Pages - Menu

Rabu, 21 Oktober 2015

BUDIDAYA LELE RWS ( Red Water System )



Budidaya ikan lele dengan menggunakan RWS ( red water system ) merupakan salah satu cara baru dalam kegiatan budidaya ikan lele di Indonesia. sistem budidaya ini dilakukan dengan memanfaatkan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dalam proses pembesaran benih ikan lele tanpa ganti air kolam hingga panen dengan cara fermentasi.
Ada bebarapa tahap pengolahan air untuk budidaya ikan lele ini, yaitu dengan menggunakan NWS ( natural water system ) adalah suatu sistem yang mencakup semua sistem yang ada dalam budidaya ikan dan juga sebagai sistem pemahaman bahwa pihara lele sampai akhir akan melewati beberapa perubahan warna air mulai GWS ( green water system ) berubah menjadi BWS ( brown water system / biofloc ) dan akan menjadi RWS ( red water system / muba ) ketika terjadi perubahan warna berarti terjadi perubahan mikroba. mikroba yang satu mati dan diganti mikroba yang lain. kondisi ini yang membuat ikan perlu dibantu untuk beradaptasi, dari sini petani diberi pemahaman tentang karakteristik warna” air ini agar setiap melalui warna ini tidak terjadi gejolak yg membahayakan ikan, warna bukan kita yg membuat tapi secara alami ( natural ) untuk petani dg kodisi air melimpah sebaiknya menggunakan GWS ( green water system ), yg jarang air/sulit kita suruh main menggunakan RWS ( red water system ), di warna warna itu semua bisa pakai kepadatan tinggi dan fcr bisa 1 sampai 0,7, jika petani sudah agak trampil kita sarankan untuk ke tingkatan sampai RWS ( red water system ), karena sistem ini ikan paling nyaman, dan stabil atau kokoh sampai panen.
Jika selama ini para pembudidaya lele sangat khawatir dengan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolamnya dapat mengganggu kesehatan ikan. Namun dalam Red Water System ini kotoran-kotoran ikan itu justru menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang akan diserap sebagai pakan utamanya.
Agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tak terserap semua oleh kedua bakteri itu, maka penting untuk menempatkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Kolam Red Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300 ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran ikan lele di dasar kolam.
Proses Pembuatan Red Water System untuk Kolam Lele Sangkuriang
A. Bahan-Bahan :
1. Air Bersih = 18 liter.
2. Yakult = 4 botol.
3. Ragi Tape = 2 butir
4. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1 liter.
5. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua)
6. Dedak Halus = 0.5 Kg

B. Cara Mengolah Bahan :
Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yg sudah di tumbuk halus), Air Kelapa Murni dan Dedak halus ke dalam Bak yang telah berisi air bersih. aduk hingga semua bahan2 tercampur merata. Simpan campuran tersebut kedalam jerigen beserta bahan-bahan selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.

C. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele
Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan bahan Fermentasi yang sudah jadi setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam dengan cara setiap 1 m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau setara dengan 1/2 gelas Aqua.
Sisa bahan fermentasi tetap di simpan di dalam jerigen untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam hingga sampai saat panen. Letakkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari, maka dari hari ke hari air kolam akan berubah perlahan-lahan menjadi berwarna merah. Anda jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan minim kotoran ikan karena telah jadi makan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dan juga diserap oleh Arang yang anda letakkan di dasar kolam.
Disarankan untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, tujuan pemberian aerasi ini adalah untuk mengaduk bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang berada di dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.

D. Pemberian Pakan Ikan Lele
Pemberian pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk dicampur dulu dengan larutan probiotik yang kita buat tersebut dan di angin-anginkan sebelum ditebar ke kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih.
 

https://bp4kgresik.wordpress.com/2015/01/26/budidaya-lele-rws-red-water-system-di-desa-sidorukun/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 21 Oktober 2015

BUDIDAYA LELE RWS ( Red Water System )



Budidaya ikan lele dengan menggunakan RWS ( red water system ) merupakan salah satu cara baru dalam kegiatan budidaya ikan lele di Indonesia. sistem budidaya ini dilakukan dengan memanfaatkan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dalam proses pembesaran benih ikan lele tanpa ganti air kolam hingga panen dengan cara fermentasi.
Ada bebarapa tahap pengolahan air untuk budidaya ikan lele ini, yaitu dengan menggunakan NWS ( natural water system ) adalah suatu sistem yang mencakup semua sistem yang ada dalam budidaya ikan dan juga sebagai sistem pemahaman bahwa pihara lele sampai akhir akan melewati beberapa perubahan warna air mulai GWS ( green water system ) berubah menjadi BWS ( brown water system / biofloc ) dan akan menjadi RWS ( red water system / muba ) ketika terjadi perubahan warna berarti terjadi perubahan mikroba. mikroba yang satu mati dan diganti mikroba yang lain. kondisi ini yang membuat ikan perlu dibantu untuk beradaptasi, dari sini petani diberi pemahaman tentang karakteristik warna” air ini agar setiap melalui warna ini tidak terjadi gejolak yg membahayakan ikan, warna bukan kita yg membuat tapi secara alami ( natural ) untuk petani dg kodisi air melimpah sebaiknya menggunakan GWS ( green water system ), yg jarang air/sulit kita suruh main menggunakan RWS ( red water system ), di warna warna itu semua bisa pakai kepadatan tinggi dan fcr bisa 1 sampai 0,7, jika petani sudah agak trampil kita sarankan untuk ke tingkatan sampai RWS ( red water system ), karena sistem ini ikan paling nyaman, dan stabil atau kokoh sampai panen.
Jika selama ini para pembudidaya lele sangat khawatir dengan tumpukan kotoran ikan dan sisa pakan yang mengendap di dasar kolamnya dapat mengganggu kesehatan ikan. Namun dalam Red Water System ini kotoran-kotoran ikan itu justru menjadi kebutuhan makanan bagi bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang akan diserap sebagai pakan utamanya.
Agar tidak terjadi booming kotoran ikan yang tak terserap semua oleh kedua bakteri itu, maka penting untuk menempatkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Kolam Red Water System hanya ideal untuk penebaran benih ikan lele dalam jumlah 300 ekor/m3 (tanpa aerasi) dan 500 ekor/m3 (dengan bantuan aerasi) tanpa perlu ganti air hingga panen. Sistem ini sangat cocok bagi Anda yang terlalu sibuk dengan kegiatan lain ataupun yang malas berurusan dengan sedot-menyedot kotoran ikan lele di dasar kolam.
Proses Pembuatan Red Water System untuk Kolam Lele Sangkuriang
A. Bahan-Bahan :
1. Air Bersih = 18 liter.
2. Yakult = 4 botol.
3. Ragi Tape = 2 butir
4. Molasses (Tetes Tebu / Gula Jawa / Gula Merah) = 1 liter.
5. Air Kelapa Murni (dari 1 butir buah kelapa yang sudah tua)
6. Dedak Halus = 0.5 Kg

B. Cara Mengolah Bahan :
Masukkan air bersih 18 liter ke dalam Jerigen bersih, kemudian tuangkan 4 botol Yakult, 1 liter Molasses, 2 butir Ragi Tape (yg sudah di tumbuk halus), Air Kelapa Murni dan Dedak halus ke dalam Bak yang telah berisi air bersih. aduk hingga semua bahan2 tercampur merata. Simpan campuran tersebut kedalam jerigen beserta bahan-bahan selama 6-7 hari agar terjadi proses fermentasi dengan sempurna yang akan di tandai dengan cairan di dalam jerigen berubah warna menjadi coklat dan berbau alkohol.

C. Cara Aplikasi Bahan Pada Kolam Ikan Lele
Kolam yang telah berisi air bersih bebas kandungan logam berat beserta benih ikan lele diberi tetesan bahan Fermentasi yang sudah jadi setiap hari secara merata ke seluruh permukaan kolam dengan cara setiap 1 m3 (meter kubik) kolam, di teteskan 100 ml bahan fermentasi tersebut atau setara dengan 1/2 gelas Aqua.
Sisa bahan fermentasi tetap di simpan di dalam jerigen untuk digunakan lagi pada hari-hari berikutnya. Dan lakukan penetesan bahan fermentasi itu setiap hari dengan jarak waktu 24 jam hingga sampai saat panen. Letakkan Arang dipinggir-pinggir dinding kolam bagian dasar sebanyak 1 Kg/m3 yang berfungsi untuk menyerap sisa kotoran ikan yang tak dimakan oleh bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises di dalam air kolam lele.
Akibat penetesan bahan fermentasi diatas setiap hari, maka dari hari ke hari air kolam akan berubah perlahan-lahan menjadi berwarna merah. Anda jangan panik dengan air menjadi berwarna Merah, karena sesungguhnya air kolam seperti itu dalam keadaan sangat sehat bagi ikan dan minim kotoran ikan karena telah jadi makan bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises dan juga diserap oleh Arang yang anda letakkan di dasar kolam.
Disarankan untuk memasang 2 titik selang aerasi udara, tujuan pemberian aerasi ini adalah untuk mengaduk bakteri Lactobacillus dan bakteri Sakaromises yang berada di dasar kolam agar dapat terus berada merata di semua area kolam.

D. Pemberian Pakan Ikan Lele
Pemberian pakan pelet pada ikan lele disarankan untuk dicampur dulu dengan larutan probiotik yang kita buat tersebut dan di angin-anginkan sebelum ditebar ke kolam. Pelet yang kurang lembut sering menjadi penyebab perut ikan kembung dan luka pada usus yang akhirnya menimbulkan kematian pada benih.
 

https://bp4kgresik.wordpress.com/2015/01/26/budidaya-lele-rws-red-water-system-di-desa-sidorukun/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar