Pages - Menu

Sabtu, 26 Desember 2015

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT


 


Dalam memproduksikan rumput laut petani sering mengalami kegagalan-kegagalan. Untuk menanggulangi permasalahan dan kegagalan yang dihadapi petani, perlu diperhatikan beberapa factor diantaranya: lokasi budidaya, teknik budidaya, manajemen, bibit, musim dan letak. Karena faktor-faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap produksi rumput laut yang dibudidayakan.
Dalam perkembangan teknik budidaya rumput laut Cottonii dimasing-masing daerah-daerah masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi lokasi tersebut. Secara umum teknik budidaya rumput laut Cottonii terdiri dari tiga sistim yaitu sistim dasar. Sistim lepas dasar dan sistim apung. Dan dalam perkembangannya ketiga sistim ini berkembang menjadi beberapa metode.

1.  Sistem Dasar
Sistem ini terdiri dari dua metode yaitu metode tebar dan metode berkemun. Metode tebar adalah metode yang sangat tradisional. Metode ini dilakukan dengan cara bibit dipotong sesuai ukuran (100 g) lalu ditebar ke dasar perairan yang telah ditentukan. Metode ini umumnya dilakukan di daerah yang perbedaan pasang surutnya kecil. Kelemahan dari sistim ini adalah banyak bibit yang hilang terbawa arus, pengontrolannya susah dan banyak hama. Metode berkebun yaitu metode yang sama dengan metode tebar dimana bibit ditebarkan pada dasar perairan, hanya saja pada metode ini bibit diikat pada batu dan disusun secara teratur didasar perairan.

2.  Sistem Lepas Dasar
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (Lokasi Budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak. Pada sisi yang berlawanan juga diberi patok dengan tali yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari Lumpur (adanya sadimentasi).

3.  Sistem Apung
a.  Metode Rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak dibentuk dari empat buah bambu  yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 – 4 x 5 – 7 m. pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut. Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput laut diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 m.

b.  Metode Long Line
Sesuai dengan namanya, metode ini dibuat dari tali panjang yang dibentangkan. Umumnya tali yang digunakan adalah tali PE 0,5 – 0,6 cm dengan panjang tali berkisar antara 50 – 100 m. setiap 25 meter diberi pelampung utama (besar) pelampung ini dapat terbuat dari drum plastic, styrofoam. Setiap 5 meter diberi pelampung pembantu yang berfungsi untuk menggerakan tanaman setiap saat. Pelampung ini dapat terbuat dari potongan Styrofoam atau dari botol aqua. Untuk metode ini penanaman dapat dilakukan secara horizontal maupun secara vertical. Cara penanaman secara horizontal maupun secara vertical. Cara penanaman secara horizontal yaitu pada tali panjang tersebut diikat rumput laut dengan jarak minimal 40 cm, dan antara jarak tersebut cepat digantung tali PE 0,3 – 0,4 cm yang telah diikat bibit rumput laut dan digantungkan secara vertical. Jumlah bibit yang diikat dan digantungkan tersebut sebanyak 3 tingkat (hingga kedalaman 60 cm). Agar tanaman yang digantung tersebut tetap pada pesisirnya maka pada bagian bawahnya diberi pemberat. Penanaman secara vertical ini akan lebih baik dilakukan pada perairan yang lebih jernih (lebih cocok di Indonesia bagian tengah dan timur).

c.  Metode Jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambo dihubungkan dengan tali PE 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 10 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,1 cm. setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.
Kegiatan pengontrolan dilakukan setelah tanaman ditempatkan dilokasi yang telah ditentukan. Kegiatan ini meliputi penyulaman bibit yang lepas, perbaikan tali yang kendor dan membersihkan sampah yang menempel.

Sumber Bacaan:
Aji, N. 1991. Budidaya rumput laut. Departemen Pertanian. Direktorak Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 26 Desember 2015

TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT


 


Dalam memproduksikan rumput laut petani sering mengalami kegagalan-kegagalan. Untuk menanggulangi permasalahan dan kegagalan yang dihadapi petani, perlu diperhatikan beberapa factor diantaranya: lokasi budidaya, teknik budidaya, manajemen, bibit, musim dan letak. Karena faktor-faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap produksi rumput laut yang dibudidayakan.
Dalam perkembangan teknik budidaya rumput laut Cottonii dimasing-masing daerah-daerah masyarakat disesuaikan dengan kebiasaan dan kondisi lokasi tersebut. Secara umum teknik budidaya rumput laut Cottonii terdiri dari tiga sistim yaitu sistim dasar. Sistim lepas dasar dan sistim apung. Dan dalam perkembangannya ketiga sistim ini berkembang menjadi beberapa metode.

1.  Sistem Dasar
Sistem ini terdiri dari dua metode yaitu metode tebar dan metode berkemun. Metode tebar adalah metode yang sangat tradisional. Metode ini dilakukan dengan cara bibit dipotong sesuai ukuran (100 g) lalu ditebar ke dasar perairan yang telah ditentukan. Metode ini umumnya dilakukan di daerah yang perbedaan pasang surutnya kecil. Kelemahan dari sistim ini adalah banyak bibit yang hilang terbawa arus, pengontrolannya susah dan banyak hama. Metode berkebun yaitu metode yang sama dengan metode tebar dimana bibit ditebarkan pada dasar perairan, hanya saja pada metode ini bibit diikat pada batu dan disusun secara teratur didasar perairan.

2.  Sistem Lepas Dasar
Metode ini merupakan perbaikan dari metode sebelumnya. Dimana pada daerah yang telah ditetapkan (Lokasi Budidaya) dipasang patok-patok secara teratur berjarak. Pada sisi yang berlawanan juga diberi patok dengan tali yang telah berisi rumput laut tersebut. Pada jarak 3 meter diberi pelampung kecil yang berfungsi untuk menggerakan tali tersebut setiap saat agar tanaman bebas dari Lumpur (adanya sadimentasi).

3.  Sistem Apung
a.  Metode Rakit
Metode ini sering disebut metode rakit kotak dibentuk dari empat buah bambu  yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5 – 4 x 5 – 7 m. pada rakit tersebut dipasang tali pengikat rumput laut secara membujur dengan jarak 30 cm kemudian rumput laut (bibit) diikat pada tali tersebut. Berat bibit yang digunakan berkisar antara 50 – 100 gram. Setelah rumput laut diikat maka rakit tersebut ditarik dan ditempatkan pada lokasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan dua buah jangkar pada kedua ujung rakit tersebut dengan kedalaman perairan berkisar antara 0,5 – 10 m.

b.  Metode Long Line
Sesuai dengan namanya, metode ini dibuat dari tali panjang yang dibentangkan. Umumnya tali yang digunakan adalah tali PE 0,5 – 0,6 cm dengan panjang tali berkisar antara 50 – 100 m. setiap 25 meter diberi pelampung utama (besar) pelampung ini dapat terbuat dari drum plastic, styrofoam. Setiap 5 meter diberi pelampung pembantu yang berfungsi untuk menggerakan tanaman setiap saat. Pelampung ini dapat terbuat dari potongan Styrofoam atau dari botol aqua. Untuk metode ini penanaman dapat dilakukan secara horizontal maupun secara vertical. Cara penanaman secara horizontal maupun secara vertical. Cara penanaman secara horizontal yaitu pada tali panjang tersebut diikat rumput laut dengan jarak minimal 40 cm, dan antara jarak tersebut cepat digantung tali PE 0,3 – 0,4 cm yang telah diikat bibit rumput laut dan digantungkan secara vertical. Jumlah bibit yang diikat dan digantungkan tersebut sebanyak 3 tingkat (hingga kedalaman 60 cm). Agar tanaman yang digantung tersebut tetap pada pesisirnya maka pada bagian bawahnya diberi pemberat. Penanaman secara vertical ini akan lebih baik dilakukan pada perairan yang lebih jernih (lebih cocok di Indonesia bagian tengah dan timur).

c.  Metode Jalur (kombinasi)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar, pada kedua ujung setiap bambo dihubungkan dengan tali PE 0,6 cm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 x 7 m. perpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7 – 10 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,1 cm. setelah bibit diikat pada tali jalur maka tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25 cm x 30 cm.
Kegiatan pengontrolan dilakukan setelah tanaman ditempatkan dilokasi yang telah ditentukan. Kegiatan ini meliputi penyulaman bibit yang lepas, perbaikan tali yang kendor dan membersihkan sampah yang menempel.

Sumber Bacaan:
Aji, N. 1991. Budidaya rumput laut. Departemen Pertanian. Direktorak Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar