawah 50 %. “Harapan bu menteri ini mendorong untuk diterapkannya Total Akuakultur dalam usaha budidaya perikanan. Total Akuakultur adalah penerapan teknologi tepat guna dalam rantai produksi perikanan dari hulu sampai hilir. “Dengan total akuakultur di semua lini produksi seperti penggunakan induk unggul dan benih berkualitas, penggunaan dan pengelolaan pakan yang bermutu dan efisien, pengelolaan air dan wadah budidaya, dan penggunaan enzim dan bakteri untuk meningkatkan daya cerna pakan dan peningkatan kualitas air budidaya, semuanya akan mendorong peningkatan efisensi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pembudidaya”, papar Slamet.

Kemandirian Induk dan Benih Unggul

Disamping mandiri dalam hal pakan, Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila, lele, mas dan patin. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk  komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya”, tutur Slamet.

Kemandirian yang dimaksud disini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien”, kata Slamet.

Slamet mengungkapkan bahwa kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya”, pungkas Slamet.


Sumber: RMR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 26 Januari 2015

GERAKAN PAKAN MANDIRI (GERPARI), MANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM LOKAL, TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEMBUDIDAYA


Kemandirian usaha budidaya perikanan terus didorong untuk mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, untuk menjadi bangsa yang mandiri, khususnya dalam bidang perikanan budidaya, perlu didukung salah satunya melalui suatu gerakan yaitu Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI). “Mengapa kita utamakan ke pakan?? Karena dalam suatu usaha budidaya perikanan, biaya pakan merupakan biaya yang terbesar. Dengan menekan biaya pakan maka keuntungan yang diperoleh pembudidaya akan lebih tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, di sela-sela melakukan kunjungan kerja di wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu, Kab. Kendal, Kab. Semarang dan Kab. Boyolali, Jumat lalu.

GERPARI ini lebih ditekankan kepada pakan ikan untuk komoditas air tawar, seperti Nila, Lele, Patin, Mas dan juga Gurame. “Komoditas air tawar merupakan komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Peningkatan produksi perikanan budidaya khususnya untuk komoditas air tawar akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan pakan. Sebagai contoh adalah dengan target produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 16,9 juta ton, maka akan dibutuhkan pakan ikan/udang secara nasional sebanyak 9,27 juta ton dan 49 % diantaranya adalah kebutuhan pakan ikan komoditas air tawar. Melalui GERPARI, kita akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku pakan impor, memanfaatkan bahan baku local yang ada di sekitar sentra-sentra produksi perikanan budidaya dan harga pakan tidak akan terpengaruh dengan fluktuasi nilai tukar dollar”, ungkap Slamet

Di setiap sentra memiliki kebutuhan dan ke khas an dalam pemenuhan pakan mandiri. Seperti yang terdapat di wilayah sekitar Ambarawa dan Boyolali. Dengan melimpahnya sumber daya alam berupa enceng gondok, pembudidaya dengan di dukung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan baik propinsi dan kabupaten, memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan baku pakan mandiri. “Pemanfaatan enceng gondok ini disamping memenuhi kebutuhan sebagai bahan baku pakan ikan mandiri, tetapi juga membantu dalam menangani masalah enceng gondok di beberapa perairan khusunya di Rawa Pening. Karena enceng gondok sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan dan juga bahan baku kerajinan yang tentu saja meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya”, tambah Slamet.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) akan mendorong pembentukan Kelompok Pakan Mandiri yang terpisah dengan Kelompok Pembudidaya Ikan. “Melalui kelompok tersendiri maka pembinaan akan lebih fokus sehingga menghasilkan produk pakan yang berkualitas sesuai standar. Kelompok Pakan Mandiri tersebut juga bisa dibagi dalam beberapa zona seperti Zona I untuk sentra sumber bahan baku pakan, Zona II untuk produksi pakan mandiri dan Zona III untuk penyimpanan pakan dan distribusi. Dengan sistem ini maka akan semakin banyak menyerap tenaga kerja, muncul profesionalitas usaha, bahan baku tersedia secara kontinyu, produksi pakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan distribusi pakan semakin lancar untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya secara kontinyu “, ungkap Slamet.

Total Akuakultur mendukung GERPARI

Menteri Susi Pudjiastuti, mengharapkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pakan dalam suatu usaha dapat di tekan sampai di bawah 50 %. “Harapan bu menteri ini mendorong untuk diterapkannya Total Akuakultur dalam usaha budidaya perikanan. Total Akuakultur adalah penerapan teknologi tepat guna dalam rantai produksi perikanan dari hulu sampai hilir. “Dengan total akuakultur di semua lini produksi seperti penggunakan induk unggul dan benih berkualitas, penggunaan dan pengelolaan pakan yang bermutu dan efisien, pengelolaan air dan wadah budidaya, dan penggunaan enzim dan bakteri untuk meningkatkan daya cerna pakan dan peningkatan kualitas air budidaya, semuanya akan mendorong peningkatan efisensi yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi dan kesejahteraan pembudidaya”, papar Slamet.

Kemandirian Induk dan Benih Unggul

Disamping mandiri dalam hal pakan, Kemandirian juga di dorong oleh Menteri Susi, dalam hal penyediaan induk dan benih unggul. “Beberapa komoditas budidaya air tawar saat ini sudah dapat menyediakan induk unggul, seperti ikan nila, lele, mas dan patin. Ke depan, kita akan dorong kemandirian induk dan benih unggul untuk  komoditas lain seperti udang vaname, dan juga komoditas lainnya”, tutur Slamet.

Kemandirian yang dimaksud disini adalah bahwa dalam satu wilayah atau kawasan dapat memenuhi kebutuhan benih dan induk unggul secara cukup dan berkelanjutan, sehingga tidak mendatangkan induk atau benih dari daerah lain. “Ketersediaan induk dan benih mandiri akan mendorong percepatan peningkatan produksi, karena induk dan benih tersebut sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat dan penggunaan pakannya akan lebih efisien”, kata Slamet.

Slamet mengungkapkan bahwa kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah. “Perikanan Budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumberdaya alam dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya”, pungkas Slamet.


Sumber: RMR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar