Pages - Menu

Rabu, 10 Februari 2016

PENGASAPAN IKAN



Pengolahan hasil perikanan dengan pengasapan sudah banyak dilakukan secara komersial terutama didaerah-daerah tertentu seperti Sulawesi Utara, Ambon, Aceh dan Jawa Timur. Masalahnya sekarang adalah konsumen di Indonesia belum semuanya mengenal ikan asap. Padahal bila komoditas ikan asap ini dikembangkan, prospeknya akan menjadi lebih baik.
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Dalam pengasapan ikan perlu diketahui beberapa tahap pekerjaan, yaitu penggaraman, pengeringan, pemanasan, dan pengasaapan. Ketelitian pekerjaan dari setiap tahap serta jenis dan kesegaran ikan akan menentukan mutu hasil asapan.

1.  Penggaraman
Konsentrasi garam dan lama perendaman dalam proses penggaraman atau perendaman dalam brine (brining) tergantung pada keinginan pengolah yang sebenarnya dapat disesuaikan dengan selera konsumen atau permintaan pasar.
Melalui tahap penggaraman akan didapatkan beberapa keuntungan, yaitu :
*        Daging yang kompak (firm) karena kekurangan air dan penggumpalan protein dalam daging ikan.
*        Dalam konsentrasi garam tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat terhambat, dan
*        Rasa daging ikan menjadi lebih enak.
*        Penggaraman ini dimaksudkan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan, karena proses pengasapan sebagai sarana pengawetan berjalan lambat, maka sebelum aasap itu dapat mengntikan proses pembusukan, terlebih dahulu ikan diawetkan dengan cara penggaraman.

2.  Pengeringan
Setelah digarami, ikan ditiriskan. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan yang panas. Dengan pemanasan ini, air dalam daging ikan terutama lapisan permukaannya akan menguap sehingga ikan menjadi kering dan semakin awet. Proses pengeringan yang terjadi memungkinkan lapisan permukaan daging menyerap asap, yang terdiri dari partikel-partikel sangat halus.

3.  Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan dingin (cold smoking) atau pengasapan panas (hot smoking). Pada pengasapan dingin, panas yang timbul dari asap tidak berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh. Karena pengasapannya lama, maka kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Ikan yang telah diasapi sebaiknya disimpan ditempat sejuk dengan suhu serendah mungkin, misalnya mendekati 0o C.
Lain halnya dengan proses pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap biasanya dekat, suhunya cukup tinggi dengan demikian cepat matang. Panas yang tinggi dapat menghentikan kegiatan enzim perusak, menggumpalkan protein, dan menguapkan sebagian air dalam badan ikan. Jadi selain diasapi, ikan juga terpanggang, akibatnya daging ikan menjadi matang dan dapat langsung dimakan.

4.  Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa yang khusus (keasap-asapan) pada ikan.sebenarnya daya pengawet asap itu sangat terbatas, sehingga supaya ikan dapat tahan lama harus diikuti atau di dahului oleh cara pengawetan lain. Misalnya, sesudah di asapi ikan di kemas dalam kaleng, atau sebelum diasapi ikan di remdam dulu dalam lrutan garam.
Pengasapan dapat membunuh bakteri, seperti juga pada prsoes pengaraman dan pengeringan. Daya bunuh ini tergantung pada lama pengasapan dan tebalnya asap.

Proses pengasapan ikan :

  • buang sisik ikan, ikan dibelah pada bagian punggung, tetapi masih bergandengan. Isi perut dan insang dibuang. Kemudian dicuci lagi hingga bersih. Sisa-sisa darah dan lendir dibuang, kalau perlu disikat. Kadang-kadang tidak perlu dibelah, tetapi hanya dibuang isi perutnya saja (misalnya bandeng asap).
  • Selanjutnya dicelupkan dalam larutan garam 10 % selama 30 – 60 menit, agar sisa darahnya dapat larut. Setelah itu direndam dalam brine jenuh selama 4 – 8 jam, kemudian dicuci dengan air. Lamanya perendaman tergantung pada keasinan yang diinginkan, besar dan jenis ikan, serta lama penyimpanan sesudah diasapi.
  • Setelah itu ikan digantung ditempat yang teduh sampai kulitnya terlihat kering lunak.
  • Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan dan mulai diasapi dengan asap tipis selama 4 - 6 jam, lalu dengan asap tebal pada suhu 37 - 38°C selama 1 - 7 hari sesuai dengan keinginan. Bila akan disimpan lama, pengasapan dilanjutkan lagi sampai ikan cukup kering atau dikeringkan di luar ruang pengasapan sehingga sesuai dengan warna danrasa yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 10 Februari 2016

PENGASAPAN IKAN



Pengolahan hasil perikanan dengan pengasapan sudah banyak dilakukan secara komersial terutama didaerah-daerah tertentu seperti Sulawesi Utara, Ambon, Aceh dan Jawa Timur. Masalahnya sekarang adalah konsumen di Indonesia belum semuanya mengenal ikan asap. Padahal bila komoditas ikan asap ini dikembangkan, prospeknya akan menjadi lebih baik.
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Dalam pengasapan ikan perlu diketahui beberapa tahap pekerjaan, yaitu penggaraman, pengeringan, pemanasan, dan pengasaapan. Ketelitian pekerjaan dari setiap tahap serta jenis dan kesegaran ikan akan menentukan mutu hasil asapan.

1.  Penggaraman
Konsentrasi garam dan lama perendaman dalam proses penggaraman atau perendaman dalam brine (brining) tergantung pada keinginan pengolah yang sebenarnya dapat disesuaikan dengan selera konsumen atau permintaan pasar.
Melalui tahap penggaraman akan didapatkan beberapa keuntungan, yaitu :
*        Daging yang kompak (firm) karena kekurangan air dan penggumpalan protein dalam daging ikan.
*        Dalam konsentrasi garam tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat terhambat, dan
*        Rasa daging ikan menjadi lebih enak.
*        Penggaraman ini dimaksudkan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan, karena proses pengasapan sebagai sarana pengawetan berjalan lambat, maka sebelum aasap itu dapat mengntikan proses pembusukan, terlebih dahulu ikan diawetkan dengan cara penggaraman.

2.  Pengeringan
Setelah digarami, ikan ditiriskan. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan yang panas. Dengan pemanasan ini, air dalam daging ikan terutama lapisan permukaannya akan menguap sehingga ikan menjadi kering dan semakin awet. Proses pengeringan yang terjadi memungkinkan lapisan permukaan daging menyerap asap, yang terdiri dari partikel-partikel sangat halus.

3.  Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan dingin (cold smoking) atau pengasapan panas (hot smoking). Pada pengasapan dingin, panas yang timbul dari asap tidak berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh. Karena pengasapannya lama, maka kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Ikan yang telah diasapi sebaiknya disimpan ditempat sejuk dengan suhu serendah mungkin, misalnya mendekati 0o C.
Lain halnya dengan proses pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap biasanya dekat, suhunya cukup tinggi dengan demikian cepat matang. Panas yang tinggi dapat menghentikan kegiatan enzim perusak, menggumpalkan protein, dan menguapkan sebagian air dalam badan ikan. Jadi selain diasapi, ikan juga terpanggang, akibatnya daging ikan menjadi matang dan dapat langsung dimakan.

4.  Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa yang khusus (keasap-asapan) pada ikan.sebenarnya daya pengawet asap itu sangat terbatas, sehingga supaya ikan dapat tahan lama harus diikuti atau di dahului oleh cara pengawetan lain. Misalnya, sesudah di asapi ikan di kemas dalam kaleng, atau sebelum diasapi ikan di remdam dulu dalam lrutan garam.
Pengasapan dapat membunuh bakteri, seperti juga pada prsoes pengaraman dan pengeringan. Daya bunuh ini tergantung pada lama pengasapan dan tebalnya asap.

Proses pengasapan ikan :

  • buang sisik ikan, ikan dibelah pada bagian punggung, tetapi masih bergandengan. Isi perut dan insang dibuang. Kemudian dicuci lagi hingga bersih. Sisa-sisa darah dan lendir dibuang, kalau perlu disikat. Kadang-kadang tidak perlu dibelah, tetapi hanya dibuang isi perutnya saja (misalnya bandeng asap).
  • Selanjutnya dicelupkan dalam larutan garam 10 % selama 30 – 60 menit, agar sisa darahnya dapat larut. Setelah itu direndam dalam brine jenuh selama 4 – 8 jam, kemudian dicuci dengan air. Lamanya perendaman tergantung pada keasinan yang diinginkan, besar dan jenis ikan, serta lama penyimpanan sesudah diasapi.
  • Setelah itu ikan digantung ditempat yang teduh sampai kulitnya terlihat kering lunak.
  • Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan dan mulai diasapi dengan asap tipis selama 4 - 6 jam, lalu dengan asap tebal pada suhu 37 - 38°C selama 1 - 7 hari sesuai dengan keinginan. Bila akan disimpan lama, pengasapan dilanjutkan lagi sampai ikan cukup kering atau dikeringkan di luar ruang pengasapan sehingga sesuai dengan warna danrasa yang diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar