Pages - Menu

Kamis, 06 Agustus 2015

Asal Usul Ikan Koi

          Kata koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih spesifik lagi ia merujuk pada nishikigoi yang kurang lebih bermakna ikan karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta.
          Koi dikembangbiakkan dari ikan karper biasa. Pada tahun 1820-an, di Jepang mulai muncul usaha mengembangbiakkan ikan karper untuk warnanya. Ini bermula di kota Ojiya di perfektur Niigata yang berada di wilayah timur laut Pulau Honshu.
jenis koi kohaku
Jenis-jenis Ikan Koi
       Sejumlah pola warna ikan koi mulai terbentuk pada abad ke-20, utamanya adalah tipe Kohaku (lihat gambar untuk jenis-jenis Kohaku) yang bercorak merah dan putih. Warna populer termasuk putih, merah, jingga, kuning, perak, biru, hitam, dan hijau – masing-masingnya dengan identifikasi nama yang berbeda.
      Sebelumnya dunia luar tidak begitu mengikuti perkembangan variasi warna Koi, hingga tahun 1914 Koi Niigata dipamerkan dalam suatu pameran tahunan di Tokyo. Semenjak itu, minat terhadap Koi semakin merebak ke seluruh penjuru Jepang.
         Tidak cukup di Jepang saja, hobi memelihara Koi pun akhirnya turut menjangkiti banyak orang di seluruh dunia. Koi mulai umum dijual di toko-toko ikan dan biasanya Koi dengan kualitas tinggi bisa diperoleh dari pedagang stertentu yang punya keahlian dalam bidang ini. Kecantikan ikan Koi membuatnya ramai diminati.  Karena kemampuan ikan ini untuk beradaptasi pada kondisi dan cuaca yang berbeda, koi cepat tersebar ke Eropa dan benua lainnya.




Sejarah/Asal-usul Koi di Indonesia
           Ada dua versi tentang keberadaan ikan Koi di Indonesia Yang pertama menyebutkan bahwa Koi mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1991. Ketika berkunjung ke Indonesia, Kaisar Akihito memberi Presiden Suharto puluhan ekor Koi sebagai cinderamata. Jenis yang dibawa adalah Kumpai, yang merupakan persilangan antara ikan karper Indonesia dengan Koi Jepang. Sementara versi yang lainnya menyebutkan bahwa Koi masuk ke Indonesia pada kurun waktu 1981-1982, dibawa oleh seorang penggemar Koi bernama Hani Moniaga.
 
Fakta Menarik Tenang Ikan Koi
         Koi sesungguhnya merupakan ikan karper yang dipelihara dan dikembangbiakkan secara selektif dan dipilih karena warnanya. Ketika Koi dilepas ke alam liar mereka berkembangbiak secara bebas, dalam beberapa generasi warna ikan Koi akan kembali berubah menjadi warna alami ikan karper pada umumnya. Koi juga dikenal sebagai ikan yang berumur panjang. Bahkan di Jepang ada yang mencapai usia 223 tahun. Sungguh mengagumkan...!!!!
 
Sumber : http://duniakoi.com/asal-usul-ikan-koi-di-indonesia

Rabu, 05 Agustus 2015

PENINGKATAN IMUN IKAN PATIN MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI)

Daun Kayu Manis
Peningkatan daya imunitas benih yang digunakan merupakan salah satu pendekatan untuk mendukung keberhasilan budidaya ikan. Imunitas benih ikan yang baik akan dapat mengurangi kematian pada masa awal penebaran benih pada tahap pembesaran. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suatu bahan alami yang berasal dari tumbuhan (bahan nabati) dan dapat meningkatkan respons imun ikan terhadap infeksi patogen yang menyerang serta ramah lingkungan (Chakraborty dan Hancz, 2011). Tanaman yang diketahui berpotensi sebagai antibakteri berbasis bahan nabati adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmanni)

PROSES EKSTRAK DAUN KAYU MANIS
Ikan Patin
Daun kayu manis dikeringkan pada udara terbuka (kering udara) tanpa terkena cahaya matahari langsung untuk menghindari kerusakan bahan aktif yang terdapat pada daun kayu manis. Pengeringan dilakukan sampai daun dapat dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan serbuk daun kayu manis.

Metode ekstraksi daun kayu manis dilakukan dengan cara Serbuk daun kayu manis direndam dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (w/v) artinya 1 kg serbuk daun kayu manis dilarutkan dalam 10 liter etanol 96%. Kemudian dilakukan proses maserasi dengan pengadukan selama 24 jam. 

Hasil maserasi didiamkan hingga terbentuk dua lapisan suspensi bahan. Lapisan atas merupakan filtrat hasil maserasi dan disaring menggunakan kertas saring dengan mesh size sebesar ±0,6 mm sebagai filter pertama, sedangkan filter kedua menggunakan kertas saring Whatman no 125. Lapisan kedua merupakan endapan simplisia daun kayu manis yang kemudian ditambahkan kembali etanol 96% sebanyak 1000 ml dan dimaserasi selama 24 jam sambil diaduk. Setelah didiamkan dan mengendap, filtrat kembali disaring dengan filter pertama dan filter kedua. Hal ini dilakukan berulang sampai filtrat hasil maserasi menjadi bening.

Filtrat hasil maserasi kemudian diuapkan dengan menggunakan evaporator sampai didapat ekstrak kental dan kemudian dikeringkan dengan metode freeze drying. Hasil ekstraksi akan diperoleh dalam bentuk pasta kering sebanyak 12% kemudian disimpan dalam lemari pendingin sampai waktu akan digunakan.

CARA PEMBERIAN EKTRAKSI DAUN SIRIK PADA IKAN
Penambahan ekstrak daun kayu manis ke dalam pakan dilakukan dengan metode repelleting. Untuk 1 kg pakan, ekstrak daun kayu manis 0,5% dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 ml, kemudian dicampurkan dengan putih telur sebanyak 20 ml sebagai perekat dan diaduk menggunakan mixer hingga homogen. Campuran yang telah homogen ditambahkan pakan komersial protein 30% yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Setelah campuran rata, bahan dicetak kembali kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 35 °C selama 24 jam. Pelet yang sudah kering kemudian disimpan dalam tempat yang kedap udara.

KELANGSUNGAN HIDUP IKAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safratilofa menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat meningkatkan pertahanan tubuh ikan patin. Kelangsun gan hidup ikan patin dengan dosis 0,5% terlihat bahwa tidak ada bakteri yang tumbuh pada media TSA. Ekstrak daun kayu manis 0,5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan ekstrak daun kayu manis 0,5% dalam pakan dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan patin.

disunting oleh Riskiyanto efendi dari tesis Safratilofa (INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75652

 

Selasa, 11 Agustus 2015

Kamis, 06 Agustus 2015

Asal Usul Ikan Koi

          Kata koi berasal dari bahasa Jepang yang berarti ikan karper. Lebih spesifik lagi ia merujuk pada nishikigoi yang kurang lebih bermakna ikan karper yang bersulam emas atau perak. Di Jepang, koi menjadi semacam simbol cinta dan persahabatan. Ini karena koi merupakan homofon untuk kata lain yang juga bermakna kasih sayang atau cinta.
          Koi dikembangbiakkan dari ikan karper biasa. Pada tahun 1820-an, di Jepang mulai muncul usaha mengembangbiakkan ikan karper untuk warnanya. Ini bermula di kota Ojiya di perfektur Niigata yang berada di wilayah timur laut Pulau Honshu.
jenis koi kohaku
Jenis-jenis Ikan Koi
       Sejumlah pola warna ikan koi mulai terbentuk pada abad ke-20, utamanya adalah tipe Kohaku (lihat gambar untuk jenis-jenis Kohaku) yang bercorak merah dan putih. Warna populer termasuk putih, merah, jingga, kuning, perak, biru, hitam, dan hijau – masing-masingnya dengan identifikasi nama yang berbeda.
      Sebelumnya dunia luar tidak begitu mengikuti perkembangan variasi warna Koi, hingga tahun 1914 Koi Niigata dipamerkan dalam suatu pameran tahunan di Tokyo. Semenjak itu, minat terhadap Koi semakin merebak ke seluruh penjuru Jepang.
         Tidak cukup di Jepang saja, hobi memelihara Koi pun akhirnya turut menjangkiti banyak orang di seluruh dunia. Koi mulai umum dijual di toko-toko ikan dan biasanya Koi dengan kualitas tinggi bisa diperoleh dari pedagang stertentu yang punya keahlian dalam bidang ini. Kecantikan ikan Koi membuatnya ramai diminati.  Karena kemampuan ikan ini untuk beradaptasi pada kondisi dan cuaca yang berbeda, koi cepat tersebar ke Eropa dan benua lainnya.




Sejarah/Asal-usul Koi di Indonesia
           Ada dua versi tentang keberadaan ikan Koi di Indonesia Yang pertama menyebutkan bahwa Koi mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1991. Ketika berkunjung ke Indonesia, Kaisar Akihito memberi Presiden Suharto puluhan ekor Koi sebagai cinderamata. Jenis yang dibawa adalah Kumpai, yang merupakan persilangan antara ikan karper Indonesia dengan Koi Jepang. Sementara versi yang lainnya menyebutkan bahwa Koi masuk ke Indonesia pada kurun waktu 1981-1982, dibawa oleh seorang penggemar Koi bernama Hani Moniaga.
 
Fakta Menarik Tenang Ikan Koi
         Koi sesungguhnya merupakan ikan karper yang dipelihara dan dikembangbiakkan secara selektif dan dipilih karena warnanya. Ketika Koi dilepas ke alam liar mereka berkembangbiak secara bebas, dalam beberapa generasi warna ikan Koi akan kembali berubah menjadi warna alami ikan karper pada umumnya. Koi juga dikenal sebagai ikan yang berumur panjang. Bahkan di Jepang ada yang mencapai usia 223 tahun. Sungguh mengagumkan...!!!!
 
Sumber : http://duniakoi.com/asal-usul-ikan-koi-di-indonesia

Rabu, 05 Agustus 2015

PENINGKATAN IMUN IKAN PATIN MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNI)

Daun Kayu Manis
Peningkatan daya imunitas benih yang digunakan merupakan salah satu pendekatan untuk mendukung keberhasilan budidaya ikan. Imunitas benih ikan yang baik akan dapat mengurangi kematian pada masa awal penebaran benih pada tahap pembesaran. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan suatu bahan alami yang berasal dari tumbuhan (bahan nabati) dan dapat meningkatkan respons imun ikan terhadap infeksi patogen yang menyerang serta ramah lingkungan (Chakraborty dan Hancz, 2011). Tanaman yang diketahui berpotensi sebagai antibakteri berbasis bahan nabati adalah tumbuhan kayu manis (Cinnamomum burmanni)

PROSES EKSTRAK DAUN KAYU MANIS
Ikan Patin
Daun kayu manis dikeringkan pada udara terbuka (kering udara) tanpa terkena cahaya matahari langsung untuk menghindari kerusakan bahan aktif yang terdapat pada daun kayu manis. Pengeringan dilakukan sampai daun dapat dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan serbuk daun kayu manis.

Metode ekstraksi daun kayu manis dilakukan dengan cara Serbuk daun kayu manis direndam dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (w/v) artinya 1 kg serbuk daun kayu manis dilarutkan dalam 10 liter etanol 96%. Kemudian dilakukan proses maserasi dengan pengadukan selama 24 jam. 

Hasil maserasi didiamkan hingga terbentuk dua lapisan suspensi bahan. Lapisan atas merupakan filtrat hasil maserasi dan disaring menggunakan kertas saring dengan mesh size sebesar ±0,6 mm sebagai filter pertama, sedangkan filter kedua menggunakan kertas saring Whatman no 125. Lapisan kedua merupakan endapan simplisia daun kayu manis yang kemudian ditambahkan kembali etanol 96% sebanyak 1000 ml dan dimaserasi selama 24 jam sambil diaduk. Setelah didiamkan dan mengendap, filtrat kembali disaring dengan filter pertama dan filter kedua. Hal ini dilakukan berulang sampai filtrat hasil maserasi menjadi bening.

Filtrat hasil maserasi kemudian diuapkan dengan menggunakan evaporator sampai didapat ekstrak kental dan kemudian dikeringkan dengan metode freeze drying. Hasil ekstraksi akan diperoleh dalam bentuk pasta kering sebanyak 12% kemudian disimpan dalam lemari pendingin sampai waktu akan digunakan.

CARA PEMBERIAN EKTRAKSI DAUN SIRIK PADA IKAN
Penambahan ekstrak daun kayu manis ke dalam pakan dilakukan dengan metode repelleting. Untuk 1 kg pakan, ekstrak daun kayu manis 0,5% dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 ml, kemudian dicampurkan dengan putih telur sebanyak 20 ml sebagai perekat dan diaduk menggunakan mixer hingga homogen. Campuran yang telah homogen ditambahkan pakan komersial protein 30% yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Setelah campuran rata, bahan dicetak kembali kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 35 °C selama 24 jam. Pelet yang sudah kering kemudian disimpan dalam tempat yang kedap udara.

KELANGSUNGAN HIDUP IKAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Safratilofa menunjukkan bahwa ekstrak daun kayu manis dapat meningkatkan pertahanan tubuh ikan patin. Kelangsun gan hidup ikan patin dengan dosis 0,5% terlihat bahwa tidak ada bakteri yang tumbuh pada media TSA. Ekstrak daun kayu manis 0,5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Penambahan ekstrak daun kayu manis 0,5% dalam pakan dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian penyakit motile aeromonads septicaemia pada ikan patin.

disunting oleh Riskiyanto efendi dari tesis Safratilofa (INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75652