Pages - Menu

Selasa, 26 Januari 2016

MENGENAL DAPHNIA SEBAGAI PAKAN ALAMI



Daphnia seringkali dikenal sebagai kutu air karena kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang menyerupai seekor kutu (Gambar 1) .  Pada kenyataannya Daphnia termasuk dalam golongan udang-udangan dan tidak ada hubungannya dengan kutu secara taxonomi.  Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari golongan Brachiopoda. Mereka  boleh dikatakan masih saudara dengan Artemia. Meskipun gerakannya tampak "meloncat" seperti seekor kutu sebenarnya binatang ini berenang dengan menggunakan "kakinya"  (sering disebut sebagai antena), bahkan dengan berbagai gaya yang berbeda.  Apabila anda menjumpai hewan renik yang meloncat di permukaan air, boleh dipastikan itu bukanlah Daphnia melainkan Cyclops.
Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan  kecil lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai  lebih dari 70% kadar bahan kering.  Secara umum,  dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 %  abu.   Kepopulerannya sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya,  adalah juga karena "kemudahannya" dibudidayakan  sehingga dapat tersedia dalam jumlah  mencukupi,  hampir setiap saat.  
Pemberian tanda kutip pada kata "kemudahan" sengaja dilakukan karena tidak jarang orang yang sudah mencoba membudidayakan Daphnia sesuai dengan berbagai anjuran,  tetapi ternyata sering tidak berhasil,  dan tampak seolah-olah pekerjaan ini tidak semudah yang dikatakan.  Tetapi dilain pihak banyak juga yang dengan sukses membudiyakannya tanpa sedikitpun mengalami kesulitan.  Berikut adalah beberapa hal-hal yang sebaiknya dipahami sebelum anda memulai menyiapkan tempat untuk membudiyakan Daphnia.  Dengan mengetahui sedikit riwayat hidup mereka,  setidaknya akan memudahkan  untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin kurang tepat  apabila ditemui hambatan dalam pembudidayaan mereka.

Siklus Hidup.

Daphnia merupakan udang-udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan.  Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan".  Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan Daphnia. 
Dalam keadaan normal, dimana kualitas air sesuai dan jumlah pakan cukup terdia Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin (aseksual/parternogenesis).  Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia yang ada adalah betina.  Telur yang tidak dibuahi ini berkembang sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk,  kemudian berubah menjadi larva. Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap  2 atau 3 hari sekali.  Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan 13 milyar  keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan populasi mereka.   Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya  tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang.
Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat berkurang, beberapa Daphnia akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan.  Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur,  yang selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa).  Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode.  Telur hasil pembuahan ini mempunyai cangkang  tebal  dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa.  Telur tersebut dapat bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan.  Telur ini bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun  dan menetas setelah menemukan kondisi yang sesuai.  Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual.  

Hama Daphnia.

Seperti disebutkan diatas bahwa Daphnia mempunyai banyak musuh alami untuk mengontrol populasinya sedemikian rupa,  sehingga  tercipta suatu keseimbangan.  Dalam membudidayakan Daphnia kehadiran musuh alami ini tentu saja tidak dikehendaki, karena akan sangat menekan populasi Daphnia yang dipelihara tersebut, atau bahkan musnah sama sekali, sehingga tujuannya sebagai sumber pakan ikan tidak akan dapat dipenuhi.  Salah satu musuh alami Daphnia adalah Hydra.
Hydra merupakan keluarga  anemon.  Berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut binatang ini hidup di air tawar.  Ukurannya mulai dari sangat kecil hingga sampai dengan 2 cm.  Jangan biarkan binatang ini mencemari kultur Daphnia anda, apabila kita ingin berhasil dalam membudidayakan Daphnia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 26 Januari 2016

MENGENAL DAPHNIA SEBAGAI PAKAN ALAMI



Daphnia seringkali dikenal sebagai kutu air karena kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang menyerupai seekor kutu (Gambar 1) .  Pada kenyataannya Daphnia termasuk dalam golongan udang-udangan dan tidak ada hubungannya dengan kutu secara taxonomi.  Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari golongan Brachiopoda. Mereka  boleh dikatakan masih saudara dengan Artemia. Meskipun gerakannya tampak "meloncat" seperti seekor kutu sebenarnya binatang ini berenang dengan menggunakan "kakinya"  (sering disebut sebagai antena), bahkan dengan berbagai gaya yang berbeda.  Apabila anda menjumpai hewan renik yang meloncat di permukaan air, boleh dipastikan itu bukanlah Daphnia melainkan Cyclops.
Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga hewan  kecil lainnya. Kandungan proteinnya bisa mencapai  lebih dari 70% kadar bahan kering.  Secara umum,  dapat dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 %  abu.   Kepopulerannya sebagai pakan ikan selain karena kandungan gizinya serta ukurannya,  adalah juga karena "kemudahannya" dibudidayakan  sehingga dapat tersedia dalam jumlah  mencukupi,  hampir setiap saat.  
Pemberian tanda kutip pada kata "kemudahan" sengaja dilakukan karena tidak jarang orang yang sudah mencoba membudidayakan Daphnia sesuai dengan berbagai anjuran,  tetapi ternyata sering tidak berhasil,  dan tampak seolah-olah pekerjaan ini tidak semudah yang dikatakan.  Tetapi dilain pihak banyak juga yang dengan sukses membudiyakannya tanpa sedikitpun mengalami kesulitan.  Berikut adalah beberapa hal-hal yang sebaiknya dipahami sebelum anda memulai menyiapkan tempat untuk membudiyakan Daphnia.  Dengan mengetahui sedikit riwayat hidup mereka,  setidaknya akan memudahkan  untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin kurang tepat  apabila ditemui hambatan dalam pembudidayaan mereka.

Siklus Hidup.

Daphnia merupakan udang-udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan.  Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan".  Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan Daphnia. 
Dalam keadaan normal, dimana kualitas air sesuai dan jumlah pakan cukup terdia Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin (aseksual/parternogenesis).  Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia yang ada adalah betina.  Telur yang tidak dibuahi ini berkembang sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk,  kemudian berubah menjadi larva. Seekor Daphnia betina bisa menghasilkan larva setiap  2 atau 3 hari sekali.  Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menghasilkan 13 milyar  keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup hingga dewasa, keseimbangan alam telah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya berbagai musuh alami Daphnia untuk mengendalikan populasi mereka.   Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya  tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang.
Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sangat berkurang, beberapa Daphnia akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan.  Kehadiran jantan ini diperlukan untuk membuahi telur,  yang selanjutnya akan berubah menjadi telur tidur (kista/aphippa).  Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu periode.  Telur hasil pembuahan ini mempunyai cangkang  tebal  dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap kondisi buruk sedemikian rupa.  Telur tersebut dapat bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan.  Telur ini bisa bertahan selama lebih dari 20 tahun  dan menetas setelah menemukan kondisi yang sesuai.  Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual.  

Hama Daphnia.

Seperti disebutkan diatas bahwa Daphnia mempunyai banyak musuh alami untuk mengontrol populasinya sedemikian rupa,  sehingga  tercipta suatu keseimbangan.  Dalam membudidayakan Daphnia kehadiran musuh alami ini tentu saja tidak dikehendaki, karena akan sangat menekan populasi Daphnia yang dipelihara tersebut, atau bahkan musnah sama sekali, sehingga tujuannya sebagai sumber pakan ikan tidak akan dapat dipenuhi.  Salah satu musuh alami Daphnia adalah Hydra.
Hydra merupakan keluarga  anemon.  Berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut binatang ini hidup di air tawar.  Ukurannya mulai dari sangat kecil hingga sampai dengan 2 cm.  Jangan biarkan binatang ini mencemari kultur Daphnia anda, apabila kita ingin berhasil dalam membudidayakan Daphnia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar